Penyihir kegelapan di dunia magus

Mata-mata



Mata-mata

1Nyala api dari sebuah lilin tebal berkedip-kedip di dalam tenda, menerangi tempat itu dengan cahaya yang terang. Leylin, Rafiniya dan para pemimpin pasukan lainnya membentuk sebuah lingkaran dengan Aulen yang duduk di kursi kapten. Peta Hutan Moonwood digantung di satu sisi tenda.     

"Misi ini akan menjadi sangat sulit. Apakah di antara kalian ada yang memiliki rencana yang bisa dijalankan?" Aulen mengernyitkan alisnya yang ramping, tetapi tanggapan yang diberikan para pemimpin pasukan tersebut membuatnya kecewa.     

"Leylin, bagaimana menurutmu?" Aulen memandang ke arah Leylin dengan tatapan penuh harap. Sebagai seorang penyihir tentara, Leylin memegang sebuah posisi yang sangat tinggi. Selain itu, sebelumnya dia sudah membuktikan kemampuannya dan di dalam kelompok tersebut jabatannya hanya lebih rendah dari Aulen.     

"Tidak ada laporan tambahan dari mata-mata. Aku hanya mengetahui perkiraan posisi mereka dan keberadaan dari para siluman berperingkat di dalam kelompok mereka. Dalam situasi seperti ini, kita hanya bisa memperkuat keamanan kita dan menunggu kesempatan yang tepat untuk melakukan serangan mendadak."     

Meskipun pendapat yang Leylin katakan itu masuk akal, namun pendapat tersebut tidak cukup untuk membuat Aulen puas. Pemimpin kelompok itu kembali mengernyitkan alisnya. Tentu saja Leylin memahami kekhawatiran Aulen dan sebenarnya memiliki sebuah rencana. Namun, rencana itu membutuhkan kerjasama dari Tiff dan para pengikut iblis, jadi sudah sewajarnya jika dia tidak bisa memberitahu Aulen dan kelompoknya.     

Aulen melihat ke sekeliling ruangan dengan perasaan kecewa, sebelum dia melambaikan tangannya untuk membubarkan para pemimpin pasukan tersebut, "Baiklah, kalau begitu, baiklah. Maaf karena telah mengganggu makan malam kalian, mari kita akhiri pertemuan ini sekarang." Keputusasaan terlihat jelas di wajah peri perempuan tersebut.     

"Jangan khawatir, kakak Aulen! Keadilan selalu menang, para siluman terkutuk itu tidak akan menang melawan kita!" Pada titik ini, satu-satunya orang yang masih dipenuhi dengan rasa percaya diri itu tidak lain adalah Knight perempuan muda tersebut.     

Pada akhirnya, kelompok ini masih merupakan sebuah kelompok yang dikendalikan oleh kekuatan fisik. Rafiniya hanya menghadiri pertemuan itu karena dia adalah seorang Knight berperingkat tinggi. Status tersebut memberinya sebuah posisi yang setara dengan seorang perwira militer berpangkat kapten peringkat rendah.     

"Aku percaya padamu." Aulen tersenyum tak berdaya, dia tidak memiliki kekuatan untuk menanggapi Rafiniya dengan cara lain.     

"Leylin! Mengapa Aulen terlihat begitu sedih menjelang akhir pertemuan itu?" Rafiniya tidak mampu menahan rasa penasarannya setelah meninggalkan tenda itu, "Apakah misinya terlalu menantang?"     

"Entahlah," Leylin menggelengkan kepalanya, dan menyadari bahwa pengalaman yang terjadi sebelumnya itu benar-benar tidak bisa mengubah gadis tersebut.     

"Kaldu ikannya sudah selesai, nona." Pelayan Rafiniya membawa dua mangkuk kaldu ikan dan roti tawar tanpa melupakan buah beri liar yang mereka petik di sepanjang perjalan.     

"Woo!!" Rafiniya bersorak dan mulai makan dengan lahap.     

Leylin tertawa terbahak-bahak ketika melihat Rafiniya dan perlahan-lahan merobek rotinya sebelum mencelupkannya ke dalam kaldu kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia hanya memanggil gadis itu ketika mereka akan berpisah, "Rafiniya!"     

"Ya? Ada apa?" Masih ada remah-remah yang tersisa di sisi bibir Rafiniya, dan dia terlihat seperti seekor anak kucing yang rakus.     

"Tidak ada, aku hanya mendapatkan sebuah firasat bahwa malam ini tidak akan berjalan dengan damai. Jangan jauh-jauh dari senjatamu." Leylin memberi tahu Rafiniya.     

Setelah berpisah, Leylin memeriksa ke sekeliling perkemahan untuk memastikan bahwa tidak ada yang memperhatikannya sebelum dia menyelinap ke dalam tenda Aulen...     

Malam ini pancaran cahaya bulan yang berwarna perak itu terlihat sangat suram, dan hanya ditutupi oleh beberapa awan badai yang sesekali melewati wilayah tersebut.     

