Pangeran Yang Dikutuk

Lamaran



Lamaran

0"Tunggu... apa maksudmu? Tidak, bukan itu yang terjadi," Mars cepat-cepat mengoreksinya. "Ellena telah pergi selama bertahun-tahun dan kupikir ia telah meninggal. Dan... bukan itu alasan mengapa aku mengatakan aku tidak ingin menikahimu."     

"Apa benar begitu?" Emmelyn masih merasa tidak senang dengan jawaban pangeran. "Sebenarnya aku sangat tersinggung dengan kata-katamu saat itu. Aku merasa seperti sapi ternak untukmu."     

"Saat kubilang kau akan menjadi ibu dari anak-anakku, kau berteriak begitu keras, 'Aku tidak ingin menjadi istrimu! Aku tidak ingin menikah denganmu, kau setan!'" Mars berdeham. "Apa kau ingat?"     

Emmelyn membuang muka. Gadis itu kini ingat ia mengucapkan kata-kata itu dengan keras. "Uhuk… uhuk... ya, aku ingat."     

"Seperti yang kau lihat, aku seorang laki-laki dan aku memiliki harga diri. Kau sudah menolakku bahkan sebelum aku melamarmu. Tentu saja aku harus menunjukkan bahwa aku tidak tertarik untuk menjadikanmu istriku setelah mendengar penolakan yang begitu keras darimu," jelas Mars. "Aku paham dengan alasanmu saat itu, tapi rasanya tetap menyakitkan saat mendengarnya. Aku juga punya perasaan."     

"Ah jadi begitu… jadi karena itu kau tidak mau mengakui kau ingin menikahiku?" Emmelyn kembali menatapnya dan mengerucutkan bibir. "Hmph… padahal kalau kau melamarku sekarang mungkin aku akan menerimanya."     

"Apa kau berkata jujur? Kau akan menerimanya?" wajah Mars berubah menjadi berseri-seri dipenuhi dengan kebahagiaan ketika ia mendengar ucapan gadis itu. Emmelyn lalu mengangguk untuk mengiyakan.     

"Baiklah kalau begitu ..." Mars dengan cepat bangkit dari kursinya dan berlutut, ia tidak membuang kesempatan berharga ini begitu saja.     

Ia menatap gadis itu dengan sungguh-sungguh dan bicara, "Putri Emmelyn Rosehill dari Wintermere... Aku mencintaimu! Aku mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu. Aku menyukai nyalimu yang besar itu, aku kagum akan kepribadianmu yang luar biasa, kecantikanmu, keberanianmu, caramu membuatku tertawa dan merasa bahagia saat segalanya terasa begitu menyedihkan dan aku menyukai setiap hal tentangmu. "     

"Aku ingin sekali membangun keluarga bersamamu dan membesarkan anak-anak kita bersama dalam sebuah keluarga yang bahagia, penuh dengan cinta, kehangatan, dan kegembiraan. Aku ingin menghabiskan masa tuaku bersamamu - meskipun aku tahu kau tidak akan pernah terlihat tua."     

"Wajahmu adalah hal pertama yang ingin aku lihat di pagi hari ketika aku bangun, dan hal terakhir yang ingin aku lihat di malam hari sebelum aku memejamkan mata untuk tidur. Menjadikanmu sebagai istriku akan membuatku menjadi orang paling bahagia di dunia ini."     

"Jadi... Em, sayangku..." Mars mengulurkan tangannya dan meraih tangan Emmelyn dengan penuh kasih. "Maukah kau menikah denganku?"     

Emmelyn tercengang. Ia tidak menyangka pangeran mampu mengungkapkan begitu banyak kata untuk melamarnya.     

Mars adalah orang yang tidak banyak bicara. Meskipun ia tidak sependiam atau setenang Edgar, tapi biasanya pangeran memang tidak banyak bicara. Mars adalah tipe pria yang lebih banyak mendengarkan dan Emmelyn yang biasanya banyak bicara.     

Tapi hari ini, justru sebaliknya. Setelah Mars mencurahkan isi hatinya dan melamarnya, Emmelyn kehilangan kata-kata. Ia tidak tahu bagaimana harus menanggapi lamaran Mars ini.     

Emmelyn tentu saja sangat ingin menerimanya dan mengatakan 'ya'. Namun hatinya kini jadi kacau.     

Yang Mars lakukan terhitung sebagai lamaran yang sangat sederhana untuk seorang pangeran. Pria itu bahkan tidak membawa bunga, tapi kata-katanya diucapkan dengan tulus dan indah.     

