Pangeran Yang Dikutuk

Sebaiknya Kita Pisah Kamar



Sebaiknya Kita Pisah Kamar

0Emmelyn ingat ketika ia masih menyamar sebagai pelayan pribadi pangeran, ia harus menyiapkan ramuan tidurnya setiap malam untuk membantunya tidur dengan cepat.     

Suatu hari, ia mencoba ramuan itu karena penasaran dan benar saja rasanya memang tidak enak. Semenjak itu, ia tidak pernah lagi mencoba ramuan yang diberikan untuk Mars.     

Mars pasti sudah terbiasa dengan semua jenis ramuan yang dibuat oleh tabib kerajaan sejak ia masih kecil. Pria itu mengatakan kepadanya bahwa ia sering sakit-sakitan dari dulu. Emmelyn sedikit merasa kasihan tapi Mars terlihat begitu terbiasa dengan rasa ramuan ini.     

"Apa kau sudah berhenti mengkonsumsi ramuan tidurmu?" tanya Emmelyn tiba-tiba. "Aku sudah berminggu-minggu tidak melihatmu meminumnya?"     

Wajah Mars terlihat berseri-seri ketika mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Emmelyn. Ah… rupanya gadis itu diam-diam peduli dengannya. Emmelyn bilang ia MEMPERHATIKAN bahwa Mars sudah lama tidak meminum ramuan tidurnya.     

Apa Emmelyn ini tidak sadar bahwa ialah alasan mengapa Mars sudah tidak lagi membutuhkan ramuan itu?     

Gadis itu membantunya merasa nyaman setiap malam hingga Mars bisa terlelap tidur. Terkadang gadis itu juga yang membuatnya begitu lelah setelah bercinta berjam-jam dan akhirnya Mars tertidur dengan cepat.     

Tidur dalam pelukan Emmelyn membuatnya merasa rileks menenangkan pikirannya. Mars bahkan sudah tidak lagi bermimpi buruk semenjak Emmelyn menemani tidurnya. Gadis itu seperti dream catcher bagi Mars.     

"Aku sudah tidak lagi butuh ramuan itu, aku tidak merasa sulit tidur akhir-akhir ini," ucap pria itu. "Setelah berendam dalam air hangat badanku jadi rileks dan bisa membantuku tidur sekarang. Jika bisa, aku ingin mengurangi jumlah ramuan yang masuk ke dalam tubuhku mulai sekarang."     

"Oh… jadi begitu," Emmelyn mengangguk paham. "Berapa lama aku harus meminum ramuan ini?"     

"Dokter Vitas berpesan bahwa kau harus meminumnya selama tiga bulan pertama kehamilanmu," jelas Mars lagi.     

Saat ia melihat ekspresi Emmelyn berubah menjadi lebih ceria, ia segera menambahkan. "Hmm… aku tidak ingin merusak kebahagiaanmu tapi kau harus tahu setelah tiga bulan Dokter Vitas akan mengganti ramuannya dengan ramuan lain. Kau akan terus diberi ramuan dan terus meminumnya setiap hari sampai bayi kita lahir."     

Wajah Emmelyn kembali cemberut setelah mendengar hal tersebut dan ia pun menghela nafas panjang. Ternyata benar dugaannya, ia harus membiasakan diri meminum ramuan ini selama delapan bulan ke depan     

"Baiklah," jawabnya kemudian setelah mampu menerima kenyataan pahit ini. Ia menyerah karena tahu ini semua demi kebaikan bayi yang ia kandung. Emmelyn kemudian bangkit dari kursinya.     

"Apa kau akan tidur sekarang juga? Atau kau mau pergi keluar jalan-jalan untuk membantu pencernaanmu?" Mars juga ikut bangkit setelah melihat gadis itu berdiri.     

"Aku mau keluar untuk jalan-jalan sebentar," jawab Emmelyn.     

"Kalau begitu, aku akan menemanimu."     

Emmelyn kemudian mengenakan mantel barunya dan pergi keluar tanpa memperdulikan Mars. Meski tanpa diberikan izin, Mars tetap ikut berjalan di sampingnya.     

Mereka berjalan mengitari halaman tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mars, yang pada dasarnya adalah orang yang pendiam, hanya menikmati situasi tenang malam itu.     

Ia mencuri pandang beberapa kali untuk melihat apakah Emmelyn masih merasa kesal atau suasana hatinya sudah membaik sekarang.     

