Penyihir kegelapan di dunia magus

Pertemuan



Pertemuan

3Pintu-pintu utama di istana emas tersebut terbuka lebar dan memperlihatkan sebuah aula besar yang benar-benar kosong. Bulu-bulu berwarna putih bersih yang sehalus kepingan salju dibentangkan di atas lantai, sementara tirai-tirai berwarna merah cerah dan bersulamkan emas digantungkan di sudut-sudut jendela prancis yang besar.     

Tempat ini adalah aula kekaisaran. Biasanya di aula tersebut terdapat para Sage, birokrat licik dan para pemimpi yang saling mengkritik serta berjuang di tempat tersebut. Berbagai jenis rencana jahat dan pembantaian dihasilkan di saat-saat seperti itu dan situasi normal tidak dapat digunakan untuk menggambarkan suasana tersebut.     

Sebuah aroma lembut dan unik tercium di udara, tetapi aroma dupa tersebut tidak cukup kuat untuk bisa membuat seseorang mabuk. Tampaknya Xena sedang mengenang masa lalu dan dia kembali berubah menjadi seorang gadis muda naif berusia 19 tahun.     

Meskipun Leylin belum menjadi pemilik tempat ini untuk waktu yang cukup lama, tetapi istana ini tampaknya tetap memiliki suatu pesona sejarah yang unik. Sepertinya suasana di tempat tersebut merupakan akumulasi dari perubahan-perubahan kehidupan yang terjadi selama ratusan ribu tahun.     

Bahkan seorang pendeta emas seperti Xena sampai melamun ketika diselimuti oleh suasana ini. Tepat ketika dia hampir kehilangan kendali atas dirinya, suara langkah kaki yang kuat terdengar di telinganya. Seolah-olah dinding aula tersebut telah terkepung ketika beberapa retakan yang dalam muncul.     

Xena melihat seorang pria muda sedang berjalan tergesa-gesa menuju ke dalam aula istana tersebut. Pria itu mengenakan jubah berwarna putih yang dibuat khusus agar pas dengan badannya. Sikap dan langkah kaki pria tersebut menunjukkan kepercayaan dirinya yang luar biasa.     

Xena tidak bisa melihat wajah pemuda tersebut dengan jelas karena pemuda itu berjalan dengan memunggungi arah datangnya cahaya. Yang bisa dia lihat hanya sebuah pancaran cahaya cemerlang yang bersinar terus-menerus dari tubuh pria muda itu.     

"Saya Pendeta Emas Xena, seorang utusan dari gereja kekayaan di benua tengah. Yang Mulia, sang Penakluk Yang Mahakuasa, saya meminta sebuah pertemuan dengan anda..." Dalam hati, Xena sudah memastikan status pria itu. Dia membungkuk dalam-dalam untuk menunjukkan rasa hormatnya yang besar.     

"Tidak perlu berbasa-basi. Lagipula sebelumnya kita sudah pernah bertemu beberapa kali." Suara itu terdengar jauh lebih muda dari yang Xena harapkan, dan juga merupakan suara yang tidak pernah bisa dia lupakan. Dia mengangkat kepalanya dan akhirnya bisa melihat Leylin yang berada di hadapannya tersebut.     

"Jadi, itu anda" Nada suara Xena mengungkapkan kepercayaan dirinya pada hipotesa yang dia buat sendiri dan keterkejutan yang terlihat dengan jelas. Meskipun dia mengetahui bahwa Leylin adalah seorang penyihir berperingkat Legenda, namun dia tidak pernah berharap bahwa pria tersebut telah menaklukkan seluruh kekaisaran penduduk asli dengan sebuah kru bajak laut. Namun tetap saja, itu bukan masalah yang paling mendesak...     

'Aura ini... Makhluk ilahi, bukan, seorang manusia setengah dewa! Hanya seorang manusia setengah dewa saja yang bisa membuatku berada di bawah tekanan sebesar ini! Seorang penyihir berperingkat Legenda yang baru berusia lebih dari 20 tahun? Hah, dia sudah menjadi seorang manusia setengah dewa! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?'     

Meskipun Xena terpana, namun dia berhasil memulihkan ketenangannya dengan cukup cepat. Lagipula, sebelumnya dia sudah pernah berurusan dengan banyak gereja, dan memiliki banyak pengalaman.     

Bukan hal yang aneh bagi orang biasa untuk mendapatkan keberhasilan tak terduga di Dunia Para Dewa, seperti naik peringkat menjadi dewa dalam satu lompatan. Cyric tidak lebih dari seorang pencuri biasa ketika masih menjadi seorang manusia biasa, dan sekarang dia memiliki kekuatan ilahi yang dahsyat sebagai Dewa Pembunuh. Dia beruntung karena telah mendapatkan keilahian dan senjata ilahi dari seorang dewa yang telah mati. Semua ini langsung membuatnya menjadi seorang dewa yang kuat.     

