Pangeran Yang Dikutuk

Kita Mau Punya Anak Berapa?



Kita Mau Punya Anak Berapa?

0"Menurutmu begitu ya?" Mars merasa sedikit sulit membuat keputusan sekarang.     

Ia tidak ingin mengundang Gewen karena pria itu orang yang sangat cerewet. Mustahil bagi Gewen untuk menyembunyikan rahasia sebesar ini. Apalagi, Mars tahu betul Emmelyn tidak menyukai Gewen.     

Tapi kini gadis itu justru menyarankan pangeran untuk mengundang Gewen juga?     

"Ya, aku rasa ide yang bagus mengundangnya juga," kata Emmelyn. "Gewen memang orang yang menyebalkan, tapi ia juga teman yang selalu setia kepadamu. Kalian berdua juga sudah berteman sejak lama."     

Ia melanjutkan, "Cepat atau lambat, Gewen akan mencari tahu tentang pernikahan kita dan ia akan merasa sakit hati jika kau tidak mengundangnya. Sebaiknya kau tidak pilih kasih seperti itu."     

Mars memandang gadis cantik yang duduk di sebelahnya dengan kagum.     

Mars kini semakin yakin ialah wanita yang ia inginkan untuk menjadi pendamping hidupnya. Ia tahu bahwa dirinya tidak pernah mencintai wanita lain seperti ia mencintai Emmelyn.     

Tapi semakin hari, Mars semakin percaya bahwa ia telah membuat pilihan yang tepat dengan menambatkan hatinya kepada Emmelyn.     

Emmelyn adalah gadis yang bijaksana dan adil. Meski ia tidak menyukai Gewen, tapi Emmelyn tetap dapat menerima jika Mars mengundangnya ke pernikahan mereka.     

"Lalu... bagaimana dengan Ellena?" Mars bertanya kepadanya. "Ia juga teman baikku, Aku berhutang kepadanya karena ia adalah orang yang memberiku kesempatan untuk bertemu denganmu. Jika kutukan itu tidak dicabut, kau mungkin sudah mati pada saat pertama kali kita bersentuhan."     

Sampai saat ini, sebenarnya tidak ada yang tahu pasti apakah Emmelyn yang kebal akan kutukan Mars atau kutukan itu memang sudah dicabut saat ia bertemu dengan Mars.     

Meski Mars sangat ingin mempercayai bahwa gadis itu memang kebal dengan kutukannya, kemungkinan besar memang kutukan itu sudah dicabut saat Emmelyn mulai memasuki hidupnya.     

Mars harus bersikap realistis dan menerima kenyataan bahwa Ellena telah menyelamatkan hidupnya.     

Pengorbanan Ellena membuat pangeran dan keluarga kerajaan berhutang budi kepadanya.     

Meski Mars masih merasa curiga dengan teman masa kecilnya itu, tapi Mars tidak bisa menuduhnya sembarangan sampai Ellena memang terbukti bersalah atau terbukti berada di pihak penyihir itu.     

Ellena sangat mencintai pangeran sehingga gadis manis itu mampu melakukan apa pun untuk membuat penyihir itu mencabut kutukan Mars.     

Apakah mencintai seseorang itu kejahatan? Tentu saja bukan.     

Artinya, jika Emmelyn tidak ingin pangeran pilih kasih, maka Mars juga harus mengundang Ellena Greystorm.     

Mars menatap wanita cantik itu dengan saksama. "Bagaimana menurutmu? Jika aku ingin bersikap adil, aku juga harus mengundang Ellena, bersama dengan Edgar dan Gewen."     

Pangeran kemudian menyentuh rambut Emmelyn dengan lembut dan melanjutkan, "Atau... kita bisa menahan diri untuk tidak mengundang mereka semua. Jadi hanya akan ada kau, aku, Athos dan istrinya."     

Mars tahu Emmelyn bisa menerima kehadiran Gewen di pernikahan mereka, tapi pasti sulit bagi dirinya untuk melihat Ellena hadir juga.     

Emmelyn sendiri juga sudah mengakui bahwa ia tidak suka dengan Ellena karena ia pernah merasa diremehkan saat mereka berdua pertama kali bertemu. Mars sangat yakin Emmelyn tidak akan pernah ingin mengundang Ellena di hari pernikahan mereka.     

