Pangeran Yang Dikutuk

Apakah Emmelyn Sakit? (1)



Apakah Emmelyn Sakit? (1)

0Astaga.. kau ini ada-ada saja, pikir Mars sambil memijat keningnya.     

"Coba makan lagi... Mungkin yang kau makan tadi sudah terkontaminasi," Mars mengambil sepotong buah yang ada di piring. Ia menggigit setengah dan kemudian memberikan sisanya kepada Emmelyn, "Lihat kan? Aku baru saja makan sepotong dan rasanya enak."     

Dengan mata curiga, Emmelyn mengambil sisa potongan buah itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

Mungkin memang benar, potongan buah yang tadi dimakannya sudah kotor. Irisan buah yang ini mungkin rasanya baik-baik saja. Toh, Mars barusan makan potongan yang sama dan ia mengatakan rasanya manis, kan?     

"Eww...! Kau bohong!!" ia meludahkannya lagi segera setelah potongan buah itu menyentuh lidahnya.     

Mars justru bingung melihat tingkah Emmelyn. Ia sendiri sudah makan sepotong buah itu dan rasanya enak. Tapi bagaimana mungkin Emmelyn merasa buahnya sama menjijikkan dengan yang ia makan tadi?     

Apakah ia sedang sakit?     

"Hmm...Mungkin saja kau memang tidak boleh makan buah ini. Sebaiknya kau makan dagingnya saja."     

Mars memindahkan piring yang berisi buah-buahan ke tengah meja dan memotong daging untuk Emmelyn menjadi irisan kecil sehingga mudah dimakan. Ia pun berusaha menyuapkan sepotong daging itu kepada sang gadis, "Coba makan ini."     

Mars sangat berharap Emmelyn bisa memakan dagingnya. Ia akan begitu khawatir jika sampai Emmelyn sakit dan tidak bisa menikmati makanan apa pun seperti sebelumnya.     

Berat badan sang putri tidak bertambah satu gram pun bahkan setelah diberi makan dengan sangat baik selama lebih dari sebulan.     

Emmelyn membuka mulutnya dan memakan daging itu. Untungnya, daging itu terasa normal baginya. Kalau begitu, dugaannya benar, memang buahnya yang bermasalah. Emmelyn kemudian memutuskan untuk lanjut memakan sisa daging yang sudah dipersiapkan Mars tadi.     

Pangeran menghela nafas lega. Ia pun mulai menikmati hidangan yang disajikan setelah memastikan Emmelyn bisa menyantapnya juga. P     

angeran tiada henti melirik ke arah samping untuk memastikan apakah Emmelyn menemukan masalah lain dengan hidangan yang disajikan malam itu.     

Untungnya, gadis itu terlihat lahap memasukkan tiap potongan daging tanpa berkomentar apa pun.     

Tapi Mars masih merasa penasaran dengan buah yang barusan dimuntahkan Emmelyn. Ia sangat yakin indera perasanya bekerja dengan sempurna dan buah itu juga tidak bermasalah. Buahnya begitu manis dan segar, tetapi nampaknya indera perasa Emmelyn yang sedang bermasalah.     

Aneh sekali!     

Ia memutuskan untuk meminta Roshan untuk mencicipi satu potong saja setelah mereka selesai makan malam dan jika kepala pelayannya mampu membenarkan kecurigaannya, dia akan segera meminta dokter istana untuk datang dan memeriksa kesehatan Emmelyn besok. Mars khawatir gadis itu memiliki masalah dengan indera perasanya.     

"Aku kenyang," kata Emmelyn setelah menghabiskan makanan di piringnya. Ia sendiri terkejut saat melihat dirinya mampu menyantap seluruh hidangan yang ada di piring walau tidak merasa lapar sama sekali. Terkecuali buah yang tadi diberikan Mars.     

"Kau memang gadis penurut," Mars mengacak-acak rambut Emmelyn dan memujinya.     

Gadis itu memutar matanya saat melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Marsh. Pria itu sangat terobsesi melihat Emmelyn makan dengan lahap.     

Ia sempat bertanya pada Emmelyn soal makanan favoritnya, kemudian menyuruh juru masak menyiapkannya untuk sang putri.     

Sekarang, di setiap waktu makan, Emmelyn akan selalu melihat makanan yang disukainya terhidang di atas meja. Semuanya dimasak dari bahan terbaik dengan resep yang sempurna. Meskipun ia tak pernah memberi tahu pasti apa saja resep dari tiap-tiap makanan favorit Emmelyn.     

