Pangeran Yang Dikutuk

Pangeran Mars Marah



Pangeran Mars Marah

0Mars menelan ludah dan menoleh ke arah Emmelyn. Sepasang mata mereka beradu tatap.     

Kalau memang ia sudah sembuh dan bisa menyentuh wanita mana pun, ia tentu akan dapat tidur dengan siapa saja dan memperoleh anak dari mereka.     

Bagaimana bisa ia menahan Emmelyn untuk tetap tinggal bersamanya?     

Selama ini Mars menggunakan alasan bahwa ia membutuhkan gadis itu untuk melahirkan anak-anaknya. Tetapi… kalau ia memang sudah sembuh.. maka alasan itu tidak akan ada gunanya.     

"Apakah Yang Mulia tidak ingin mencari tahu?" Tanya Lady Preston lagi. "Kalau kita bisa memastikan bahwa Yang Mulia Pangeran memang sudah bebas dari kutukan itu… maka Yang Mulia tidak perlu lagi bersembunyi di balik cerita palsu bahwa Anda adalah seorang pangeran jahat pembenci wanita yang akan menghukum mati siapa saja yang berani menyentuhnya…"     

Ratu Elara menarik napas panjang dan menoleh ke arah anak laki-lakinya. "Bagaimana pendapatmu, Sayang?"     

Lady Preston ikut menatap Mars lekat-lekat. "Yang Mulia… sebentar lagi Anda akan naik tahta. Biarkan rakyat tahu bahwa calon rajanya adalah laki-laki yang baik dan akan memerintah mereka dengan bijak."     

Ia melanjutkan, "Jangan biarkan mereka menganggap Anda adalah raja yang kejam dan jahat. Ini sangat penting… dan… dan kalau memang Anda sudah bebas dari kutukan itu, Anda akan dapat mencari putri raja atau bangsawan untuk dinikahi dan menghasilkan keturunan."     

Mars segera melambaikan tangannya. "Kau bicara apa, Lady Preston? Kau bilang rakyat harus tahu bahwa calon raja mereka bukanlah seorang laki-laki jahat yang membunuh orang sembarangan... Tapi sekarang kau menyuruhku membunuh seorang perempuan hanya demi membuktikan bahwa aku sudah bebas dari kutukan?"     

Lady Preston segera menggeleng-geleng dan menjawab, "Bukan itu maksudku, Yang Mulia. Kalau Anda benar-benar sudah bebas dari kutukan itu, maka tidak akan ada yang mati, bukan? Apakah Anda mau terus-menerus hidup seperti ini? Tidak pernah dapat menyentuh wanita lain..."     

"Kalau aku memang sudah bebas dari kutukan itu, memang tidak akan ada yang mati. Tetapi bagaimana kalau ternyata aku masih dikutuk? Bukankah wanita yang kusentuh nanti akan mati?" Mars tampak sangat tidak enang dengan pembicaraan mereka itu.     

"Kita bicara tentang 50% kemungkinan aku akan membunuh perempuan yang tidak bersalah," kata Mars dengan tegas. Ia menatap Lady Preston dengan tajam. "Apakah semurah itu nyawa manusia bagimu, Lady Preston?"     

Emmelyn tertegun mendengar kata-kata Mars yang diucapkannya dengan tegas itu. Pandangannya yang tadi tampak tidak acuh, perlahan berubah menjadi penuh perhatian.     

Ia tidak mengira Mars akan langsung menolak anjuran Lady Preston karena ia tidak ingin membunuh orang tidak bersalah hanya untuk mengetahui apakah ia sudah bebas dari kutukan atau tidak.     

Hal ini sama sekali berbeda dari citra Mars di luar sana sebagai jelmaan iblis yang sangat suka membunuh.     

Mars yang dikenalnya selama sebulan terakhir, sama sekali tidak seperti itu. Ia memang agak mesum dan tidak tahu malu.. tetapi ia tidak pernah membunuh orang sembarangan.     

Bahkan Emmelyn yang jelas-jelas hendak membunuhnya waktu itu, tidak dihukum mati seperti yang seharusnya. Ia malah menawarkan Emmelyn kesempatan untuk memperoleh kembali kerajaannya dengan cara adil.     

Emmelyn memberikan kepadanya apa yang ia inginkan, dan ia akan mengembalikan Wintermere kepada gadis itu.     

Padahal, kalau memang ia jahat dan hanya menginginkan keturunan, tentu tidak sulit baginya mengurung Emmelyn dan memaksa gadis itu melayaninya tanpa mendapatkan kompensasi apa pun.     

Kini, saat ia mendengar bahwa ada kemungkinan ia dapat mencari tahu status kutukannya dengan risiko mengorban satu orang saja, Mars menolaknya mentah-mentah.. walaupun itu berarti ia terjebak dalam situasinya sekarang, di mana ia tidak dapat berhubungan dengan gadis mana pun selain Emmelyn.     

Hal ini membuat dada Emmelyn yang selama ini membeku pelan-pelan diisi oleh perasaan hangat yang asing.     

