Penyihir kegelapan di dunia magus

Pemburu Iblis



Pemburu Iblis

0Aya merasa seperti sedang bermimpi ketika mengingat kesulitan yang dia alami di sepanjang perjalanan, dan bagaimana mereka berhasil selamat.     

'Ini semua karena Tuan Kukulkan!' Ketika memikirkan ini, Aya hanya bisa memegang lencana suci di tangannya, mulai berdoa dalam hati.     

'Mm, ibukota Kekaisaran Sakartes. Jika aku bisa menjatuhkannya dan memberikannya kepada tuan...' Sebuah gagasan muncul di dalam benak Barbara dan memenuhi pikirannya. Dia tidak sedang bersikap serakah, hanya saja semuanya terjadi terlalu lancar.     

Meskipun Barbara membawa kurang dari sepuluh ribu pasukan dari Benteng Harapan namun banyak penduduk asli yang sedang sakit telah meminta untuk bergabung. Bahkan orang-orang yang berasal dari pasukan kekaisaran telah membelot. Selain itu, setelah mendapatkan berita tentang perang suci yang disampaikan melalui beberapa saluran rahasia, bahkan para bangsawan dari Kekaisaran Sakartes mulai merasa bimbang.     

Konsekuensi dari situasi ini adalah pasukan Barbara terus berkembang tanpa perlu melakukan upaya apapun. Mereka bahkan mencapai wilayah di dekat ibu kota dengan meraih kemenangan-kemenangan yang didapatkan tanpa susah payah. Di sepanjang perjalanan, agar bisa mendapatkan 'air suci' dan berkah dari Dewa Ular Bersayap, banyak dari suku pengungsi asli melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Para pasukan tambahan juga menekan pemberontakan untuk menunjukkan kesetiaan mereka.     

Ketika mengetahui bahwa Benteng Harapan kekurangan orang, Barbara menerima semua tawaran dari para pengungsi dan pasukan tambahan tersebut. Dalam waktu singkat, pasukannya telah meningkat hingga lima kali lipat! Pada saat ini juga ada sebuah pasukan penduduk asli yang terdiri dari 50.000 pasukan dan para pengungsi lainnya.     

Awalnya Tiff merasa khawatir terhadap kemungkinan adanya mata-mata yang menyelinap masuk ke dalam pasukan itu, tetapi sepertinya para penduduk asli tersebut tidak berniat untuk melakukan hal semacam itu. Sebaliknya, karena jumlah pasukan yang besar, menyebabkan pemberian perintah dan aktivitas logistik menjadi masalah yang memusingkan sehingga beberapa kali sempat terjadi kondisi dimana semuanya menjadi sangat kacau.     

Sepertinya kini Kekaisaran Sakartes sudah tamat, mereka tidak bisa menghadapi pasukan yang jumlahnya terlalu besar itu.     

Keberhasilan yang terjadi secara terus menerus ini meningkatkan ambisi Barbara.     

"Selama aku berhasil menaklukkan Kota Dole, ibukota kekaisaran akan kehilangan semua perlindungannya..."     

Barbara membuat rencana di dalam benaknya sebelum tertegun ketika menyaksikan kekacauan yang terjadi di kota tersebut dari kejauhan. Asap tebal berwarna hitam dan suara teriakan terdengar dari kejauhan.     

"Lapor!"     

Seorang Knight berlari mendekat, sepertinya ada hal mendesak yang perlu untuk dilaporkan.     

"Biarkan dia kemari!" Barbara melambaikan tangannya, dan para penjaga yang menahan Knight tersebut menyebar.     

"Tuan Santa, beberapa pemimpin di Kota Dole telah bekerjasama untuk menciptakan sebuah pemberontakan. Sekarang mereka telah menguasai seluruh kota dan setuju untuk melepaskan keyakinan mereka untuk menjadi pengikut Dewa Ular Bersayap. Tetapi hal itu hanya akan terjadi jika kita segera memberikan air suci kepada mereka dan mereka berharap kita dapat menampung orang-orang dari kota yang sekarang sedang berada dalam kekacauan tersebut..."     

"Lakukan!"     

Barbara mengangguk dan memberikan perintah.     

Pada awalnya, situasi semacam ini membuatnya merasa sangat bersemangat, tetapi sekarang dia tidak merasakan apa-apa.     

Dia bahkan merasa kecewa karena telah mencapai sesuatu.     

Namun pada saat ini, dia memiliki sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan.     

Pengambilalihan kota tersebut berjalan dengan lancar. Ancaman kematian membuat jarang terjadi kasus lawan yang berpura-pura menyerah. Barbara menggunakan pengalaman yang dia dapatkan sebelumnya dan mengirimkan sekelompok orang untuk membantu melawan pemberontakan. Kemudian dia bertemu dengan beberapa pemimpin dan setelah dia berjanji akan menyediakan air suci, dapat dikatakan bahwa seluruh Kota Dole telah berada di dalam genggamannya.     

