Pangeran Yang Dikutuk

Kalau Dia Mati Kelaparan... Bagaimana?



Kalau Dia Mati Kelaparan... Bagaimana?

0"Begitu ya?" tanya Emmelyn kepada sang penjahit istana. "Kalau begitu aku akan memilih korset yang ini."     

Ia mengambil korset tulang ikan paus yang bentuknya paling sederhana dan menaruhnya di meja. Sang penjahit memperhatikan bahwa Emmelyn memilih yang bentuknya paling sederhana tetapi kualitasnya paling tinggi.     

Dalam hati ia bertanya-tanya siapa gerangan gadis ini. Desas-desus di antara para pelayan kastil yang dikenalnya menyebutkan bahwa Emmelyn ini adalah seorang wanita penghibur yang dibawa Pangeran Mars dari perjalanannya yang terakhir.     

Ia juga sudah mendengar gosip tentang betapa rusuhnya hubungan intim wanita di depannya ini dan sang pangeran.     

Ugh... membayangkan wanita murahan ini sekarang menjadi wanita yang paling dihormati di kastil pangeran putra mahkota, rasanya Mrs. Coultard merasa tidak rela.     

Bukankah di antara para gadis bangsawan di kerajaan Draec ini banyak yang lebih baik dan menarik? Mereka adalah gadis-gadis berpendidikan dari kalangan atas, dan berdarah biru.     

Kalau memang pangeran sudah tidak membenci wanita.. bukankah lebih baik kalau ia menikahi beberapa putri yang terkenal akan kecantikan dan kepandaiannya di Draec?     

Dengan berbagai pikiran itu, Mrs. Coultard mengambil ukuran tubuh Emmelyn untuk menjahitkannya pakaian.     

Setelah selesai, ia lalu mengeluarkan beberapa jenis bahan kain dari berbagai warna. Ia meminta Emmelyn memilih bahan dan warna yang ia sukai.     

Lagi-lagi Emmelyn memilih bahan yang paling mahal. Perbuatannya ini membuat sang juru jahit menjadi semakin sebal kepadanya, karena menganggap gadis murahan ini hendak mencoba tampil seperti gadis-gadis bangsawan.     

"Baiklah, saya akan membuatkan sebuah mantel untuk Lady Emmelyn, satu buah gaun pesta, dan dua gaun biasa," kata Mrs. Coultard setelah ia mengambil alat ukur dan semua sampelnya. "Saya akan datang lagi kemari untuk membawa gaun yang sudah selesai dua minggu lagi."     

"Terima kasih," kata Emmelyn. Ia ikut berdiri dan mengantar Mrs. Coultard keluar kamarnya.     

"Mantelnya akan saya selesaikan duluan. Minggu depan saya akan kirimkan kemari," kata Mrs. Coultard sebelum ia berbalik dan pergi. "Permisi, Lady Emmelyn."     

Emmelyn mengerutkan keningnya. Kenapa mantel duluan? pikirnya keheranan. Ia menatap mantelnya yang ia lipat rapi di atas meja. Ia merasa tidak terlalu membutuhkan mantel. Ia sangat jarang bepergian ke luar kastil sehingga rasanya sehelai saja sudah cukup untuknya.     

Ada-ada saja, pikir Emmelyn.     

Ia lalu kembali duduk di pinggir jendela dan menekuni bukunya sambil sesekali melihat pemandangan di halaman kastil tempat Mars dan anak buahnya berlatih.     

Heh, rupanya ketika Emmelyn berurusan dengan Mrs. Coultard, Mars dan pasukannya sudah pergi dari halaman.     

Mereka kemana, ya? Apakah latihannya sudah selesai?     

Emmelyn memandang ke arah kejauhan dan menopangkan dagunya dengan kedua tangan. Ia merasa sangat bosan di kamarnya.     

Mengapa nasibnya menjadi seburuk ini? Tadinya ia masih memiliki kebebasan yang lumayan. Ia dapat berkeliaran di seluruh penjuru kastil sesukanya, asalkan ia tidak keluar gerbang kastil.     