Dari yang diperhatikan, Emmelyn tampak tidak sedih...     

Tapi, apakah benar gadis itu baik-baik saja?     

"Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa lebih baik?" Mars bertanya.     

Saat mendengar pangeran bertanya, ia menoleh padanya dan mengangkat bahu. "Aku rasa baik."     

"Apakah kau serius tidak merasakan sesuatu yang berbeda?" Pangeran bertanya lagi.     

"Tidak," jawab Emmelyn. "Belum."     

"Oh... baiklah."     

Mars menghela nafas, pria itu sebenarnya ingin menanyakan bagaimana PERASAAN Emmelyn saat ini. Bukan hanya soal kondisinya yang sedang hamil. Tapi sepertinya Emmelyn salah paham dengan yang ditanyakan pangeran.     

Jadi yang Mars maksud itu ada dua perasaan, perasaan yang lebih kepada suasana hatinya dan perasaan soal kondisi tubuhnya. Jika ia menjelaskan lebih jauh, pasti Emmelyn jadi lebih bingung.     

Selain itu, kebanyakan wanita sering mengatakan pria itu tidak punya perasaan. Padahal mereka itu salah besar.     

PRIA PUNYA PERASAAN.     

Misalnya, pria bisa merasa... lapar.     

Tapi yang semacam ini adalah jenis perasaan kedua dan Mars ingin mengetahui jenis perasaan yang pertama yang sekarang dialami oleh Emmelyn.     

Apa ia sekarang merasa sedih? Merasa terjebak? Apa ia menyesal atas kehamilannya dan kesepakatan yang mereka buat dulu? Mars sangat ingin tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.     

Dan Mars sangat bersungguh-sungguh ketika ia mengatakan bahwa dirinya sangat ingin berbagi ranjang lagi dengannya meski ia sudah hamil. Apakah pangeran benar-benar harus tidur di sofa malam ini?     

Yah… tidak perlu merasa penasaran, sepertinya ia akan mengetahuinya segera.     

"Aku rasa sudah cukup, aku ingin kembali masuk ke kastil sekarang," kata Emmelyn setelah mereka berjalan-jalan di luar selama lima belas menit.     

"Baik, ayo masuk."     

Mereka berdua segera masuk dan menuju ke kamar mereka di lantai tiga. Saat menaiki tangga, Mars tiba-tiba sadar bahwa semakin tua kehamilan Emmelyn maka berat badannya akan bertambah dan perutnya semakin membesar. Pasti sulit baginya untuk naik tangga ke kamar mereka nanti.     

Ia terus mengingatkan dirinya untuk meminta Roshan menyiapkan kamar baru untuk mereka di lantai pertama nanti.     

Mars suka kamar di lantai yang lebih tinggi karena ia sering menikmati pemandangan yang indah dari kamar baik pagi atau malam hari.     

Tapi untuk sekarang, ia rela mengorbankan pemandangan indah itu agar Emmelyn merasa lebih nyaman saat hamil tua nanti.     

Ia tidak tega melihat gadis itu kesulitan naik turun tangga yang cukup melelahkan bahkan bagi orang yang tidak hamil.     

"Aku sangat kenyang dan sekarang sangat lelah. Aku tidak akan mandi denganmu malam ini," kata Emmelyn saat mereka sudah memasuki kamar. Bak mandi berisi air panas pun sudah disiapkan para pelayan.     

"Hmm… baiklah," Mars menutup pintu dan bersiap melepas pakaiannya.     

Wanita itu kini tengah mengandung anaknya, sudah pasti ia akan melakukan apapun yang ia inginkan. Ia tidak akan membantah atau berdebat dengan Emmelyn untuk semantara waktu.     

Emmelyn kemudian segera mandi dan berganti baju tidur. Tanpa mengatakan apapun lagi, ia bersiap untuk tidur.     

Sebelum menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya, ia menoleh ke arah Mars yang kini melepaskan pakaiannya satu-satu. Pria itu kini tengah bersiap untuk melakukan ritual malamnya.     

"Di mana kau akan tidur malam ini?" Emmelyn lalu bertanya.     

Mars menunjuk ke arah sofa yang berada di kamar mereka di dekat jendela. "Aku akan tidur di sofa."     