Dan tebakan Mars memang benar.     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya. "Apa kita tidak bisa membuat pengecualian untuk Ellena? Kalian berdua sudah tidak bertemu selama lima tahun. Semuanya tidak lagi sama baik sekarang atau di masa depan. Segalanya telah berubah. Aku memang ingin semua teman baikmu hadir di pernikahan kita, tapi aku rasa ia bukan salah satu teman yang harus kau undang. Apa kau bisa mempertimbangkannya lagi?"     

Apa yang dikatakan Emmelyn itu memang benar. Mars seharusnya tidak mengambil resiko apa pun dan mengikut saran kekasihnya itu.     

Lagi pula, pasti akan sangat mencurigakan kalau membawa Ellena ke Southberry. Raja mungkin akan mulai mempertanyakan perjalanan mereka semua.     

Belum lagi Lady Preston yang licik itu pasti juga akan bertanya-tanya. Mars selalu merasa tidak nyaman jika berada di sekitar bibi Ellena itu. Mars masih bisa bertahan karena ia menghormati Ellena dan Ratu Elara.     

Bahkan jika Mars bisa meminta Ellena untuk merahasiakan pernikahannya, demi persahabatan mereka, Ellena mungkin tidak bisa menyembunyikannya dari bibinya.     

Lady Preston pasti akan memberi tahu ratu. Mars tidak bisa membiarkan itu terjadi.     

Edgar dan Gewen bisa datang ke Southberry karena mereka adalah jenderalnya dan Mars akan membuat alasan dengan mengatakan mereka semua berencana untuk mendiskusikan 'strategi perang' dengan Athos. Dengan alasan ini, kepergian mereka tidak akan mencurigakan sama sekali.     

Baiklah… sekarang Mars punya alasan kuat yang masuk akal untuk mendukung keputusannya. Ia tidak akan mengundang Ellena.     

Pangeran meraih tangan Emmelyn dan menciumnya. "Oke, aku akan melakukan apa yang kau katakan."     

Emmelyn mengangguk dengan wajah berseri-seri. Ia senang pangeran mendengarkannya.     

Sejauh ini, mereka tidak pernah berdebat mengenai hal-hal sepele. Mereka lebih sering melihat sesuatu dari sudut pandang yang sama.     

Meski terkadang mereka berbeda pendapat, keduanya saling mengerti dan mau mendengarkan satu sama lain tanpa memaksakan masing-masing pendapat.     

"Aku mencintaimu!" Emmelyn berbisik dan mencium pipi sang pangeran dengan penuh kasih sayang.     

Mars lalu menyeringai dan menyentuh pipinya yang kini terasa lembab karena bibir kekasihnya yang basah.     

Ahhh... ia pernah mendengar sebuah pepatah yang menggambarkan situasi ini dengan sangat baik dan Mars sangat setuju. 'Istri bahagia, hidup juga bahagia'.     

Selama Mars mampu membuat istrinya bahagia, ia pasti akan memiliki kehidupan yang bahagia bersamanya.     

Menjadi seseorang yang memiliki segalanya, baik itu kekayaan, kekuasaan, dan apa pun yang diinginkan orang di dunia ini, satu-satunya hal yang Mars inginkan yang tidak dapat dibeli dengan emas adalah kebahagiaan.     

Dan hanya itu yang ia dapatkan selama pangeran bersama Emmelyn. Ia tidak akan pernah menukar kebahagian itu dengan apa pun di dunia ini.     

"Aku juga mencintaimu," kata Mars lembut dan ia akhirnya menarik Emmelyn kembali ke pangkuannya. "Apa kau bersedia menemaniku menulis surat untuk sepupuku, Athos?"     

"Tentu saja," jawab Emmelyn.     

"Bagus!"     

Mars menghabiskan wine miliknya dan bangkit dari kursinya dengan mengangkat Emmelyn dengan kedua tangannya.     

Gadis itu menjerit dan secara otomatis melingkarkan tangannya di leher Mars. Emmelyn tidak menduga Mars akan tiba-tiba bangun saat dirinya masih duduk di pangkuan Mars.     

"Kau membuatku terkejut," Emmelyn cemberut. Dengan satu tangan, ia memukul dada Mars. Namun, siapa pun bisa melihat bahwa gadis itu tidak marah sekali, meski ia pura-pura merajuk.     

Pangeran hanya tertawa terbahak-bahak dan menggendongnya dengan kedua lengannya ke ruang kerjanya. Ia ingin menulis surat itu secepatnya agar Athos bisa segera mempersiapkan segalanya.     

