Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Berduka



Emmelyn Berduka

0Emmelyn tenggelam dalam pikirannya lagi saat ingatan masa kecilnya bersama Killian membanjiri pikirannya.     

Ia sangat merindukannya selama dua tahun, dan ia tidak menyangka bahwa saat-saat terakhir ia akan melihatnya lagi adalah ketika mereka berdua berada di tanah musuh.     

Dan sekarang, Killian sudah mati. Emmelyn kini benar-benar hidup sendirian di dunia ini.     

Setelah matahari perlahan terbenam, akhirnya Emmelyn menguatkan hatinya dan mengucapkan selamat tinggal kepada kakaknya.     

"Maaf, semuanya jadi begini, Killian," bisiknya. "Aku akan sangat merindukanmu."     

Ia menyentuh pipi Killian yang dingin lalu memeluk tubuh tak bernyawa itu. Ia telah menghabiskan berjam-jam hanya berdiri di sana untuk berduka dalam diam.     

Sekarang, kakinya terasa seolah lumpuh dan tidak berdaya lagi menopang tubuhnya. Sudah waktunya bagi Emmelyn untuk pulang.     

Setelah ia mengucapkan selamat tinggal kepada Killian, Emmelyn keluar dari paviliun, diikuti oleh Nyonya Adler. Mereka berdua lalu berjalan perlahan menuju gedung utama.     

Angin sepoi-sepoi bertiup dan membuat tubuh mereka menggigil. Meski begitu, Emmelyn bahkan tidak merasakannya.     

Seluruh tubuhnya mati rasa karena kesedihan yang dideritanya. Setelah ini, ia hanya ingin beristirahat dan berbaring di tempat tidur untuk waktu yang lama.     

"Apakah putra mahkota sudah kembali?" Emmelyn bertanya kepada Roshan ketika ia masuk ke dalam kastil. Kepala pelayan itu membungkuk dan menggelengkan kepalanya.     

"Belum, Yang Mulia."     

"Baiklah, aku harus makan tanpa Putra Mahkota," kata Emmelyn. Ia menoleh ke arah Nyonya Adler dan bertanya apakah ia mau bergabung dengannya untuk makan malam. "Apakah kau ingin bergabung denganku untuk makan malam sebelum Roshan mengantarmu pulang?"     

Nyonya Adler segera mengangguk. Tidak hanya karena ia menyukai makanan di kastil putra mahkota, tetapi ia juga ingin tinggal lebih lama untuk menemani Emmelyn.     

"Ya, Yang Mulia. Aku akan dengan senang hati makan malam denganmu."     

"Baguslah," Emmelyn memaksakan senyum dan memberi isyarat kepada Roshan untuk menyiapkan makan malam untuk mereka berdua."Kita bisa makan sekarang."     

"Baik, Yang Mulia. "     

Emmelyn dan Nyonya Adler makan makan malam dalam keheningan lagi. Penyihir tua itu menyadari bahwa pada saat seperti ini, Emmelyn tidak membutuhkan kata-kata penghiburan.     

Ia hanya membutuhkan seseorang untuk menemaninya, untuk berduka bersamanya dalam diam.     

Setelah mereka selesai makan malam, Nyonya Adler pamit pulang. Roshan meminta seorang kusir dan seorang pelayan untuk mengantarnya pulang.     

"Terima kasih sudah datang hari ini, Nyonya Adler. Jika kau tidak keberatan, apakah kau mau kembali lagi ke sini, mungkin... minggu depan?" Emmelyn bertanya saat Nyonya Adler bersiap untuk keluar kastil.     

Penyihir tua itu mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja, Yang Mulia. Aku akan datang dan membawakanmu ramuan yang akan baik untuk kesehatanmu."     

Emmelyn masih meminum ramuan harian dari Tuan Vitas untuk menjaga kesehatan kehamilannya dan ia tidak ingin meminum ramuan dari orang lain. Tapi Emmelyn tidak mau menolak tawaran baik dari Nyonya Adler.     

Emmelyn akhirnya mengiyakan. "Terima kasih, Nyonya Adler. Aku sangat menghargai niat baikmu. Sampai jumpa minggu depan."     

Penyihir tua itu membungkuk lagi dan berbalik untuk meninggalkan kastil.     

Saat penyihir itu sudah pergi, Emmelyn pergi ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur.     

Sudah lewat jam 9 malam tetapi suaminya masih belum pulang. Ia bertanya-tanya apa yang membuatnya tinggal begitu lama di istana kerajaan.     