Alasan mengapa kota itu hanya 'dapat dikatakan' berada di dalam genggaman Barbara adalah karena masih ada altar-altar dan para pendeta. Mereka ini juga merupakan perlawanan terakhir di Kota Dole.     

Pertempuran-pertempuran memperebutkan keyakinan sudah tidak keras dan mengerikan seperti biasanya. Karena alasan inilah Barbara tidak mundur dan bergerak menuju ke altar tersebut.     

"Santa, altar di sini adalah altar untuk dua dewa palsu, Woods sang kuda api raksasa dan Akaban, kaisar yang mendirikan kekaisaran Sakartes. Meskipun para pendeta dari kuda raksasa itu telah kehilangan semua kekuatan mereka, namun para pendeta dari dewa Akaban masih mendapatkan dukungan dengan kekuatan ilahi. Mereka berhasil membuat sekelompok pasukan menjaga mereka..."     

Salah satu pemimpin pasukan Kekaisaran Sarkantes yang sekarang memihak Benteng harapan itu memimpin di depan sambil tersenyum licik. Setelah membelot, roh suci totem mereka segera dianggap sebagai para dewa palsu. Jika Leylin berada di sini, dia pasti akan menyayangkan sikap oportunis manusia ini.     

"Aku mengerti. Serahkan sisanya pada gereja!"     

Barbara memperhatikan altar yang sekarang diperlakukan sebagai sebuah sebuah benteng pertahanan tersebut, dan alisnya yang indah sedikit mengenyit.     

Meskipun dia merasa jijik pada pengkhianatan yang dilakukan oleh para pemimpin ini, namun dia tidak punya pilihan selain menerima mereka sebagai contoh untuk para penduduk asli lainnya.     

Setelah kehilangan dua makhluk setengah dewa, para pendeta dari makhluk-makhluk setengah dewa ini sudah tidak bisa memenuhi permintaan penyembuhan lagi, dan pada tingkat ini, kematian menjadi sebuah kepastian. Di mata Barbara, berkhianat demi bertahan hidup merupakan sesuatu yang sangat bisa dimengerti.     

Namun, ada sejumlah kekuatan yang akan melawan sehingga membuat segalanya menjadi sedikit merepotkan.     

"Bawa para prajurit dari gereja kemari!" Setelah berjalan melintasi benteng pertahanan tersebut, Barbara akhirnya mengakui bahwa pasukan elit dari pihak lawan itu benar-benar kuat, dan akhirnya dia mengirimkan pasukan elitnya sendiri.     

Di antara penduduk asli, juga terdapat para Profesional. Mereka termasuk para pemburu hutan dan prajurit amazon yang telah menyebabkan beberapa masalah bagi Isabel.     

Sekarang, kebanyakan yang menjaga altar tersebut adalah para Profesional semacam ini.     

Namun setelah membangun Gereja Ular Raksasa, Leylin juga mulai membangun sebuah gereja militer dan sekarang dia membawahi sejumlah besar penduduk asli.     

Saat ini, sekelompok prajurit dari suku penduduk asli yang dalam keadaan setengah telanjang dan berkemampuan tinggi dengan tato iblis tersebut tiba di depan Barbara.     

"Santa! Para prajurit dewa akan mematuhi perintah anda!"     

"Bagus, prajurit dewa kita! Gunakan amarah kalian untuk mengusir kotoran terakhir dari para dewa palsu itu!"     

Barbara berdiri di depan dan memberikan sebuah perintah agar mereka semua menyerang.     

Hampir tepat ketika perintah pengerahan pasukan itu dibuat, terjadi sebuah perubahan besar pada para penduduk asli ini. Mereka semua mulai berbaris dan otot-otot besar mereka membesar sedikit demi sedikit sebelum akhirnya dengan cepat mereka berubah menjadi para raksasa kecil.     

Kilauan dari mantra-mantra ilahi bersinar di tubuh mereka dan membawa cahaya yang unik dari sang Dewa Ular Bersayap.     

Di bawah cahaya yang bersinar begitu terang tersebut, tato iblis di tubuh mereka menjadi terlihat semakin jelas, dan mata mereka memancarkan dengan tatapan jahat.     

Kemampuan yang hanya dimiliki oleh para iblis tersebut diberikan kepada para prajurit ini.     

"Demi dewa kita. Serang!"     

Para prajurit dari suku penduduk asli dengan tato iblis di tubuh mereka ini menyerang ke depan tanpa ragu-ragu dan menghasilkan sebuah serangan yang mirip dengan sebuah gelombang tsunami di sekitar altar tersebut.     

"Jumlah prajurit dari tuan kita telah meningkat pesat..."     

Sekarang Barbara tampak yakin, dia meningkatkan kekuatan para prajurit ini dengan mantra-mantra ilahi bersama para pendeta lainnya.     

Gereja, para pendeta, dan kekuatan militer merupakan sesuatu yang sangat penting. Contohnya Tyr yang memiliki sebuah jalur yang jelas bagi para Profesional prajurit gereja.     