Dibandingkan dengan yang terjadi kepada Cyric, bahkan jika kenaikan peringkat Leylin pada dasarnya mengejutkan tetapi hal tersebut masih dapat diterima.     

Leylin sendiri tidak terlalu memikirkan Cyric. Dewa Pembunuh itu telah mendapatkan kekuatannya murni karena keberuntungan, dan kekuatannya tidak ada apa-apanya jika bukan karena tambahan kekuatan ilahinya tersebut. Akibatnya, dia akan dengan mudah menderita karena dikendalikan oleh kekuatannya sendiri. Dia sudah menjadi setengah gila, jadi dia tidak bisa dianggap sebagai seorang musuh yang tangguh.     

Selain itu, Leylin sudah membuat Cyric merasa sangat tersinggung. Dia bahkan telah membunuh seorang Legenda dari gereja dewa tersebut, dan kebencian serta keinginan mereka untuk membalas dendam kepadanya tidak mengenal batas. Ini adalah alasan utama mengapa dia memilih jalur pembantaian. Meskipun kesesuaian adalah salah satu pertimbangan yang dia gunakan, namun kini dia tidak merasa takut untuk menyinggung Cyric lagi.     

Sepertinya akan sedikit kurang bijaksana jika Leylin mengabaikan Cyric dan justru membuat masalah dengan seorang dewa berperingkat menengah seperti Dewi Wabah yang tidak bermasalah dengannya. Selain itu, peran ilahi wabah memiliki jangkauan dan penggunaan yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan peran ilahi pembantaian. Peran ilahi tersebut juga tidak memiliki banyak hal yang bisa dikembangkan.     

Seorang dewa bisa memproses semua pikiran ini dalam waktu sepersekian detik. Namun Xena merasa bahwa tampaknya Leylin sedang mengajukan pertanyaan berikutnya tanpa ragu-ragu, "Xena, mengapa kamu jauh-jauh datang kemari?"     

Pada saat ini Leylin memiliki sebuah aura ilahi yang sangat kuat dan Xena hampir berlutut di depan penyihir tersebut untuk menunjukkan rasa hormatnya. Namun tetap saja, dia masih seorang pendeta emas dari Dewi Waukeen. Setetes kekuatan muncul dari lencana suci di dada pendeta itu dan memberinya kekuatan.     

"Saya datang kemari untuk menyampaikan niat baik dari tuan saya."     

"Niat baik dari Dewi Waukeen?" Leylin memandang pendeta yang berdiri di hadapannya tersebut, sebuah jejak keceriaan bersinar di matanya yang berubah menjadi berwarna emas.     

Belum lama ini, seorang anak muda seperti Leylin perlu berhati-hati dalam mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari rencananya ketika berada di depan seorang pendeta dengan peringkat seperti Xena. Dia bahkan tidak memiliki pilihan selain merelakan sebagian keuntungannya demi membuat pendeta tersebut berpihak kepadanya. Namun sekarang, pendeta itu hanya bisa membungkuk dan berdoa agar bisa mendapatkan kebaikannya. Kesenjangan antara para dewa dan manusia ini terlihat begitu jelas sehingga seseorang bisa dimabukkan oleh kekuatan tersebut.     

Keheningan sesaat itu membuat Xena menganggap bahwa Leylin sedang memintanya untuk menunggu sejenak. Kemudian dia segera melanjutkan, "Saya memperhatikan bahwa Pulau Debanks memiliki cadangan emas dan perak yang cukup besar. Orang-orang anda menggunakan emas murni sebagai hiasan yang mewah. Jika sepersepuluh saja dari benda-benda ini dikirimkan ke benua tengah, anda akan mendapatkan keuntungan yang tak terbayangkan. Kekayaan yang terkumpul itu akan membuat anda bisa membangun sepuluh kota dengan ukuran sebesar Kota Faulen..."     

Harus dikatakan bahwa ekspresi wajah para pendeta Dewi Waukeen berubah total ketika mereka melihat keuntungan yang besar. Mereka akan membuang sifat pengecut mereka dan bahkan berani berurusan dengan para monster dan iblis. Pada saat ini, mata Xena terlihat penuh semangat ketika dia menghadapi seorang manusia setengah dewa tersebut. Bibir mungilnya yang berwarna seperti buah ceri itu mengeluarkan kata-kata iblis yang menggoda.     

"Perdagangan? Yah, aku bisa mempertimbangkannya..." Dari luar Leylin tampak seperti sedang mempertimbangkan kesepakatan dengan Xena tersebut, tetapi sebenarnya dia sedang memikirkan sesuatu yang berbeda.     

'Apakah ini sebuah jebakan? Tapi Waukeen selalu bersikap netral. Apakah dia hanya tertarik dengan Pulau Debanks, atau mungkin dia tertarik pada potensiku?' Pertarungan melawan para dewa palsu adalah pekerjaan Helm. Leylin belum pernah mendengar kabar tentang para pendeta dari gereja kekayaan yang secara aktif mengambil pekerjaan semacam itu.     