Mars bahkan tanpa ragu menyuapi Emmelyn ketika tangan gadis itu terlalu lemah untuk makan sendiri. Jika bukan obsesi, lalu apa namanya?     

(Penulis: Ini namanya cinta, Emmelyn sayang. Cinta.)     

Mars mengulurkan tangannya dan menyandarkan punggungnya ke kursinya. Dia kemudian menoleh ke arah Emmelyn dan berbicara dengan serius. "Sepertinya ada yang salah dengan indra perasamu? Apa kau juga berpikir begitu?"     

Ia menambahkan. "Tadi aku coba buahnya manis, tapi kau bilang rasanya seperti tanah. Aku akan meminta Roshan untuk mencicipinya supaya ia juga bisa memberi penilaian terhadap rasa dari buah ini. Mari kita lihat siapa yang sebenarnya perlu pergi ke dokter, kau atau aku?"     

Emmelyn hanya mengangkat bahu. Dia tidak berbohong saat mengatakan buah itu terasa seperti tanah. Ia tidak takut jika harus kalah dan perlu memeriksakan diri ke dokter. Pada kenyataannya, buah itu memang terasa menjijikkan.     

Eww... Hanya memikirkannya saja membuat bulu kuduknya merinding. Pengalaman buruknya sewaktu kecil dulu mencicipi tanah sama sekali tidak pernah hilang dari benaknya.     

Emmelyn mulai penasaran dengan reaksi yang akan diberikan Roshan setelah mencicipi buah itu.     

Kepala pelayan itu akhirnya dipanggil dan ia segera datang dan membungkuk untuk memberikan penghormatan kepada mereka berdua.     

"Apakah ada yang bisa saya bantu untuk Anda, Yang Mulia?" dia bertanya dengan hormat.     

"Ya. Apa kau bisa makan satu potong saja dari buah-buahan di atas meja itu," Mars menunjuk ke piring yang dia dorong ke tengah meja tadi. "Lalu beri tahu aku rasanya bagaimana"     

"Baiklah, Yang Mulia," Roshan mengambil sepotong buah dengan garpu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

Dia mengangguk dengan kepuasan yang terpancar di seluruh wajahnya. Ia tahu para juru masak selalu memberikan hidangan dan buah-buahan terbaik dan segar untuk keluarga kerajaan. Setelah menelannya, Roshan membenarkan kecurigaan Mars, "Buah ini segar dan manis."     

"APA??" Emmelyn sangat terkejut.     

Ia kini sadar bahwa untuk pertama kali dalam hidupnya selera makannya tidak bekerja secara optimal. Ia adalah seorang foodie dan penggila makan. Tidak mungkin jika ia salah merasa, apalagi hanya untuk buah saja.     

Aneh. Ini sungguh aneh dan mengejutkan baginya. Bagaimana buah yang manis itu terasa hambar di lidahnya? Apakah ia sakit?     

"Apa ada lagi yang perlu saya lakukan, Yang Mulia?" Roshan bertanya pada Mars.     

"Tidak, itu saja. Kau boleh pergi," kata Mars. Dia melambaikan tangannya dan kepala pelayan itu pun pergi meninggalkan Mars dan Emmelyn, yang kini masih terkejut dengan penilaian Roshan soal buah itu. Setelah Roshan meninggalkan ruang makan, Mars menoleh ke Emmelyn, "Aku rasa, kau perlu memeriksakan diri ke Dokter Vitas. Jangan-jangan kau sakit."     

"Uff.. Baiklah kalau begitu, aku tidak punya pilihan lain," kata Emmelyn dengan enggan. Ia pikir tidak ada salahnya mengikuti permintaan Mars, toh ini semua juga untuk kebaikannya sendiri.     

Ia ingin indera perasanya yang sempurna kembali seperti sedia kala. Bukan karena ia ingin menggemukkan badannya supaya bisa melahirkan anak-anak Mars, tapi karena ia memang sangat menyukai makanan.     

Emmelyn tak mau melewatkan semua makanan enak yang ditawarkan di dunia ini. Terlebih lagi ia kini tinggal di istana yang menyediakan berbagai makanan lezat terbuat dari bahan-bahan terbaik. Sangat mengesalkan jika selera makannya hilang saat tinggal di sini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.