***     

Raja Jared dan Mars mengunjungi keluarga Preston di rumah megah mereka tidak jauh dari istana kerajaan. Ini adalah rumah mereka di ibu kota. Mereka juga memiliki kastil sendiri di luar ibu kota tetapi mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka di kastil ini.     

"Yang Mulia," Duke Preston dan istrinya membungkuk dan memberi hormat ketika mereka menyambut raja dan putra mahkota yang sudah berada di depan pintu.     

"Duke Preston, kami datang kemari untuk mengunjungi Lady Ellena, keponakanmu. Kami ingin mengetahui bagaimana kondisinya sekarang," kata Raja Jared. "Bagaimana kabarnya?"     

"Terima kasih telah mengunjungi kami, Yang Mulia. Ia masih dalam proses pemulihan di kamarnya. Kami memiliki tabib kami sendiri yang merawatnya. Mereka semua menyarankannya untuk banyak istirahat dan tidak memikirkan hal-hal yang membuatnya stres," jawab Duke Preston.     

"Bisakah kami menemuinya?" Raja bertanya lagi. "Aku punya sesuatu yang penting untuk ditanyakan kepadanya."     

Duke dan Lady Preston saling bertukar pandang. Di satu sisi, mereka tampak enggan membiarkan Ellena bertemu dengan raja, tetapi di sisi lain, mereka tahu bahwa mereka seharusnya tidak menolak keinginan sang penguasa.     

"Baik, Ellena akan menemui Yang Mulia dan Putra Mahkota," Lady Duchess Preston. "Tapi aku mohon kalian bisa bersikap sedikit lunak kepada gadis malang itu."     

Raja Jared terkesan mengejek. "Apa menurutmu aku monster yang akan memakannya? Jangan konyol!"     

"Ah, maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak berani bersikap tidak sopan seperti itu. Bukan begitu maksudku," Lady Preston buru-buru meminta maaf. "Aku hanya memohon atas nama keponakanku. Ia menangis sepanjang hari dan sangat stres.     

Wanita itu melanjutkan. "Aku harap Yang Mulia akan berbelas kasihan kepada Ellena kami. Setidaknya, tolong pertimbangkan baik-baik untuk tidak memperlakukannya dengan keras karena ia adalah teman masa kecil Pangeran Mars."     

"Baiklah, Lady Preston. Aku mengerti. Sekarang, antar kami untuk menemuinya."     

Lady Preston mengangguk dengan hormat dan kemudian memberi isyarat agar mereka berjalan masuk.     

Ia membiarkan raja berjalan dulu sementara ia mengikuti dari belakangnya, bersama dengan pangeran dan Duke Preston. Dengan hormat, mereka menunjukkan jalan bagi raja untuk menemui Ellena.     

Gadis itu sedang beristirahat di kamarnya ketika mereka semua tiba. Kamar Ellena adalah kamar yang sangat indah dan besar di lantai dua mansion itu.     

Ada tiga pelayan yang merawatnya dan memenuhi setiap kebutuhannya. Mereka segera memberi tahu Ellena tentang kunjungan raja dan ia mencoba duduk ketika pintu diketuk.     

"Tolong buka pintunya," Ellena memerintahkan salah satu pelayannya.     

Ia sudah sangat berharap raja dan pangeran akan mengunjunginya setelah ia terluka dan hatinya senang karena mereka datang lebih cepat dari yang ia harapkan.     

Hal ini membuat rasa sakit yang dialaminya sejak kemarin menjadi sepadan.     

Ketika pintu dibuka oleh seorang pelayan, raja dan rombongan kecilnya masuk dan Ellena menghela napas ketika ia melihat bagaimana raja dan pangeran berdiri di kamar pribadinya.     

"Lady Ellena, bagaimana keadaanmu?" Raja Jared langsung bertanya kepada wanita muda itu dengan suaranya yang penuh perhatian. Ia sudah tidak asing lagi dengan Ellena karena gadis itu tumbuh bersama putranya dan kedua keluarga mereka memiliki hubungan yang dekat.     

"Aku minta maaf, aku tidak bisa turun dan menunjukkan rasa hormatku kepadamu, Yang Mulia dan Putra Mahkota..." Ellena hanya bisa menundukkan kepalanya dan meminta maaf karena tidak bisa membungkuk.     

"Kau tidak perlu bersikap seperti itu. Aku datang kemari untuk melihat bagaimana kondisimu sekarang," kata raja lagi. "Aku telah mendengar tentang apa yang terjadi kemarin dari beberapa orang dan sekarang aku ingin mendengar langsung darimu alasan mengapa kau melakukannya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.