Penyihir kegelapan di dunia magus

Tinju Taring Ular



Tinju Taring Ular

0"Mampu menghancurkan boneka-boneka voodooku... Kekaisaran ini jauh lebih kuat daripada kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah permukaan Dunia Magus..."     

Leylin menganggukkan kepalanya di dalam rumah tua Xavier yang berada di Kota Seribu Beruang. Boneka-boneka voodoonya itu sama kuatnya dengan para Magus yang berada di puncak peringkat 6 Breaking Dawn. Meskipun di wilayah permukaan Dunia Magus boneka-boneka ini bisa menjadi salah satu makhluk terkuat, namun kini mereka telah dilenyapkan oleh pasukan khusus dari sebuah kekaisaran.     

Dengan kata lain, Monarch of the Skies, Bangsawan Blazing Flame dan para Magus semacam itu tidak akan mendapatkan nasib yang baik jika mereka datang ke dunia ini.     

'Aku juga belum mengetahui keberadaan Nyonya Malam. Dia bisa melacak boneka-bonekaku dengan menggunakan jaringan pusat dan Shadow Weave, sehingga memaksa boneka itu untuk pergi ke tempat terbuka. Sebuah tindakan yang dilakukan dengan begitu cepat dan tegas...' Leylin mengevaluasi dengan acuh tak acuh, dan pada saat yang sama dia tidak terlalu berharap pada dua boneka lainnya. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh kekaisaran ini, menemukan kedua boneka tersebut hanyalah masalah waktu.     

Namun, tujuan Leylin untuk memperoleh informasi, data, dan bahkan mengulur waktu telah tercapai, jadi semua itu sudah cukup.     

...     

Leylin tinggal di Kota Seribu Beruang selama beberapa lama sambil menyaksikan Xavier yang nekat berlatih teknik Tinju Taring Ular. Rasa ingin tahu menguasai diri pemuda tersebut, dan dia telah membeli sejumlah besar ramuan obat serta boneka-boneka latihan yang digunakan untuk berlatih.     

Boneka voodoo lainnya telah ditemukan selama Leylin berada di rumah Xavier. Namun, beberapa kota penting telah mengalami kerusakan parah ketika pihak kekaisaran berupaya untuk menghancurkan boneka-boneka tersebut. Kerusakan dan penyebaran virus yang berasal dari boneka itu telah memakan jutaan korban jiwa. Pemerintah telah memulai sebuah upaya pengumpulan sumbangan bagi para korban tragedi ini, dan Jill, adik perempuan Xavier itu telah menyumbangkan sebagian uang sakunya.     

Sedangkan untuk boneka voodoo terakhir yang masih hidup, saat ini boneka itu sedang bersembunyi di wilayah laut lepas. Namun, tinggal menunggu waktu sebelum boneka tersebut ditemukan.     

Leylin tidak peduli jika boneka voodoonya itu ditemukan karena boneka tersebut telah mengumpulkan begitu banyak data sebelum keberadaannya terlacak. Lagipula, dia yakin bisa menyusup ke dunia ini bahkan tanpa bantuan dari boneka-boneka voodoo itu, dan mampu menghindari deteksi dari Shadow Weave...     

Di dalam sebuah ruang bawah tanah. Xavier sudah memindahkan sebagian besar barang dari tempat ini dan membuat sebuah ruangan kosong yang ukurannya sebesar setengah lapangan basket. Ruangan itu dipenuhi karung pasir dan boneka-boneka latihan.     

Xavier tidak mengenakan bajunya, dan dia membungkus tinjunya dengan kain saat dia mulai melatih teknik yang tertulis di dalam buku petunjuk teknik Tinju Taring Ular tersebut.     

*Sssii!* Setiap pukulan yang dilancarkan Xavier seolah melenturkan tulang-tulangnya, membuatnya kedua lengannya bisa berputar dan meliuk-liuk ke berbagai arah. Suara desisan terdengar setiap kali dia melepaskan pukulan, seolah-olah tinjunya tersebut adalah seekor ular berbisa yang sedang menyerang.     

"Huff... Tinju Taring Ular! Kejam, berbahaya, dan trik yang dimiliki oleh teknik ini adalah kemampuannya dalam melancarkan serangan tak terduga sehingga membuatnya dapat menyerang dari sebuah sudut yang tidak akan diantisipasi oleh lawan! Oleh karena itu, pada tahap awal, aku harus merendam kedua tanganku di dalam sebuah larutan ramuan khusus untuk melunakkan tulang-tulangku..." Gumam Xavier.     

Setelah melatih satu bagian dari teknik tersebut, Xavier berjalan ke ember air yang ada di dekatnya dan mengambil sebuah handuk berwarna putih kemudian membasahinya. Setelah itu dia mengoleskan zat berwarna hitam yang terdapat pada handuk tersebut ke tangannya tanpa melewatkan satu pori-poripun.     

