Pangeran Yang Dikutuk

Aku Sangat Merindukanmu



Aku Sangat Merindukanmu

0Mars menatap sapu tangan di genggamannya dengan pandangan haru. Ia lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum kepada Emmelyn.     

"Aku sangat kagum kepadamu, Lady Emmelyn. Kau bisa menggunakan pedang, melindungi dirimu sendiri, berburu hewan dan bahkan memasaknya, kau juga gadis yang pemberani dan pintar, ditambah lagi kau sangat cantik... dan sekarang, kau juga bisa menjahit? Sapu tangan ini sangat indah. Aku juga sempat melihat pakaian bayi yang kau jahit untuk anak kita. Aku menyukainya, tampak sangat bagus…"     

Mars terdengar sangat terkesan setelah menerima hadiah itu dan ini pertama kalinya Emmelyn melihat pria itu mengucapkan begitu banyak kata dalam satu kalimat.     

Emmelyn merasa apa yang Mars ungkapkan begitu menyentuh hati dan menggemaskan. Tapi ia hanya tersenyum dan mengangguk. Emmelyn takut ia tak bisa menguasai dirinya karena terlalu banyak dipuji.     

"Terima kasih, tapi aku rasa kau terlalu berlebihan. Menjahit adalah keterampilan hidup yang sangat bermanfaat. Aku tidak mungkin mempelajari hal-hal yang tidak berguna," jawabnya kemudian.     

"Sebenarnya, aku tidak merasa itu adalah hal yang istimewa. Jika kau terpaksa harus bertahan hidup dalam suatu kondisi yang mengharuskanmu memenuhi kebutuhanmu sendiri, pada akhirnya kau akan membiasakan diri untuk menguasai berbagai ketrampilan seperti menjahit atau berburu hewan untuk makan. Hanya itu pilihan yang aku punya untuk tetap bertahan."     

Emmelyn mengucapkan kata-kata itu secara terus terang, ia tidak sedang mencoba menyinggung Mars atas perbuatan yang telah ia lakukan.     

Marslah dan keluarganya yang bertanggung jawab hingga gadis itu harus hidup sengsara karena kehilangan keluarga dan kerajaannya.     

Namun, tanpa disangka, Mars menjadi tertegun saat mendengarnya.     

Perasaan bersalah yang begitu dalam muncul ke permukaan. Apakah Emmelyn menyalahkan dirinya lagi atas apa yang terjadi?     

Bagaimana mungkin Mars bisa tahu bahwa menyerang sebuah kerajaan kecil di tepi laut tahun lalu akan mengubah seluruh hidup wanita yang nanti akan membuatnya jatuh cinta setengah mati, hingga ia harus kehilangan rumahnya dan keluarganya dan hidup menderita?     

Andai jika Mars bisa memutar waktu, ia akan melakukannya dan menghentikan serangan itu. Dengan begitu, Emmelyn tidak harus kehilangan keluarganya. Tapi, hal semacam itu mustahil dilakukan.     

Tidak ada gunanya menangisi susu yang sudah tumpah. Orang yang terus melihat ke masa lalu tidak akan pernah bisa membangun masa depan untuk diri mereka sendiri. Satu-satunya jalan adalah memaafkan dan terus melangkah maju.     

"Adakah hal yang bisa kulakukan untuk menebus apa yang telah terjadi?" Mars bertanya dengan suara sungguh-sungguh.     

Kereta mereka kini sudah bergerak menuju istana kerajaan dan mereka akan tiba dalam waktu setengah jam.     

Mars tidak ingin situasi di antara mereka menjadi canggung ketika bertemu dengan orang tuanya dan semua pejabat tinggi yang datang ke pesta dansa.     

Emmelyn, yang sedang melihat ke luar jendela hanya menoleh ke arah pangeran ketika ia mendengar pertanyaan tersebut.     

"Apa maksudmu?" ia bertanya dengan mengangkat alisnya. "Menebus apa?"     

Mars menatap Emmelyn dengan bingung. Apakah Emmelyn tidak mengerti pertanyaannya? Bukankah Emmelyn tadi mengisyaratkan dirinya harus belajar dan menggunakan keterampilan hidup itu untuk terus bertahan karena Draec telah menaklukkan Wintermere dan sekarang ia tidak punya apa-apa?     

Tapi, anehnya wajah gadis itu sama sekali tidak terlihat kesal atau marah. Ia tampak tenang saat menceritakan semuanya.     

Ahh... mungkin ia tidak bermaksud menyinggung Mars soal perang itu?     