Sebaliknya, para pendeta dari gereja kekayaan sering terpesona ketika melihat emas. Kadang-kadang ada desas-desus yang menyebutkan tentang kesepakatan-kesepakatan rahasia yang mereka buat dengan para iblis. Meskipun sebagian besar kabar tersebut tidak berdasar, namun Leylin merasa cukup tertarik untuk melihat kebenaran dari kabar-kabar itu.     

Tidak seperti para monster dan iblis, para dewa palsu tidak dianggap jahat. Selain itu, meskipun untuk saat ini Pulau Debanks memiliki sumber daya yang cukup untuk memuaskan Leylin, tetapi jika pulau tersebut tersebut mendapatkan dukungan perdagangan dengan benua tengah, pulau itu akan pulih dalam waktu yang lebih cepat. Hal ini juga akan membuatnya bisa mendapatkan kekuatan keyakinan dalam jumlah yang lebih besar.     

"Aku bisa menerima perdagangannya, tetapi kamu perlu menyampaikan detail-detail yang menyangkut masalah itu dengan Tiff dan Isabel," Leylin sudah tidak lagi menyembunyikan hubungannya dengan Gereja Ular Raksasa tersebut.     

Atau mungkin Leylin tidak terlalu peduli jika para dewa lainnya mengetahui bahwa dia adalah Kukulkan sang Dewa Ular Bersayap. Terlalu banyak dewa yang diketahui memiliki identitas-identitas palsu dan menggunakan para avatar di dunia nyata utama.     

"Selain masalah ini, tuan saya memiliki beberapa permintaan yang sangat, sangat kecil. Jika Yang Mulia dapat membantunya, dewi saya pasti akan bersedia memberikan banyak hal yang akan membuat anda merasa puas..."     

"Oh? Sangat menarik, lanjutkan," Leylin membelai dagunya sambil tersenyum lebar.     

...     

Beberapa saat kemudian, Xena pergi tanpa menimbulkan suara sambil menunjukkan ekspresi puas terhadap dirinya sendiri. Leylin ditinggalkan sendiri di dalam aula besar tersebut. Seberkas kilauan ilahi terpancar dari matanya. Tatapan matanya dipenuhi dengan belas kasihan ketika dia melihat Xena yang berjalan pulang.     

Bahkan Dewi Kekayaan harus mematuhi sumpah dan aturan tak tertulis yang berlaku untuk para dewa. Ada banyak hal yang harus dia lakukan meskipun dia enggan melakukannya. Sebagai contoh, dia dilarang melakukan bisnis dengan seorang dewa palsu.     

Inilah alasannya mengapa Waukeen tidak datang sendiri. Dia mengirimkan salah satu pendetanya ke tempat ini untuk menjadi tamengnya di saat-saat yang sangat penting ini. Jika Xena tidak berhasil melihat kenyataan yang sebenarnya, mungkin dia tidak memiliki sebuah masa depan yang baik.     

Namun Leylin merasa cukup tertarik dengan komisi yang Waukeen tawarkan.     

'Jadi dia ingin aku membantunya menemukan beberapa barang dan menggunakannya sebagai sebuah alat tukar? Benar-benar menarik... Pertama adalah Tongkat Savras?' Gambar sebuah tongkat sihir muncul di depan mata Leylin, sebelum gambar tersebut dengan cepat hancur berkeping-keping.     

'Kabarnya artefak ilahi ini mampu menjaga seseorang dari ramalan dan pelacakan yang dilakukan oleh para dewa. Kabar itu memang benar, tetapi bagian utama dari tongkat tersebut bisa berada di setiap sudut dunia nyata utama. Bahkan benda itu bisa berada jauh di dalam Neraka Baator atau jurang kematian. Terlepas dari semua masalah itu, ini adalah benda yang paling dia inginkan...' Leylin mengernyitkan alisnya dengan sedikit rasa curiga, 'Wanita ini, apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan?'     

Sayangnya karena Waukeen adalah seorang dewa berperingkat menengah yang kekuatannya setara dengan seorang Magus peringkat 8 yang memahami Kekuatan Hukum, maka Leylin tidak bisa menyelidiki pikirannya tersebut.     

'Satu hal yang pasti. Baik itu untuk melakukan perdagangan atau untuk mencari barang-barang ini, aku harus meninggalkan Pulau Debanks. Aku harus pergi ke benua tengah atau dunia luar, apakah itu yang dia inginkan?' Leylin hanya bisa menebak-nebak. Lagipula hubungan mereka tidak dekat, jadi dia tidak akan percaya bahwa tiba-tiba Waukeen begitu bermurah hati untuk datang dan membantunya.     

'Jika dugaanku benar...' Kelopak mata Leylin yang terpejam itu menyamarkan pancaran cahaya redup di matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.