Pangeran Yang Dikutuk

Kejutan Di Pagi Hari **



Kejutan Di Pagi Hari **

0PERINGATAN:     

Di bab ini masih ada adegan dewasa ya. Mohon kebijaksanaannya agar pembaca yang masih di bawah umur skip saja bab ini, atau cari buku lain untuk dibaca. Terima kasih.     

.     

.     

"Hmm..." Emmelyn membuka kedua matanya dan mengangguk pelan. "Selamat pagi. Ayo bangun dan sarapan."     

Ia hendak melepaskan diri dari dekapan pria itu, namun sang pangeran yang tidak ingin segera kehilangan sumber panasnya yang empuk dan berkulit halus ini segera menahan pinggangnya dan menarik Emmelyn lebih dekat.     

Pada saat itu, barulah Emmelyn merasakan ada sesuatu yang keras dan panas menusuk pahanya dari antara kedua kaki Mars.     

Astaga... wajah Emmelyn seketika memerah.     

[Apa-apaan ini? Masa dia mau 'begituan' lagi?]     

"Aku belum bisa bangun dulu..." keluh Mars. Wajahnya tampak canggung. "Tidak dalam keadaan begini."     

Emmelyn menatap pria itu dengan pandangan tidak percaya. Ia lalu menelan ludah.     

Mars merasa bersalah karena tubuhnya bereaksi di pagi hari, apalagi karena tubuh indah Emmelyn ada dalam dekapannya.     

Sebelum ketegangan di tubuh bagian bawahnya mereda, ia tidak dapat turun dari kamarnya dan bertemu para pelayan di ruang makan.     

Sementara itu, Emmelyn memutuskan untuk pura-pura tidak mengerti apa yang diinginkan pria itu dan segera bergerak hendak turun dari tempat tidur.     

Namun, belum sempat melepaskan diri dari pelukan pria itu, tangan nakal Mars telah menarik kepalanya mendekat dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu.     

[Sialan...]     

[Sialan...]     

[Mengapa aku lemah sekali?]     

Emmelyn hanya bisa mengomel dalam hati saat tubuhnya yang pengkhianat merespons rangsangan dari sang lelaki tampan. Matanya spontan terpejam dan bibirnya menikmati ciuman lembut Mars.     

Tidak lama kemudian Mars telah berguling ke atas tubuh Emmelyn dan menindihnya.     

"Aahh..." Emmelyn mengigit bibirnya ketika ia merasakan benda besar dan keras itu pelan-pelan memasuki tubuhnya.     

Kedua kakinya otomatis melingkar di pinggang Mars dan menjepitnya saat sang pangeran mulai memompa keluar masuk.     

Emmelyn merasa sangat malu membayangkan semua orang di kastil pada saat ini pasti sudah bangun dan mulai sibuk beraktivitas. Suaranya pasti akan sangat menarik perhatian.     

Karenanya, gadis itu berusaha sekuat mungkin menahan suara desahannya agar tidak seribut biasanya.     

Mars merasa sangat bahagia pagi itu. Hidupnya terasa begitu sempurna. Bukan saja ia bisa tidur dengan nyenyak dengan mimpi indah, ia juga dapat bangun dengan melihat gadis yang ia cintai tidur di sebelahnya.     

Lalu kini.. mereka memulai hari mereka dengan bercinta.     

Sungguh sempurna!     

Kalau saat ini ia sedang bermimpi... ia tidak mau bangun.     

Sisa-sisa kantuk dan rasa dingin yang tadi masih menguasai keduanya kini telah hilang sama sekali, digantikan dengan perasaan euforia yang memabukkan. Emmelyn mendesah pelan sambil meremas seprei saat Mars memasuki tubuhnya berkali-kali, untuk menyalurkan libidonya pagi itu.     

Sedang keduanya berusaha mencapai puncak, tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka dari luar.     

Mars seketika menjadi gusar saat menyadari ada orang yang begitu lancang membuka pintu kamarnya tanpa ia panggil.     

"Sayang.. apakah kau baik-baik saja? Para pelayan bilang kau belum keluar kamar sesiang ini... Ibu menjadi sangat kuatir." Suara Ratu Elara yang terdengar dari luar saat pintu dibuka sontak membuat Mars membeku. Kemarahannya langsung hilang entah kemana.     

"I... itu ibuku," bisik Mars panik. Ia buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan Emmelyn.     