Mungkin aku hanya berasumsi yang tidak-tidak, pikir Mars dalam hati.     

Ia menghela nafas panjang dan kemudian tersenyum canggung, "Tolong lupakan apa yang aku katakan. Aku hanya sedikit bingung."     

"Hmm... baiklah," Emmelyn mengangguk lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela lagi.     

Matahari mulai terbenam dan pemandangan di luar tampak mempesona ketika cahaya oranye tersebut jatuh di atas daun-daun kering berwarna kekuningan.     

Perjalanan malam itu terasa begitu tenang. Ketika sampai di gerbang kota, mereka langsung disuguhi dengan pemandangan umbul-umbul, lampu, dan dekorasi di sepanjang jalan menuju istana kerajaan.     

Sang ratu mengerahkan memang habis-habisan untuk membuat pesta yang meriah di perayaan ulang tahun ke-27 sang pangeran.     

Ia adalah putra satu-satunya, jadi wajar jika pesta semegah ini digelar hanya untuk merayakan hari kelahirannya.     

Seluruh warga kotaraja tahu bahwa malam itu adalah hari besar bagi putra mahkota dan banyak orang memadati jalan dan gerbang istana untuk menyambut para tamu dan pangeran.     

Begitu kereta yang dihiasi umbul-umbul putra mahkota tiba, sorak-sorai dari masyarakat dan beberapa tamu yang masih berada di luar istana dapat terdengar dengan jelas.     

"Putra Mahkota, Pangeran Mars Strongmoor telah tiba!" kepala pengawal raja mengumumkan dengan suaranya yang dalam ketika kereta putra mahkota berhenti di depan pintu masuk yang sudah dilapisi karpet merah untuk menyambutnya.     

Orang-orang segera bersorak dan bertepuk tangan. Emmelyn teringat pesta yang ia hadiri di Wintermere pada saat perayaan ulang tahun kakaknya yang ke-25. Sudah lama sekali. Astaga... ia tiba-tiba sangat merindukan kakaknya.     

"Kita sudah tiba," Mars menahan Emmelyn pelan. "Aku akan keluar dulu, dan kau bisa mengikutiku."     

Emmelyn mengangguk. Ia menunggu dengan sabar saat Mars membuka pintu kereta dan melangkah keluar.     

Namun, begitu kaki pangeran mendarat di tanah dan Emmelyn ingin mengikutinya, mereka bisa mendengar suara yang tajam dan keras terdengar dari pintu masuk.     

"Pangeran Mars Strongmoor!!! Aku sangat merindukanmu!!"     

Sebelum Emmelyn bisa memahami apa yang terjadi, tiba-tiba ia melihat seorang gadis cantik dengan gaun berenda rumit berlari melewati semua orang dan melompat ke arah Mars untuk memeluknya.     

Emmelyn kaget ketika ia melihat pemandangan di depannya. Ia tidak bisa melihat gadis itu dengan jelas dari pintu kereta yang terbuka karena tubuh Mars mengahalanginya.     

Ia hanya melihat gaun berenda kuning yang indah dan rambut hitam bergelombang saat gadis asing itu melompat ke arah putra mahkota dan memeluknya.     

"Ellena ....! Apa yang kau lakukan?" Mars langsung mendorong gadis itu karena terkejut dan berdiri sedikit menjauh. Ia terlihat begitu pucat, seolah-olah ia sedang melihat hantu.     

Ellena menangis saat ia berada di hadapan pria itu. Bibirnya tersenyum dan suaranya yang riang berubah menjadi emosional. Ia berbisik sehingga hanya Mars yang bisa mendengar kata-katanya. "Aku bisa memelukmu sekarang. Kutukannya sudah hilang."     

"A-Apa?" mata Mars berubah besar saat mendengar ucapan gadis itu. Ia tidak memberikan reaksi apapun untuk beberapa saat. Mars berusaha keras untuk tidak menunjukkan ekspresi berlebihan.     

Apa yang Ellena sampaikan terlalu mengejutkannya baginya, apalagi saat ini mereka berada di tengah-tengah kerumunan.     

Sementara itu, ketika Mars mendorong Ellena menjauh darinya, Emmelyn akhirnya bisa melihat gadis itu dengan baik.     

Ellena adalah gadis yang mempesona dengan tubuh ramping, rambut hitam yang panjang dan bergelombang terurai sampai ke pinggangnya, dan gaunnya terlihat sangat mahal. Ia tampak seperti seorang putri.     

[Siapa gadis itu? Apakah ia seorang putri?]     