Ketika menyentuh kulit Xavier, cairan berwarna kehitaman itu seolah membakar kulitnya dan menembus ke dalam pori-porinya serta meresap sampai ke tulang-tulangnya seolah ingin melelehkan seluruh lengan tersebut.     

"Argh... Sialan... Rasanya sakit sekali..." Rasa sakit ini membuat Xavier mengumpat. Dia memasukkan handuk lain yang telah dia siapkan ke dalam mulutnya ketika ekspresi wajahnya berubah menjadi jahat, dan samar-samar dia mengeluarkan suara desisan dari seekor binatang buas.     

Rasa sakit ini berlangsung selama lebih dari setengah jam sebelum akhirnya mereda dan membuat Xavier mengeluarkan keringat dingin.     

*Pu!* Xavier memuntahkan handuk di mulutnya dan memandang tangannya sendiri. Setelah sisa-sisa ramuan tersebut dibersihkan, tangannya mengungkapkan kulit lembut berwarna putih mengkilap.     

"Ini..." Xavier menyentuh tangannya sendiri dan merasa bahwa kulitnya menjadi semakin tebal.     

"Tidak... Ini benar-benar menambahkan sebuah lapisan kulit luar yang lain..." Xavier memandang tangannya sedikit lebih lama sebelum dia mengeluarkan sebuah jarum dan menusuk kulitnya sendiri.     

Kuat dan halus, seperti kulit binatang buas...     

Xavier membutuhkan sekitar setengah dari semua kekuatan yang dia miliki sebelum akhirnya berhasil menembus lapisan kulitnya tersebut, dan bahkan ketika hal itu terjadi, tusukan tersebut hanya membuatnya merasa seperti sedang dicubit.     

"Kemampuan menusuk yang dimiliki kedua tanganku telah meningkat, dan bahkan tulang-tulangku telah menjadi lebih lembut hingga mencapai persyaratan minimal untuk menggunakan teknik Tinju Taring Ular..." Xavier mengangguk, dan tiba-tiba jantungnya terasa sedikit sakit, "Harga bahan-bahan untuk membuat ramuan itu terlalu mahal, dan rasa sakit ini..."     

Detak jantung Xavier menjadi semakin cepat ketika dia melihat buku petunjuk teknik tersebut, "Hanya tahap dasarnya saja sudah menghabiskan semua tabunganku. Pada tahap selanjutnya aku bahkan perlu memasukkan tanganku ke dalam racun untuk memberikan efek racun pada serangan-seranganku. Bagaimanapun juga, efek ini tidak seperti sebuah kemampuan biasa, kemampuan ini lebih jahat..."     

Sebenarnya, tebakan Xavier itu cukup akurat. Pada zaman dahulu teknik Tinju Taring Ular merupakan sebuah teknik beladiri yang digunakan oleh para pelayan, jadi teknik tersebut bukanlah sesuatu yang istimewa. Namun teknik itu memberi kekuatan besar dalam waktu yang singkat.     

Namun penurunan kualitas garis keturunan dan tekanan dari berbagai kerajaan serta kekaisaran telah membuat garis keturunan tersebut semakin melemah dari waktu ke waktu. Teknik-teknik seperti Tinju Taring Ular justru menjadi harta berharga yang diwariskan.     

'Jika dia terus berlatih dengan cara seperti ini, kemungkinan besar dia akan salah arah dan menjadi gila. Bahkan jika dia cukup beruntung sehingga berhasil menguasai teknik ini, namun kemungkinan besar yang dia kuasai adalah suatu kemampuan yang kekuatannya setara dengan Rapid Shadow kelas menengah...' Leylin berdiri di samping dan dengan santai menyaksikan Xavier berlatih. 'Lupakan saja... Selama ini aku sudah menjadi seorang tamu di tempat ini, sudah waktunya untuk membayar biaya sewa…'     

*Po!* Leylin tersenyum sambil mengulurkan tangannya, dan seberkas cahaya berwarna hitam masuk ke dalam buku petunjuk Tinju Taring Ular. Karena pancaran cahaya ini terlalu redup, Xavier yang sejak tadi sedang berlatih dengan rajin itu tidak menyadarinya.     

Namun, buku petunjuk kuno itu bergetar sebelum kembali ke posisi diam.     

Di sebuah halaman tertentu dari buku tersebut terdapat catatan tentang rune-rune dari bunga datura berwarna hitam. Garis-garis rune itu terus meluas dan membesar ketika bunga tersebut mekar. Dalam waktu singkat, garis-garis ini sudah kehilangan kekuatannya dan tidak bergerak lagi. Namun, bunga datura berwarna hitam yang pada awalnya hanya seperempat bagiannya saja yang mekar itu kini setengah bagiannya telah mekar dan tampaknya gelombang-gelombang energi sedang menyebar dari rune-rune yang ada di bunga tersebut.     