Jikalau ia terlambat setengah detik saja, Ratu Elara pasti akan melihat tubuh telanjang anak lelakinya di atas tubuh seorang gadis cantik dengan posisi yang sangat panas.     

Ratu Elara menjerit pelan dan berdiri terpaku di ambang pintu saat melihat apa yang dilakukan anaknya barusan. Wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.     

Ahh.. rupanya, informannya berkata jujur. Mars memang sudah tidur dengan seorang wanita.     

Gosip jahat yang beredar di luaran bahwa Mars hanya berpura-pura tidur dengan kekasihnya padahal sebenarnya ia menyukai sesama jenis itu ternyata tidak benar.     

Perasaan gembira yang memenuhi hati Ratu Elara pagi itu tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.     

Ratu Elara merasa sangat lega. Ahh.. anaknya akan segera memberinya cucu, pewaris takhta kerajaan Draec. Semua kekuatiran keluarga mereka akan segera teratasi.     

"I...ibu, mau apa ke sini? Kenapa tidak bilang dulu?" tanya Mars dengan sikap sangat canggung.     

Ia sengaja menarik selimut hingga ke lehernya untuk menutupi apa yang sedang ia lakukan bersama Emmelyn. Tubuhnya masih ada di atas gadis itu dan penisnya pun masih menancap di dalam tubuh Emmelyn.     

Rasanya kalau ia berpindah posisi sekarang akan terasa canggung, karenanya ia berpura-pura diam.     

Ratu Elara menekap bibirnya dan kemudian menggeleng. "Ahh, maafkan ibu. Tadi ibu ke sini bersama ibunya Gewen, hendak membawakan oleh-oleh yang dibawakan Lord Athibaud habis kunjungan ke Longfell bagi kalian. Tetapi Gewen mengatakan kau belum keluar kamar. Tentu saja ibu sangat khawatir karena kau tidak pernah tidur sampai siang begini..."     

Mars batuk-batuk kecil, "Uhm.. ibu sudah lihat kalau aku baik-baik saja. Ibu bisa tunggu aku di bawah. Aku dan Emmelyn akan segera turun."     

Wajah sang ratu seketika tampak berseri-seri. "Oh.. jadi namanya Emmelyn, ya?"     

Mars tersenyum canggung. Ia ingat dulu saat ibunya bertanya kepadanya siapa nama gadis ini, ia malah lupa menanyakannya kepada Emmelyn.     

"Uhm.. dia agak malu, jadi ibu pergi dulu ya. Kami sebentar lagi akan turun."     

"Baiklah. Tidak usah buru-buru. Ibu akan berkeliling kastil dulu. Kalian selesaikan saja apa yang sedang kalian kerjakan... ahem." Ratu Elara tersenyum penuh arti dan segera keluar kamar, lalu menutup pintunya dari luar.     

Suasana berubah menjadi begitu hening, bahkan hingga sepuluh menit setelah Ratu Elara meninggalkan kamar Emmelyn. Tidak ada seorang pun yang berbicara.     

"Uhm.. Itu tadi... ibuku," kata Mars dengan suara canggung, memecah kesunyian.     

Emmelyn seolah tersadar dari kebekuan dan segera mendorong tubuh Mars dari atas tubuhnya.     

"Aku tidak mau bertemu ibumu.. Mau ditaruh di mana mukaku???" cetus Emmelyn sambil menutup wajahnya.     

Ya Tuhan.. apa yang barusan terjadi? Ratu kerajaan Draec memergokinya sedang tidur bersama anak laki-lakinya? Emmelyn merasa malu sekali, walaupun tadi tubuhnya tertutupi oleh selimut, tetapi pasti ratu tahu apa yang sedang terjadi...     

Emmelyn segera teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu ketika ibunya memergoki kakak lelakinya tidur dengan pelayan mereka saat ia berusia 17 tahun. Astaga....     

Emmelyn ingat betapa heboh situasi istana saat itu. Tentu saja sang pelayan langsung dipecat dan diusir kembali ke desanya.. sementara pangeran Luis diberi peringatan keras.     

Kini, membayangkan ia ada di posisi pelayan itu, Emmelyn tak dapat membayangkan rasa malu yang harus ia tanggung saat bertemu muka dengan Ratu Elara.     

Mars memijat kepalanya. Ia juga merasa sangat malu karena dilihat ibunya dalam kondisi seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.