Sementara itu, para pelayan dan beberapa prajurit yang berjaga di kastil hanya bisa berpura-pura tidak peduli saat melihat pangeran bermesraan dengan kekasihnya.     

Para prajurit sangat terkejut melihat putra mahkota mereka, yang selalu galak dalam pertempuran dan terkadang mengancam orang-orang jahat untuk memenggal kepala mereka di alun-alun, sekarang tampak seperti anak kucing yang lucu.     

Tak seorang pun akan percaya ini, pikir mereka dalam hati. Namun mereka tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan berusaha menutup mulut rapat-rapat.     

***     

Setelah surat itu terkirim, Mars dan Emmelyn merasa sedikit lega. Rasanya luar biasa ketika menantikan sesuatu yang sangat diimpikan saat musim dingin sudah berakhir.     

Setiap hari, Emmelyn diam-diam menghitung mundur momen bahagia itu. Ia sangat bahagia hingga ia selalu tersenyum setiap hari.     

Mars menjadi orang yang paling bahagia di antara mereka. Ia pernah mendengar dari Tuan Vitas dan beberapa orang lainnya bahwa saat menjadi calon ayah, ia harus siap dengan perubahan suasana hati, proses mengidam yang aneh-aneh, dan banyak keluhan lainnya dari seorang wanita hamil.     

Namun, hingga minggu ke-12, Emmelyn tidak menunjukkan tanda-tanda tersebut. Gadis itu masih tidak suka buah-buahan dan nafsu makannya jauh lebih banyak dari sebelumnya. Tapi selain itu tidak ada perubahan yang aneh yang bisa membuat pangeran sakit kepala.     

Ahem... tapi gadis itu justru memiliki gairah yang tinggi dan sangat menginginkan seks selama trimester pertama. Tentu saja itu bukan hal yang tidak bisa Mars penuhi, ia justru bahagia jika Emmelyn terus memintanya.     

Mars tidak akan pernah mengeluh meski gadis itu ingin bercumbu setiap hari. Ia dengan senang hati akan memenuhi keinginan Emmelyn hingga gadis itu puas. Tapi tampaknya gadis itu tidak pernah puas dan selalu memintanya saat mereka bangun pagi, sebelum makan malam untuk 'makanan pembuka' dan sebelum tidur sebagai 'makanan penutup' mereka.     

Diam-diam, Mars berharap Emmelyn akan memiliki gairah seks setinggi ini setelah melahirkan. Mereka berdua pasti akan memiliki kehidupan seks yang luar biasa.     

Mars membayangkan pasti sulit bertransisi ke kehidupan normal saat Emmelyn kembali ke dirinya yang dulu setelah bayi mereka lahir. Uff… Mars tidak mau itu terjadi dan tidak mau memikirkannya sekarang.     

***     

"Kau sedang melamun?" Emmelyn menyentuh lengan Mars dan pria itu langsung berpaling kepadanya dan tersenyum. Mereka duduk bersama di dekat jendela dan melihat salju turun ditemani secangkir teh jahe.     

"Aku sedang memikirkan masa depan kita bersama dan..." Mars merendahkan suaranya. "... berapa banyak anak yang akan kita miliki."     

Mars lalu mengusap perut Emmelyn yang kini terlihat sedikit menonjol. Ia sangat senang karena sekarang ia bisa merasakan tanda-tanda fisik bayi mereka dalam rahim Emmelyn.     

Berat badan Emmelyn akhirnya bertambah dan Mars bisa melihat perut gadis itu membesar sedikit. Ah, Mars kini sudah sangat mencintai anak itu!     

Sebelumnya, Mars tidak pernah menyangka ia akan merasakan perasaan semacam itu.     

Ia tahu dirinya sangat mencintai Emmelyn, ibu dari anak-anaknya di masa depan. Gadis itu sungguh luar biasa, ia pintar, cantik dan menarik.     

Tapi bagaimana mungkin seseorang bisa mencintai sesuatu yang belum pernah ia lihat? Anak mereka belum lahir dan Mars tidak tahu persis seperti apa wajahnya nanti… tapi Mars sudah sangat mencintai anak itu tanpa syarat.     

"Berapa banyak anak?" Emmelyn mengangkat alisnya. "Tiga... yang jelas tidak lebih dari tiga..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.