Angin menderu dan suhu menurun, semua orang kecuali yang berasal dari pasukan patroli sudah lama meringkuk di dalam tenda masing-masing. Hanya para petugas malang yang bertugas di malam hari saja yang dibiarkan berjuang sendiri sambil mengutuk nasib mereka.     

Sebuah awan gelap tebal datang entah dari mana dan menghalangi seluruh pancaran cahaya bulan. Satu detik kemudian cahaya bulan tersebut telah benar-benar menghilang, dan satu-satunya cahaya yang masih tersisa berasal dari sekumpulan api unggun di sekitar perkemahan. Jarak pandang petugas jaga menjadi semakin kabur dan mereka hanya bisa melihat benda-benda dalam jarak 5 meter, bahkan ketika mereka duduk di dekat api unggun.     

"Benar-benar sebuah malam yang gelap... Dan kabut yang begitu pekat!" Gerutu seorang petugas patroli.     

"Ayolah! Aku telah melihat kabut yang bahkan lebih menakutkan di dalam hutan belantara yang tak berujung. Kabutnya begitu pekat sampai kamu dapat melihat jari-jarimu sendiri meskipun kamu telah mengulurkan tanganmu." Seorang petugas patroli lainnya menjawab dengan jijik.     

"Yah, kau benar!" Petugas yang lebih muda itu menganggukkan kepalanya, tetapi kemudian dia memperkuat cengkeramannya pada senjatanya, "Siapa di sana?"     

Sebuah bayangan mendekati mereka dari dalam kabut. "Ini aku!" Bayangan itu mengeluarkan sebuah suara yang mereka kenali.     

"Oh, itu kapten. Nyonya!" Para petugas patroli tersebut segera memberi hormat. Namun pada saat mereka membungkuk, beberapa tebasan melintas tanpa perasaan di kegelapan malam.     

"Ack-" Ketakutan dan kebingungan terlihat memenuhi mata para petugas yang menekankan tangan mereka ke leher mereka masing-masing untuk mempertahankan nyawa mereka yang berharga itu, darah merembes melalui jari-jari mereka. Robohnya tubuh kedua petugas tersebut tidak menarik perhatian yang tidak diinginkan.     

Bayangan samar-samar itu sepertinya menghela napas lega sebelum tiba di depan tenda lain.     

"Siapa di sana?" Tanya Leylin dari dalam tenda.     

"Ini aku, Lanshire." Bayangan itu terdengar tenang.     

"Baiklah, apakah ada sesuatu? Tunggu sebentar, aku akan mematikan alarmnya!" Tenda itu menyala sebentar dan Leylin mengangkat pintu tenda dengan ekspresi wajah yang terlihat bingung, "Masuklah!"     

Ketika berjalan ke dalam tenda, cahaya terang mengungkapkan sosok bayangan tersebut. Tubuh sosok itu terlihat ramping setipis benang dan mengenakan sebuah topeng yang menutupi setengah bagian wajahnya. Dia adalah Lanshire, mata-mata kelompok tersebut.     

"Pasti sangat mendesak sampai kamu datang berkunjung di waktu yang tidak biasa." Leylin memancarkan aura kejantanan setelah dia melepaskan jubah sihirnya dan hanya mengenakan sebuah kemeja berwarna putih polos yang memperlihatkan dadanya yang bidang.     

"Yah.. aku punya sebuah ide terkait berkaitan dengan misi kita." Suara Lanshire terdengar agak aneh.     

"Ide? Mengapa kamu tidak menyampaikannya pada pertemuan sore tadi? Apakah ada sesuatu yang membuatmu tidak bisa mengatakannya?" Ekspresi wajah Leylin berubah menjadi suram dan dia bergerak selangkah lebih dekat kepada Lanshire.     

"Um, sebenarnya..." Lanshire mengecilkan suaranya dan membuat Leylin bergerak mendekatinya agar bisa mendengar kata-katanya itu.     

Sesuatu yang tidak terduga terjadi pada saat itu. Begitu Leylin lengah, sebuah belati berwarna perak cerah muncul entah darimana dan langsung berada di tangah Lanshire yang menebas leher Leylin tanpa ampun.     

Karena Lanshire adalah seorang pembunuh bayaran berperingkat tinggi, maka hanya ada satu akhir dari peristiwa ini. Leylin akan mati.     

*Pew!* Belati itu dapat dengan mudah memotong leher Leylin, tetapi situasinya tidak sesuai dengan perkiraan Lanshire. Jangankan ada darah yang memercik kemana-mana, tubuh Leylin justru berubah menjadi sebuah gelembung sabun besar yang meledak di depannya dan tidak meninggalkan apapun kecuali sebuah badai kuat yang muncul setelah ledakan itu terjadi.     

"Ini pasti... ilusi tingkat tinggi!" Wajah Lanshire pucat setelah menyadari bahwa Leylin yang baru saja dia hadapi itu hanyalah sebuah tiruan. Kemudian dia melarikan diri dari tenda penyihir tersebut.     