"Sebenarnya... Aku ingin melamarmu dengan romantis," tambah Mars dengan suara parau. "Aku sudah menyiapkan kejutan untukmu. Aku sudah membayangkan sebuah lamaran yang sempurna di mana kau membuka kejutan yang kuberikan dan kau akan merasa terharu dan menangis lalu aku akan berlutut dan melamar..."     

"Tapi...?" Emmelyn akhirnya menemukan suaranya.     

"Tapi itu akan memakan waktu terlalu lama... karena itu aku memutuskan untuk melamarmu dengan cara sederhana untuk saat ini..." Mars menunjukkan senyumnya yang paling tulus. "Aku ingin memperbaiki kesalahanku di masa lalu ketika aku membuatmu berpikir bahwa aku tidak ingin menikahimu."     

"Oh...."     

"Em... maukah kau menikah denganku?" Mars mengulangi pertanyaannya.     

Ketika Emmelyn melihat sang pangeran berlutut dan meminta gadis itu menikah dengannya dengan suara yang begitu khimad, tanpa terasa air mata pelan-pelan menetes turun ke dua pipi Emmelyn.     

Tentu saja ia bersedia menikah dengan Pangeran Mars Strongmoor...     

Saat ini tidak ada manusia lain di bumi ini yang ia cintai sebesar rasa cintanya kepada lelaki ini. Mereka memang bertemu sebagai musuh dan dulu Emmelyn sangat ingin membunuhnya.     

Namun, setelah saling mengenal dengan lebih dekat ketika mereka tinggal bersama, Emmelyn mulai mengerti bahwa penaklukan kerajaan Wintermere oleh Draec terjadi semata-mata akibat keputusan politik yang tidak ada hubungannya dengan dirinya secara pribadi.     

Apa yang dialami oleh Wintermere juga dialami oleh begitu banyak kerajaan lainnya. Hingga saat ini, Emmelyn memang belum dapat memaafkan sang raja, tetapi setidaknya sekarang ia mengerti bahwa saat ini ia hanya memiliki dua pilihan.     

Ia dapat terus menyimpan dendamnya atau ia dapat memaafkan keluarga Strongmoor dan melanjutkan hidup.     

Saat ini ada bayi yang sedang tumbuh di dalam kandungannya. Bayi ini adalah anak yang sangat dinanti-nantikan oleh keluarga kerajaan.     

Bukankah Mars benar saat ia mengatakan bahwa Emmelyn dapat menganggap dendamnya terbalaskan dengan dirinya menguasai kerajaan Draec?     

Ia akan menjadi ratu penguasa Draec jika ia menikah dengan pangeran putra mahkota. Nanti, ketika anaknya lahir, maka anak ini akan menjadi pewaris tahta. Setelah ia dewasa, maka ialah yang akan menjadi raja menggantikan Mars.     

Semua penaklukan yang dilakukan selama ini, semua rakyat dan negeri yang ada di bawah kekuasaan Draec nantinya akan menjadi milik anaknya.     

Dengan pertimbangan itu, Emmelyn lalu mengangguk pelan. Bibirnya tersenyum, walaupun air mata masih tetap mengalir deras dari kedua sudut matanya.     

"Aku bersedia," katanya dengan suara yang hampir tidak kedengaran.     

Namun demikian, bagi Mars semua itu sudah cukup. Ia memeluk lutut Emmelyn lalu bangkit dan memeluk gadis itu hingga berdiri dan mencium bibirnya dengan mesra.     

"Terima kasih... terima kasih," katanya dengan suara serak. Ia kembali mendekap gadis itu erat ke dadanya. Rasanya beban berat yang menghimpit sang pangeran beberapa minggu terakhir ini benar-benar sudah menjadi hilang.     

Iaa tidak peduli apa pun yang akan terjadi ke depan dan betapa pun beratnya tantangan yang harus mereka hadapi. Asalkan Emmelyn bersamanya, ia akan dapat menangani itu semua.     

Pangeran Mars bertekad akan meyakinkan ayahnya untuk menerima Emmelyn lalu mencari sang penyihir untuk membunuhnya.     

"Aku berjanji akan menjadi suami terbaik untukmu, menjagamu.. membahagiakanmu.. dan mencintaimu seumur hidupku, sampai napasku yang penghabisan," kata Mars. "Aku juga akan menjadi ayah yang baik bagi anak-anak kita."     

Emmelyn mengangguk dan tersenyum haru. Ia menyentuh pipi sang pangeran dan kemudian berinisiatif menarik kepala lelaki itu untuk mendekat dan kemudian mencium bibirnya dengan rakus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.