Tiba-tiba saja ia melihat Mars dengan pandangan berbeda.     

Mars tidak tahu bahwa keputusannya barusan untuk menolak anjuran Lady Preston telah membuat pandangan Emmelyn terhadap menjadi berubah.     

"Yang Mulia Ratu," Lady Preston kini mencoba untuk membujuk Ratu Elara untuk menasihati anaknya. "Kerajaan Draec membutuhkan pewaris tahta. Selama ini keluarga kerajaan telah dibuat stress oleh kenyataan bahwa Pangeran Mars Strongmoor tidak dapat menikah dan memiliki keturunan."     

"Itu benar, lalu apa maksudmu?" tanya Ratu Elara.     

Lady Preston mendesah panjang. Ia tampak seolah benar-benar memikirkan tentang kepentingan Draec.     

"Kalau beliau tidak memberikan pewaris tahta berikutnya, Anda tahu sendiri bahwa akan timbul perang saudara dan perebutan kekuasaan. Apakah Raja dan Ratu menginginkan hal itu terjadi?"     

Ratu Elara menatap Mars dan mencoba menyelidiki hati anaknya. Ia tadi sudah mendengar dari Mars bahwa anaknya itu mencintai Emmelyn dan ingin menikah dengannya.     

Namun, apakah Mars benar-benar rela tidak akan pernah mengetahui apakah ia sudah bebas dari kutukan atau tidak?     

Bagaimana kalau Emmelyn tidak membalas cintanya?     

Apakah Mars akan terus mengharapkan hanya gadis itu saja dalam hidupnya? Lagipula.. sebagai raja ia memang memiliki kewajiban kepada kerajaannya untuk menghasilkan keturunan.     

"Pangeran Mars benar." Akhirnya Ratu Elara bicara untuk menengahi situasi yang sempat tegang. "Kurasa tidak adil bagi orang lain jika anakku menjadi korban hanya demi mengetahui apakah ia sudah terbebas dari kutukan itu atau tidak. Dalam hal ini, aku mendukung putra mahkota."     

Lady Preston tampak tidak puas. "Tetapi kalau Pangeran tidak tahu, maka selamanya ia tidak akan dapat menikah dan memperoleh keturunan. Bukankah pangeran memiliki KEWAJIBAN pada kerajaan Draec? Rasanya mengorbankan satu orang demi kebaikan banyak orang akan dapat dimaklumi."     

"Lady Preston!" Tiba-tiba Mars memukul meja di depannya. "Aku tidak mau bersikap tidak sopan kepada orang yang lebih tua. Tetapi kurasa kau sudah melanggar batas. Kehidupan pribadiku bukanlah urusanmu."     

Pria itu melanjutkan ucapannya dengan suara dingin. "Apakah kau pikir, aku sebagai putra mahkota, begitu abai akan kewajibanku sehingga kau perlu menasihatiku seperti kepada anak kecil? Apa kau pikir aku ini bodoh dan harus selalu dipaksa dan diingatkan?"     

Wajah Lady Preston seketika menjadi pucat. Ia buru-buru duduk bersimpuh di lantai dan bersujud, meminta ampun kepada putra mahkota yang tampak sangat tersinggung.     

"Ampuni hamba, Yang Mulia..." kata wanita itu dengan suara tercekat. "Hamba tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda bodoh atau abai. Hamba hanya mencoba mengingatkan. Mungkin hamba tadi merasa terlalu antusias saat mengetahui bahwa Anda bisa menyentuh Lady Emmelyn dan berharap bahwa kutukan itu memang benar-benar sudah hilang.. dan Anda bisa hidup normal."     

Mars bicara dengan suara tidak acuh dan dingin saat mendengar kata-kata Lady Preston. "Aku tidak perlu diingatkan olehmu. Kalau aku mendengar kau bicara seperti itu lagi, maka aku akan menganggapmu menghina kecerdasanku dalam mengambil keputusan."     

"Aku tahu kau terkenal cerdas di negeri ini, tetapi itu bukan alasan kau dapat mengatur-atur aku, calon raja Draec," kata Mars lagi.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia.. Hamba sama sekali tidak bermaksud begitu..." kata Lady Preston berkali-kali. Ia tampak menyesal telah mengangkat topik itu. "Hamba tidak akan membicarakan hal itu lagi."     

Mars melirik ke arah Emmelyn dan kemudian bicara sambil melipat tangannya di dada.     

"Ada begitu banyak hal besar yang ingin kulakukan selagi aku masih muda. Kau tidak usah kuatir tentang keturunan. Aku mampu menghasilkan keturunan untuk menjadi pewaris kerajaan ini. Tetapi saat ini aku tidak mau memikirkan pernikahan."     

"Aku akan dapat menikah dengan siapa saja wanita yang kuinginkan, tapi saat ini aku TIDAK menginginkan pernikahan. Kau mengerti itu?"     

Lady Preston mengangguk dengan wajah pucat. "Aku mengerti, Yang Mulia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.