Emmelyn ragu apakah sofa itu cukup nyaman untuk tidur atau tidak. Tapi ia sudah memutuskan tidak akan goyah dan berbagi tempat tidur dengannya lagi.     

Setelah bekerja keras selama sebulan terakhir, mereka kini sudah berhasil membuat Emmelyn hamil. Untuk apa mereka tidur bersama lagi?     

Ia pun tidak peduli lagi dengan hal lain selain melahirkan anak ini. Jika Emmelyn sampai setuju untuk berhubungan intim demi kesenangan belaka setelah 'tugasnya' melahirkan keturunan untuk Mars selesai, maka pria itu pasti akan langsung mengira Emmelyn memiliki perasaan untuknya.     

Emmelyn tidak hanya khawatir Mars akan mengetahui perasaan yang ia pendam, tapi ia juga khawatir jika perasaan yang selama ini ia coba hilangkan justru akan semakin tumbuh.     

Setelah menghabiskan waktu bersama Mars di kastil, ia sudah banyak sekali berubah.     

Sekarang, ia bahkan telah memutuskan untuk tidak membunuh raja?     

Apalagi yang akan ia korbankan? Mungkin saja ia akan meminta Mars untuk menikahinya sehingga mereka bisa hidup bersama-sama sebagai keluarga.     

Hal semacam ini tidak masuk akal sama sekali! Emmelyn sangat tahu ia tidak akan bisa keluar dari jurang cinta ini jika sampai mereka hidup dalam satu keluarga.     

"Aku akan meletakkan selimut dan bantal jadi pasti nyaman," Mars meyakinkannya.     

Gadis itu tampak berpikir keras untuk beberapa saat. Ia melirik ke samping dan melihat tempat tidur yang luas. Rasanya aneh tidur di ranjang besar sendirian.     

"Kalau kau bersikeras ingin tidur di kamar yang sama denganku, mungkin kau bisa meminta Roshan untuk menyiapkan dua kasur untuk kita," Emmelyn akhirnya menyarankan. "Kita bisa tidur di tempat tidur kita masing-masing. Dengan begitu kau tidak perlu mengorbankan kualitas tidurmu untukku."     

"Hmm... oke, itu ide yang bagus," Mars mengangguk setuju. "Aku tadi berpikir kalau kita sebaiknya pindah kamar di lantai bawah. Aku punya kamar kosong yang jauh lebih besar di lantai satu dan dapat menampung dua tempat tidur sekaligus. Jika perutmu sudah besar nanti, pasti akan sulit bagimu untuk naik tangga setiap harinya."     

Mata Emmelyn berputar dan ia mulai berpikir sedikit. Ah… yang ia ucapkan itu benar juga. Ia tidak memikirkan hal ini.     

Sebentar lagi ia akan menjadi gemuk dan perutnya akan membesar sehingga pasti sulit melakukan semua aktivitas fisik yang biasanya ia lakukan dengan mudah selama ini     

Astaga... Mars itu pria yang sangat perhatian sampai-sampai ia memikirkan hal sekecil ini.     

Emmelyn kemudian mengangguk lemah tanda menyetujui usulan Mars untuk pindah kamar di lantai satu tadi.     

Gadis itu kembali tersentuh dengan perhatian tulus yang diberikan Mars, meski ia bukanlah istri atau kekasihnya, Mars tetap memperlakukannya dengan sangat baik. Tapi di saat yang sama, ia merasa sangat cemburu.     

Mengapa pangeran brengsek ini begitu memperhatikan wanita yang bahkan tidak ia cintai? Beruntung sekali wanita yang akan ia cintai nanti...     

Saat ia hamil Mars pasti juga akan memanjakannya seperti ini, bahkan jauh lebih dari ini.     

"Hei... kenapa kau menangis?" Mars terkejut melihat air mata mulai mengalir di pipi Emmelyn. "Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?"     

Melihat gadis itu tiba-tiba terlihat sedang menangis di atas kasurnya, Mars khawatir ia sudah mengatakan atau bahkan melakukan sesuatu yang menyakitinya.     

Ia segera berhenti membuka bajunya dan mendekati Emmelyn. Mars duduk di tepi tempat tidur dan memegang tangannya. "Apakah kau sakit?"     

Gadis itu menggelengkan kepalanya dan berbalik ke samping. Ia menarik selimut sampai ke lehernya dan berpura-pura ingin tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.