Penyihir kegelapan di dunia magus

Kegelapan



Kegelapan

0Kegelapan! Banyak dunia yang tiba-tiba mengalami kegelapan.     

Matahari di Dunia Para Dewa adalah inti dari banyak dunia dan tidak diragukan lagi bahwa benda tersebut sangat penting untuk menunjang pertumbuhan banyak makhluk. Beberapa hari setelah Leylin melahapnya, suhu di berbagai dunia menurun drastis hingga mencapai 0 derajat celcius. Suhu dingin yang menusuk tulang itu terjadi di seluruh dunia dan dunia nyata utama menjadi dunia yang paling menderita.     

Tanpa adanya cahaya matahari, kehidupan menjadi terhenti. Para dewa kehilangan sebuah sumber energi yang sangat kuat sehingga membuat mereka tidak bisa memindahkan lebih banyak pengikut mereka ke dalam kerajaan ilahi mereka. Orang-orang dari dunia nyata utama yang berhasil selamat dari bencana tersebut akan menyebut periode ini sebagai Zaman Kegelapan, sebuah masa yang dikuasai oleh kematian dan kesunyian, kelaparan serta wabah, sebuah zaman di mana semua harapan telah menghilang.     

Tiga hari setelah matahari dilahap, dunia nyata utama telah berubah menjadi sebuah neraka es. Dalam waktu satu bulan, wilayah-wilayah pertanian yang sangat luas telah mengering, tumbuh-tumbuhan mati karena tidak adanya cahaya matahari yang menunjang pertumbuhan. Pada tahun berikutnya semua persediaan makanan telah habis dan kelaparan melanda seluruh dunia.     

Namun, makhluk yang paling lemah dan bahkan paling kecil sekalipun kini memiliki ketangguhan yang luar biasa. Makhluk-makhluk yang hidup di dunia nyata utama itu seperti kecoak-kecoak yang merayap di dalam kegelapan, berubah menjadi sebuah keberadaan yang berhasil bertahan hidup bahkan ketika peradaban digantikan oleh hukum rimba. Bahkan manusia-manusia yang penuh dengan cinta kasih tersebut kini telah berubah menjadi para Barbarian.     

...     

Tahun ke 5 Zaman Kegelapan, di sebuah tempat yang dahulu merupakan tempat Pulau Faulen berada.     

Sebuah portal dibuka dari dalam Neraka Baator dan sosok Leylin melangkah keluar dari portal tersebut. Meskipun sosok ini hanya sebuah klon, namun kekuatan dari seekor makhluk Kekuatan Hukum masih cukup kuat untuk mengguncang wilayah tersebut.     

"Sudah menjadi seperti ini?" Pikiran Leylin memindai sekilas ke arah tanah milik keluarganya tersebut. Tempat yang dijuluki sebagai mutiara wilayah selatan itu sekarang dipenuhi dengan kematian, dinding-dinding batu kapur berwarna abu-abu yang ada di pulau tersebut terlihat berdebu dan hampir pecah. Tengkorak-tengkorak berserakan di atas tanah dan benar-benar tidak ada jejak kehidupan manusia di sekitar wilayah itu. Bahkan makhluk-makhluk lainnya jumlahnya hanya sedikit dan jarang ditemukan.     

*Chirp!* Beberapa sosok berwarna hitam bergegas keluar dari sebuah tumpukan tulang sambil mengedipkan mata besar berwarna hijau mereka. Ketika mereka melihat ke lingkungan di sekitarnya, pupil mata mereka terlihat seperti dua batu giok api yang bersinar di dalam kegelapan dan mereka buru-buru meninggalkan wilayah tersebut.     

"Tikus?" Leylin memperlihatkan kebaikan dan kelembutan kepada makhluk lemah semacam itu yang tidak akan pernah bisa membahayakannya. Karena jika dia tidak bersikap lembut, sedikit radiasi Magusnya saja akan membunuh semua makhluk yang ada di wilayah ini.     

"Adaptasi terhadap lingkungan itu merupakan sebuah keharusan, huh?" Leylin merekam statistik dari tikus-tikus tersebut di dalam A.I. Chipnya. Ukuran tubuh tikus-tikus itu sepuluh kali lebih besar daripada sebelum berlangsungnya Zaman Kegelapan dan warna bulu-bulu mereka berubah dari berwarna hitam menjadi terlihat lebih keabu-abuan serta menjadi lebih tebal untuk membuat tubuh mereka tetap hangat.     