Pertanyaannya segera menemukan jawaban saat ia mendengar kerumunan orang-orang yang membicarakan tentang pangeran putra mahkota dan Ellena.     

"Oh... itu Lady Ellena. Ia adalah satu-satunya gadis yang disukai oleh putra mahkota kita. Tidak ada wanita lain yang diizinkan berada di dekatnya, kecuali Lady Ellena. Kau tahu betapa pangeran kita membenci wanita, kan? Ialah satu-satunya yang gadis yang tidak dibenci pangeran. Kudengar mereka teman sejak kecil."     

"Kenapa aku belum pernah melihatnya di sekitar istana?"     

"Itu karena kau baru pindah di kota ini. Ia pergi lima tahun lalu untuk belajar."     

"Ah... tidak heran."     

"Sepertinya Lady Ellena baru saja kembali. Ah... lihat pangeran kita, ia sangat terkejut ketika melihat teman lamanya akhirnya kembali."     

Emmelyn menatap pertemuan dua sahabat tersebut dengan ekspresi kaget.     

Jika gadis itu adalah teman lama Mars, bukankah ia tahu tentang kutukan itu? Ia pasti tahu, bukan?     

Tidak mungkin Mars menyembunyikan tentang kutukannya dari temannya dan membahayakan nyawa gadis itu.     

Namun... gadis itu tiba-tiba lari ke arahnya dan memeluknya erat-erat. Tak heran Mars segera mendorongnya menjauh.     

Apa yang gadis itu lakukan dengan membahayakan dirinya sendiri? Apa ia berniat mati dengan memeluk Mars? Atau...     

Emmelyn menggigit bibirnya. Mungkinkah kutukan itu memang sudah terpatahkan seperti yang ia duga?     

Gadis itu tidak bisa mendengar percakapan mereka, tapi ia bisa melihat ekspresi emosional yang terlihat jelas di wajah Ellena. Ia mengalirkan air mata, tapi tetap menyungging senyum di bibirnya.     

Apa yang sebenarnya terjadi?     

Dan... siapa Ellena bagi Mars?     

Apakah Mars... mencintainya?     

Setelah berbagai pertanyaannya terjawab, Emmelyn langsung dibuat penasaran dengan banyak hal lainnya yang kini mulai mengganggu pikirannya. Siapa Lady Ellena bagi Mars?     

"Ellena... apa yang baru saja kau katakan?" Mars masih belum bisa menguasai dirinya dan tampak tertegun. Matanya melebar saat menatap Ellena dan ia tampak begitu bingung.     

"Mars, aku berhasil ...." bisik Ellena. "Aku menemukan penyihir itu dan memintanya untuk mencabut kutukanmu. Aku berhasil meyakinkannya untuk memaafkan keluargamu..."     

"Apa… apa yang sudah kau lakukan? Meyakinkan penyihir itu?"     

"Aku berhasil menemukannya dan aku bekerja sebagai pelayannya selama empat tahun. Ia berjanji untuk mematahkan kutukanmu jika aku bisa membuktikan kepadanya bahwa aku akan melakukan apa pun untukmu ... dan akhirnya, penyihir itu melakukannya."     

"Bagaimana... bagaimana kau tahu jika ia mengatakan yang sebenarnya?" Mars sangat terkejut dengan semua yang terjadi.     

Ia ingin mengajak Ellena berbicara lebih banyak lagi agar ia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, ia ingat bahwa mereka dikelilingi oleh banyak orang.     

Ia segera melihat sekeliling dan menemukan Gewen berdiri dengan tenang di dekat pintu. Ia melambai ke arah temannya dan memberi isyarat agar ia mendekat. "Gewen! Aku membutuhkanmu!"     

Gewen Athibaud berhasil melewati kerumunan dan segera berdiri di dekat pangeran dan Ellena.     

"Aku ingin berbicara dengan kalian semua segera," kata Mars. Ia berpaling ke Ellena. "Aku sangat kuatir saat kau memelukku tadi. Bagaimana jika ia berbohong? Bagaimana jika kutukannya belum terpatahkan dan kau akan mati besok? Bagaimana kau bisa begitu bodoh??"     

"Tidak, itu tidak akan terjadi. Kau akan melihatnya sendiri nanti..." Ellena menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia menyeka air matanya dan sekarang terlihat sangat gembira. "Aku sangat senang bisa menemuimu lagi pangeran."     

Tepat pada saat itu, Emmelyn turun dari kereta dan mata semua orang langsung tertuju padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.