Untuk keluar gerbang, ia memang harus meminta izin Mars untuk pergi dengan Roshan dan beberapa pengawal, atau ia dapat pergi bersama Mars sendiri. Hal itu masih jauh lebih baik daripada sekarang.     

Tetapi sekarang, ia terpaksa diam di kamarnya saja karena ia tidak mau berpapasan dengan Mars. Seperti kata pangeran itu sendiri, yang terbaik bagi mereka sekarang adalah mengurangi kontak.     

Emmelyn juga ngeri kalau sampai Mars jatuh cinta kepadanya. Hal terakhir yang ia inginkan adalah masalah baru. Hidupnya sudah cukup rumit tanpa seorang pangeran penjajah yang masuk dalam kehidupannya secara permanen.     

Ia meregangkan kedua tangannya dan menguap. Ia tidak sabar menunggu tibanya hari Mars pergi ke Southberry.     

Emmelyn akan berkunjung ke desa sebelah dan menemui penyihir yang ia cari. Roshan tadi telah memberikan laporan kepadanya. Ia mengatakan bahwa ada seorang penyihir di desa Bydell.     

Sang penyihir ini dipercaya dapat membuat pasangan yang mandul menjadi subur dan dapat melahirkan anak.     

Menurut pendapat Roshan, penyihir ini akan dapat mempengaruhi kesuburan Emmelyn dan Pangeran Mars sehingga mereka akan dapat segera mempunyai anak.     

Karena Emmelyn tidak memiliki pilihan lain, ia terpaksa mengikuti saran Roshan untuk menemui penyhiri itu.     

Rasanya, ia tidak akan rugi apa-apa kalau hanya sekadar datang ke sana untuk bertanya dan memastikan apakah penyihir itu memang sungguhan atau hanya sekadar penipu.     

***     

Mars tidak makan siang di kastil bersama Emmelyn seperti biasanya. Ia juga tidak ada di ruangan makan kecil tempat ia biasa makan bersama Emmelyn. Hal ini membuat Emmelyn sadar bahwa Mars sungguh-sungguh dengan ucapannya.     

"Baiklah.. kalau memang ia ingin menghindariku agar tidak jatuh cinta kepadaku, lebih baik begitu," Emmelyn bergumam kepada dirinya sendiri. "Aku bisa menghabiskan makanan-makanan kesukaanku, tanpa harus kuatir ia akan mengambilnya sebagian."     

Ia mengunyah apple pie-nya dengan sikap tidak acuh. Sambil mengunyah, ia memandang ke sekelilingnya. Hanya ada dua orang pelayan yang berdiri di sudut ruangan, siap melayani semua kebutuhannya.     

Entah kenapa Emmelyn merasa ada yang aneh dengan sekelilingnya.     

Apa ya...?     

Ia menaruh alat makannya di meja, tidak lagi memiliki selera makan untuk menghabiskan pie yang sangat ia sukai itu.     

Ahh.. ia sadar, bahwa yang berbeda kali ini adalah ruang makan itu terasa sangat sepi.     

Biasanya kalau ia makan bersama Mars di sini, suara mereka makan bersama dan berbincang-bincang akan mengisi ruangan.     

Walaupun Mars bukan orang yang banyak bicara, tetapi ia adalah pendengar yang baik, sehingga Emmelyn dapat membahas apa saja dan pria itu akan mendengarkan atau sekadar mengangguk, dan terkadang ia akan menimpali ucapan Emmelyn.     

Tetapi sekarang... masakan Emmelyn mau bicara kepada dirinya sendiri? Nanti dua pelayan di sudut itu akan mengira ia sudah gila.     

Kalau si pangeran brengsek itu tidak makan di sini.. dia makan di mana? Apakah dia ingat makan? Ugh.. jangan-jangan karena kesal dia jadi tidak bernafsu makan.     

Kalau nanti dia mati karena kurang makan, bagaimana?     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.