"Proses mutasi ini terlalu cepat... Hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Apakah ini terjadi karena pengaruh dari Kekuatan Hukum yang ada di dunia ini? Dewa Tertinggi masih tidak mau melihat dunia nyata utama musnah begitu saja..." Leylin menghela napas.     

Biasanya evolusi membutuhkan waktu selama puluhan atau bahkan ratusan ribu tahun dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal makhluk tersebut. Namun meskipun sedang berhibernasi, Kehendak Dunia dapat membawa perubahan sebesar itu dalam waktu yang jauh lebih cepat dan membuat para penduduk mendapatkan dunia sebuah kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Ketika tikus-tikus tersebut pergi, kini perubahan itu menjadi terlihat lebih jelas daripada sebelumnya.     

"Jadi gen hewan-hewan itu telah disesuaikan dengan lingkungannya... Tetapi sepertinya proses evolusi manusia berjalan sedikit lebih lambat..." Pulau tersebut membuat Leylin mendapatkan cukup informasi untuk memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi dengan mengamati situasi yang sekarang sedang terjadi di dunia. "Para dewa memberikan perhatian yang lebih besar, sepertinya mereka masih ingin memindahkan para pengikut mereka..."     

Tujuan Leylin melahap matahari bukan hanya untuk menghancurkan dunia nyata utama. Dunia Para Dewa memiliki sebuah sistem Kekuatan Hukum yang unik, dimana matahari memainkan sebuah peran yang sangat penting. Hilangnya matahari seperti sebuah bangunan yang kehilangan fondasinya, sehingga menyebabkan terjadinya banyak perubahan misterius seperti pergeseran koordinat ruang dan waktu.     

Situasi ini juga mempengaruhi kerajaan ilahi. Para dewa kebingungan untuk menemukan koordinat baru dari kerajaan ilahi mereka dan tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di dunia nyata utama. Mereka membutuhkan waktu selama bertahun-tahun untuk kembali mendapatkan kekuatan mereka dan menstabilkan kamp mereka sendiri di dunia nyata utama sebelum mulai melancarkan sebuah serangan balik.     

Klon Leylin datang ke dunia nyata utama dalam keadaan semacam itu, menyelidiki perubahan-perubahan yang disebabkan oleh Zaman Kegelapan dan pengaruh para dewa di wilayah daratan.     

"Sepi... Benar-benar sepi..." Klon itu menarik semua pancaran cahaya dari auranya, dan tampak seperti seorang penyihir biasa saat dia berjalan menuju benua tengah.     

Bahkan saat ini hanya ada sedikit makhluk yang hidup di dasar laut. Bahkan sebagai penyebab dari semua masalah ini, Leylin menghela napas saat melihat semua keadaan ini. Tentu saja, ada batasan pada simpatinya tersebut, karena dia tidak akan membuat sebuah keputusan yang berbeda meskipun kejadiannya itu berlangsung dengan cara yang sama. Satu-satunya dewa yang baik bagi para Magus adalah para dewa yang telah mati, sehingga mereka akan melakukan semua tindakan untuk melemahkan lawan mereka tersebut.     

...     

Di benua tengah, orang-orang yang berhasil selamat dari bencana itu kini dalam keadaan tidak teratur dan tidak mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di laut wilayah selatan. Namun meskipun mereka mengetahuinya, mereka benar-benar tidak akan mempedulikannya. Saat ini, mereka sudah benar-benar tidak peduli pada semua hal.     

Ketika peradaban telah dilupakan dan hukum rimba berkuasa, bertahan hidup dan berjuang adalah satu-satunya hal yang penting untuk mereka. Kemuliaan dunia nyata utama telah hilang hanya dalam waktu beberapa tahun saja dan hanya meninggalkan makhluk-makhluk yang tidak beradab.     

"Aku akan keluar!" Doron mencengkeram jaket dan baju pelindung kulit di tubuhnya. Kulit yang kotor dan dipenuhi dengan noda darah itu mengeluarkan bau busuk. Namun, meskipun ada banyak tambalan di atas jaketnya, dia memeluk benda tersebut erat-erat untuk memberinya sedikit kehangatan di suhu udara yang sangat dingin ini.     