*Hiss!* Tentu saja, Xavier tidak menyadari perubahan-perubahan ini. Namun, ketika dia memukul, suara desisan dari seekor ular raksasa kembali terdengar dan membuat rune-rune bunga datura berwarna hitam itu bersinar. Sebuah radiasi dari energi yang ditempatkan oleh seorang Magus yang merupakan pemilik asli buku tersebut kini sedang dikeluarkan dari buku itu dan radiasi tersebut mulai bergerak menuju satu-satunya pemilik garis keturunan yang ada di dekat buku petunjuk tersebut.     

*Hiss!* *Hiss!*     

Suara desisan dari teknik Tinju Taring Ular itu terdengar semakin keras ketika getaran dari gelombang suara tersebut menjadi semakin kuat. Seolah ada seekor ular raksasa yang sedang melingkar di sekitar tubuh Xavier.     

Remaja itu memasuki sebuah kondisi yang menakjubkan. Pancaran cahaya di matanya meredup saat dia melepaskan pukulan demi pukulan. Gas berwarna hitam membentuk bayangan ular berwarna hitam di belakangnya, mata dan lidah berwarna merah dari ular tersebut memancarkan sebuah aura berbahaya.     

Bersama dengan kemunculan bayangan ular tersebut, kulit di lengan Xavier mulai mengelupas. Begitu kulit yang lama terlepas, lengannya mengungkapkan sisik-sisik yang tersembunyi di bawah lapisan kulit itu.     

'Energi ini hanya untuk membayar biaya sewa. Namun, energi itu seperti sebuah kunci yang membuka segel dari radiasi energi yang terkunci di dalam buku petunjuk tersebut.' Leylin tersenyum sambil memandang gas berwarna hitam yang menyelimuti seluruh tubuh Xavier itu. Dengan kekuatannya yang sekarang, dia bisa dengan mudah memberi Xavier kekuatan dari seorang Magus peringkat Breaking Dawn. Namun, hal ini tidak sejalan dengan prinsip-prinsip perdagangan dengan nilai setara yang dianut oleh para Magus.     

Selain itu, lonjakan kekuatan asing yang begitu besar pasti akan memberi peringatan kepada Shadow Weave. Lalu untuk apa Leylin melakukan hal semacam itu?     

Oleh karena itu, Leylin memilih untuk membayar biaya sewa dengan nilai yang setara. Tindakannya ini telah membuka segel dari radiasi energi yang tersimpan di dalam buku tersebut dan membuat keinginan leluhur Xavier terpenuhi.     

'Meskipun leluhurmu adalah seorang Magus berperingkat rendah, namun ini adalah sebuah awal untuk memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa. Mulai sekarang, semua terserah padamu...' Leylin tersenyum, matanya dipenuhi dengan tatapan penuh harap.     

Leylin tidak melakukan tindakan ini karena dia sedang merasa bosan, tetapi karena dia ingin memastikan beberapa hal melalui pemuda ini. Contohnya, dia ingin mengetahui apakah organisasi mutan memang benar-benar ada dan mengetahui keberadaan para pemilik garis keturunan lainnya.     

Setelah Xavier menunjukkan kemampuannya, dia akan segera berubah menjadi seperti sebuah magnet dan menarik banyak orang yang berniat untuk memanfaatkan kekuatannya. Hal ini akan menempatkan pemuda tersebut dalam sebuah situasi yang berbahaya, tetapi hal itu hanya membuat Leylin merasa bersemangat ketika dia menyaksikannya.     

'Jangan membuatku kecewa, anak muda…' Leylin melihat ke arah sosok yang masih berlatih di ruang bawah tanah tersebut. Pada saat ini bayangan ular itu telah menjadi lebih besar dan senyum Magus tersebut semakin melebar...     

Xavier baru mendapatkan kesadarannya kembali pada keesokan paginya. Dia menggaruk kepalanya dan bergumam, "Eh? Apa yang terjadi padaku?"     

*Brak!* Tiba-tiba sepotong kayu dari meja yang dia gunakan untuk menopang tubuhnya itu hancur dan membuatnya kembali jatuh ke atas lantai.     

"Apa? Meja kayu ini benar-benar rapuh?" Remaja itu mengerahkan lebih banyak kekuatan, dan matanya melebar ketika dia melihat bahwa balok kayu itu telah hancur hingga berubah menjadi serpihan kayu halus yang bertebaran di atas lantai.     

"Situasi ini... Bukan mejanya yang lemah, tapi aku yang menjadi semakin kuat..." Xavier berdiri dan memandang kedua tangannya. Tiba-tiba, dia memukul - Piercing Strike!     

*Swish!* Sebuah suara siulan dan raungan keras memenuhi ruangan tersebut. Suara itu membawa suara desisan seekor ular raksasa. Sebuah pukulan melubangi dinding ruangan tersebut, membuat debu dan kayu berjatuhan.     

"Sepertinya tubuhku telah benar-benar beradaptasi dengan gerakan dari teknik Tinju Taring Ular itu... Dan ini..." Xavier memandang kedua tangannya, dia memperhatikan sisik-sisik yang sudah tumbuh di kulitnya.     

"Penguasaan total dari teknik Tinju Taring Ular?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.