Tetapi segala sesuatunya tidak berjalan baik bagi Lanshire saat ia berjalan ke arah sekelompok orang yang mengepungnya itu. Leylin yang asli sedang mengenakan jubahnya dengan rapi dan sudah mengarahkan tongkatnya kepada perempuan itu, bersama dengan Rafiniya yang sudah mengenakan baju pelindungnya.     

Dan di tengah-tengah mereka semua terdapat Aulen yang memandang Lanshire dengan tatapan tak percaya dan, tentu saja dia merasa kecewa.     

"Lanshire! Aku tidak percaya ternyata kamulah orangnya. Kita sudah berteman selama lebih dari 50 tahun, dan kamu masih tidak bisa menahan godaan untuk memiliki kekuatan!" Aulen terlihat sedih.     

"Teman? Benarkah?" Lanshire melepas topengnya untuk memperlihatkan sebuah wajah muda, tetapi sisa-sisa dari bekas luka masih tampak jelas di pipi kirinya. Bekas luka terlihat seperti sebuah kekurangan pada karya seni yang indah dan benar-benar menghancurkan kecantikannya serta membuatnya terlihat jelek.     

Di dalam sebuah dunia yang memiliki kekuatan ilahi, bekas luka semacam ini bisa disembuhkan dengan mudah. Tetapi dahulu, orang-orang yang memberikan bekas luka ini kepada Lanshire telah meninggalkan sebuah kekuatan penghancur pada luka tersebut sehingga menghalangi kemampuan penyembuhan dari kekuatan ilahi manapun.     

"Sejak malam itu, aku sudah menjadi orang yang berbeda!" Lanshire tertawa tanpa perasaan sebelum mengenakan topengnya kembali sambil menatap dengan penuh kebencian.     

"Aku mengerti, kamu tidak pernah bisa merelakannya..." Aulen berkata dengan suara sedih, "Sebenarnya kamu bekerja untuk siapa? Para siluman? Atau faksi lain?"     

Leylin tidak bisa mengabaikan ikatan emosional semacam ini. Dia berjalan ke depan kerumunan dan memberikan perintah untuk benar-benar mengepung Lanshire. Siapapun yang menentang perintahnya akan dianggap sebagai musuh, dan jika mereka tidak dapat diajak bekerjasama, maka dia hanya bisa membunuh mereka. Ini adalah hukum yang berlaku di Dunia Para Dewa!     

"Berlututlah dan akui semua dosamu! Ini adalah kesempatan terakhirmu untuk bertahan hidup!" Seru Leylin dengan sengit, tetapi dia tahu bahwa membuat Lanshire menyerah adalah sesuatu yang hampir mustahil terjadi. Perempuan itu adalah seorang pembalas dendam dengan kemauan yang kuat. Orang-orang seperti dia bahkan bisa menyeret orang lain untuk masuk ke dalam neraka bersamanya hanya untuk melakukan balas dendam.     

Leylin sudah terbiasa dengan orang-orang yang tidak dapat diubah pendiriannya ini, jadi dia memberikan perintah tepat ketika Lanshire tersenyum, "Bunuh!"     

Dalam sekejap mata, kekuatan sihir dan kekuatan pertahanan saling berbenturan. Lanshire hanyalah seorang pembunuh bayaran berperingkat tinggi, dan meskipun dia pasti bisa memberikan banyak masalah kepada Leylin dan kelompoknya ketika segalanya dilakukan dalam kegelapan, namun pertarungan terbuka seperti ini jelas bukan kelebihannya.     

Setelah menggunakan mantra Slow dan dengan bantuan Rafiniya, Leylin dapat menjatuhkan Lanshire dalam sekejap mata. Perut perempuan itu mendapatkan tusukan dari dua pedang baja besar, dan darah panas menetes dari lukanya tersebut.     

"Lumpuhkan semua kemampuan bertarungnya! Jinx, rawat dia!" Bagaimanapun juga Lanshire adalah teman Aulen dan Leylin masih mengerti perasaan Aulen.     

"Hah! Lebih baik aku mati daripada menerima perawatan darimu! Dan apakah kalian pikir ini sudah berakhir?" Topeng Lanshire sudah lama terlepas ketika berada di tengah pertarungan. Darah menetes dari sudut bibirnya, dan penampilannya yang mengancam itu membuatnya terlihat lebih mengerikan dari sebelumnya.     

"Apa?" Ekspresi wajah Aulen tidak terlihat terlalu senang.     

"Kapten-Kapten!" Tepat pada saat itu, Ogg yang awalnya mendapatkan tugas untuk menanam jebakan dan pertahanan luar tersebut datang dengan dibawa oleh para petugas lainnya. Terlihat jelas bahwa dia telah mendapatkan sebuah serangan.     

"Para siluman! Kemampuan mereka melampaui perkiraan kita!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.