"Kembalilah dengan selamat!" Sebuah suara terdengar dari kamar sempit yang ada di belakang Doron dan sepasang mata indah muncul di ambang pintu kamar tersebut. Kedua mata itu seakan memenuhi tubuhnya dengan semangat dan kekuatan, membuatnya melupakan semua penyesalan yang dia rasakan ketika meninggalkan gubuk tersebut dan melangkah maju.     

Angin dingin bertiup, dinding-dinding kota diselimuti sebuah lapisan es yang membuat pikiran Doron beralih ke gubuknya yang hangat. Namun rasa lapar yang sekarang sedang dia rasakan mengingatkannya pada sesuatu, bukan hanya dirinya sendiri saja, namun wanita yang sedang menunggunya di rumah akan mati kelaparan jika dia tidak bisa menemukan sesuatu untuk dimakan.     

"Sialan!" Doron mengumpat sambil menggenggam sebilah pedang berkilau yang merupakan satu-satunya barang berharga yang dia miliki dan berjalan maju.     

Dia telah menjalani kehidupan semacam ini sejak Zaman Kegelapan dimulai dan telah berulang kali berpikir bahwa situasi ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Namun mimpi buruk yang berlangsung dalam waktu yang begitu lama ini membuatnya menangis.     

Dia hanya kebetulan menyadari rahasia dari serangga yang ada di kamp pengungsian itu dan berhasil melarikan diri karena saat itu dia berada di bagian tepi kerumunan. Dia dengan mudah mendapatkan pedang milik seorang prajurit gereja yang telah mati, itu adalah pedang yang sama seperti yang sekarang menjadi harta berharganya tersebut.     

Namun semua keberuntungannya itu telah dihabiskan dalam upaya pelariannya tersebut. Masih ada banyak makanan di kota itu. Meskipun tanaman sudah tidak dapat ditanam lagi, namun mereka sudah memiliki hasil panen yang berlimpah. Dia berkeliling di sebuah desa kosong dan menggunakan sumber daya yang dia miliki untuk memberi makan dirinya sendiri selama lebih dari sebulan.     

Namun hari-hari seperti itu tidak berlangsung untuk waktu yang lama. Makanan habis dan wabah kembali merebak. Selain itu ada serangga-serangga yang mencabut nyawa orang-orang. Doron mencoba bergabung dengan beberapa kelompok tentara bayaran, tetapi dia tidak bisa bertahan lebih dari satu bulan. Baik itu wabah atau kelaparan selalu membunuh mereka dan meninggalkannya sendirian. Serangga-serangga tersebut juga menjadi lebih pintar dan menyerang manusia secara berkelompok.     

Yang membuat Doron ketakutan adalah kenyataan bahwa Serangga Lightkiller berwarna hijau itu adalah jenis binatang buas yang paling lemah. Kekuatan mereka terus berkembang selama bertahun-tahun dan dia telah bertemu dengan serangga yang tingginya sama dengan sebuah bangunan dua lantai. Serangga berwarna merah tersebut mengoyak tubuh seorang prajurit gereja yang merupakan salah satu anggota kelompoknya itu menjadi dua bagian. Setelah melalui beberapa situasi sangat berbahaya yang hampir merenggut nyawanya, akhirnya dia menetap di wilayah ini.     

Dia kembali melihat ke sekelilingnya dengan hati-hati. Meskipun tempat ini adalah sebuah tempat berkumpul biasa dan tampak seperti sebuah kamp pengungsian yang sangat besar, tetapi ada hal-hal khusus di tempat ini. Dinding di tempat ini sangat tebal dengan jendela-jendela yang berukuran kecil atau bahkan tidak ada. Tombak-tombak yang dipasang di sekitar tempat itu membuatnya tampak seperti sebuah benteng kecil.     

Setelah para korban selamat berhasil melarikan diri dari serangan serangga yang pertama, mereka telah bergantung pada pertahanan ini. Atap dari beberapa gubuk di tempat itu bahkan memiliki noda darah dari serangga-serangga tersebut.     

Pada saat ini terdengar suara terompet perang dari kejauhan, dan semakin banyak prajurit yang berjalan keluar dari ruangan-ruangan mereka serta bergabung menjadi sebuah pasukan besar. Suasana terasa semakin tegang dan satu-satunya suara yang terdengar hanyalah suara tangisan para wanita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.