Sambil menggabungkan pengetahuan yang dia miliki tentang Pulau Debank yang dia dapatkan dengan menggunakan kekuatannya sendiri. Leylin juga menggunakan kemampuan simulasi perhitungan A.I. Chip untuk menciptakan sebuah jalur kekuatan baru bagi gerejanya yang disebut Pemburu Iblis!     

Seperti namanya, semua Profesional yang naik peringkat di profesi ini bisa mendapatkan sensitivitas terhadap iblis dan kemampuan melacak yang hanya dimiliki oleh para pemburu.     

Dengan mengaktifkan rune-rune iblis tersebut, para Pemburu Iblis itu bahkan bisa mendapatkan kemampuan yang mirip dengan kemampuan garis keturunan iblis!     

Meskipun profesi yang merupakan sebuah perpaduan antara prajurit dan pemegang garis keturunan ini sangat kuat, tetapi profesi tersebut juga memiliki kekurangan. Para Profesional ini harus memenuhi persyaratan yang sangat berat ketika menyangkut masalah tekad mereka.     

Selain itu, rasa sakit yang diakibatkan oleh cap rune iblis tersebut sangat mengerikan.     

Untungnya, sekarang Leylin memiliki banyak bawahan. Dia perlahan-lahan memilih makhluk-makhluk dari 300.000 bawahannya, dan mendapatkan beberapa ribu Pemburu Iblis bukanlah pekerjaan yang sulit.     

Leylin sengaja menciptakan sesuatu yang istimewa untuk sistem kekuatan ini.     

Jika seorang Pemburu Iblis mampu menangkap iblis sejati dan menyegelnya di dalam tubuh mereka, dia akan mendapatkan banyak kekuatan iblis! Bahkan mungkin peringkatnya akan meningkat!     

Hanya para Pemburu Iblis dengan iblis-iblis yang tersegel di dalam tubuh mereka saja yang menjadi para Pemburu Iblis sejati!     

Untuk alasan tertentu, meskipun kekuatan Leylin tidak bertentangan dengan darah para iblis, tetapi mereka jelas merupakan musuh bebuyutan.     

Alasan Leylin menciptakan profesi ini adalah untuk persiapan menghadapi para iblis yang ada di benua tengah. Selain para pengikut dewa kerakusan, semua yang ada hubungannya dengan iblis akan diserang dengan serangan fatal dari Pemburu Iblis tersebut! Tindakan ini akan mulai melemahkan kekuatan Sembilan Lapis Neraka Baator.     

Selain itu, upaya sungguh-sungguh untuk menyerang para iblis dibenarkan secara politis oleh kelompok dewa yang ada di benua itu. Sehingga tidak akan ada yang akan menentang.     

Tentu saja Barbara tidak mengetahui apapun mengenai niat Leylin tersebut. Sementara itu, dia sedang menghela napas kaget ketika menyaksikan kemampuan mengejutkan para Pemburu Iblis tersebut.     

Para penduduk asli yang telah mundur ke dalam gereja dan menjaga altar tersebut jelas merupakan para pengikut setia dari para dewa palsu tersebut. Tidak perlu membedakan mereka, para Pemburu Iblis itu hanya perlu membunuh mereka semua.     

Begitu altar itu dibersihkan, Barbara melangkah masuk ke dalam aula tersebut dengan ekspresi suram. Lantai berwarna hijau itu kini berubah menjadi berwarna merah darah, tapi dia tidak menemukan ada kejanggalan apapun dengan kondisi ini.     

Bagi para penduduk asli, mencuri segala sesuatu dari lawan, termasuk nyawa mereka, merupakan sesuatu yang biasa dilakukan.     

Di tengah altar tersebut terdapat sebuah patung batu obsidian berbentuk seorang prajurit yang mengendarai sebuah kereta kuda perang. Namun, kuda yang ada di depan kereta kuda tersebut telah hancur beberapa hari yang lalu.     

*Weng weng!*     

Seolah-olah merasa bahwa dia tidak dihargai, sebuah tekanan yang mengerikan muncul dari patung kaisar tersebut, itu adalah patung Akaban.     

"Hmph! Dewa palsu!"     

Barbara hanya melihat ke arah kaisar tersebut dengan tatapan jijik dan mencengkeram lencana suci di tangannya.     

"Dewa kami, Kukulkan sang Dewa Ular Bersayap! Tolong berikan saya kekuatan!"     

Cahaya suci Leylin terpancar dari lencana suci tersebut. Cahaya berwarna putih terpancar tekanan besar yang sebelumnya muncul itu kini telah menghilang, dan bahkan ada beberapa retakan pada patung tersebut.     

"Hancurkan patung itu dan bersihkan semua yang ada hubungannya dengan patung tersebut!"     

Barbara memberikan perintah dengan sungguh-sungguh.     

Tak lama kemudian, patung-patung, lencana-lencana suci, buku-buku, dan bahkan gambar-gambar yang tergantung di dinding dihancurkan dan dibakar hingga berubah menjadi abu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.