Penyihir kegelapan di dunia magus

Eicher



Eicher

0"Dewa telah memberikan perintah kepada kita!" Beberapa dukun siluman berperingkat Legenda berlari memasuki medan pertempuran tanpa merasa ragu sedikitpun. Malar telah meneriakkan perintah untuk mereka dan karena dia adalah obyek keyakinan mereka, ketaatan mereka membuat mereka tidak punya pilihan selain mematuhinya.     

Namun, para pemimpin dari siluman-siluman yang tidak menjadi pengikut dewa merasa jengkel. Terlepas dari keengganan mereka untuk terlibat dalam pertempuran, para dukun tersebut telah menarik mereka ke dalam pertempuran tersebut.     

"Butuh waktu berapa lama lagi sampai persiapannya selesai?" Tanya Mystra sambil berbalik menghadap Tyr. Dia berhasil menahan para dewa Orc dengan api peraknya dan juga membuat Leylin ikut terperangkap di dalamnya.     

"Sebentar lagi, ini adalah sesuatu yang kita pinjam..." Tyr meraih sebuah bola cahaya yang dikelilingi oleh percikan api berwarna biru. Bola cahaya itu tampak sangat menakjubkan dan memberikan tekanan besar pada para dewa Orc.     

"Disana juga ada beberapa ekor cacing tidak tahu diri yang sedang mendekat..." Mystra berbalik ke arah beberapa makhluk berperingkat Legenda.     

"Kita sudah bersiap, bukan? Biarkan orang-orang kita yang mengurus mereka," Jawab Tyr dengan acuh tak acuh.     

Pada saat yang sama, bola cahaya itu akhirnya berubah bentuk menjadi sebuah tombak yang sangat tajam. Ilneval langsung terguncang ketika melihat benda tersebut dan bahkan mata Leylin bersinar takjub.     

"Eicher's Thorn! Mereka benar-benar sudah meminjamnya!" Eicher's Thorn adalah sebuah senjata ilahi yang bahkan ditakuti oleh para dewa. Senjata itu memiliki kemampuan untuk mengirimkan kerusakan yang terjadi pada sebuah avatar kepada pengendali avatar tersebut dan bahkan para dewa pun tidak kebal terhadap kekuatan senjata itu. Senjata tersebut tercatat pernah menyebabkan kematian dua dewa berperingkat rendah dan membuat seorang dewa berhibernasi. Entah bagaimana caranya Mystra dan Tyr berhasil meminjam sebuah senjata yang sangat mengerikan itu.     

"Hmm?" Alis Leylin mengernyit ketika A.I. Chip mengeluarkan informasi yang relevan dari databasenya yang sekarang sudah hampir memuat semua informasi tersebut.     

'Jadi senjata itu muncul tepat setelah masa penurunan para dewa. Kemampuan dan energi yang dipancarkannya ini...' Leylin menyeringai, 'Jadi sebenarnya mereka hanya mengambil senjata dari seorang Magus Kekuatan Hukum dan memberinya nama baru. Benar-benar tindakan yang sangat jujur...'     

Meskipun Leylin sedang menyeringai, namun kini dia menjadi lebih serius. Dia merasa jauh lebih takut kepada para Magus daripada dengan para dewa. Bahkan untuk dia yang sekarang, kekuatan misterius mereka mengandung sebuah ancaman yang jauh lebih besar untuknya.     

Di sisi lain, Ilneval mengirimkan sebuah pesan kepada rekan-rekannya, "Seharusnya semua orang pernah mendengar tentang Eicher's Thorn. Jika kalian tidak bisa melarikan diri, lebih baik hancurkan avatar kalian daripada membiarkan senjata itu melukai kalian. Kehilangan sedikit cadangan energi kalian tidak sebanding dengan dipaksa berhibernasi untuk waktu yang sangat lama."     

"Malar!" Yurtrus berteriak, "Berhentilah terlalu pelit dalam memanfaatkan para bawahanmu! Nanti kami akan memberimu kompensasi dalam jumlah yang cukup..."     

...     

Karena ditekan oleh kelompoknya, Malar menarik kembali kelompok dukun berperingkat Legenda yang telah dia kirim untuk menghadapi Leylin.     

Namun upaya para dukun tersebut telah tertahan bahkan sebelum mereka berhasil kembali memasuki Hutan Moonwood. Kardinal Karal telah tiba bersama para prajurit gereja di belakangnya, dia memegang sebatang tongkat yang terbuat dari kayu maple tua. Kardinal itu merapalkan sebuah mantra suci yang membuat baju pelindung para prajurit gereja memancarkan cahaya.     

"Atas nama keadilan, bersihkan semua kejahatan!" Di mata para prajurit gereja, para siluman adalah sekelompok makhluk liar haus darah dan keberadaan yang harus dilenyapkan dari dunia ini.     

"Kita tidak punya banyak waktu..." Gara melihat ke arah para prajurit gereja yang ada di hadapannya, sebuah ekspresi mengancam memenuhi wajahnya ketika berbagai rune muncul di tubuhnya. Tampaknya itu adalah sebuah upacara pengorbanan.     

Energi yang kacau mulai turun ke wilayah itu ketika sebuah api besar mulai berkobar di udara. Sebuah pintu logam raksasa muncul dan sejumlah besar monster menyerbu keluar di bawah pimpinan seekor Balor berperingkat Legenda.     

Ini adalah sebuah mantra peringkat Legenda, Summon Demonic Army. Kekuatan dari mantra yang tak terbayangkan itu hanya bisa dibatalkan oleh persyaratan-persyaratan rumit yang dimilikinya sebagai sebuah mantra jahat yang kacau. Pasukan yang dipanggil oleh mantra tersebut tidak harus mematuhi perintah orang yang memanggil mereka.     

Balor itu melihat ke arah Dukun Gara dengan sikap tidak ramah, tetapi terdapat kelompok lain yang ada di wilayah tersebut mencuri perhatiannya. Para prajurit gereja dan para iblis berada di pihak yang benar-benar berlawanan dan tidak satupun dari kedua kelompok itu yang akan tenang ketika berada di tempat yang sama dengan lawannya. Hanya mendengarkan kata prajurit gereja saja sudah menjadi hal yang memalukan, itu adalah penghinaan bagi para monster.     

"Para iblis dari Jurang Kegelapan!" Seorang prajurit gereja berteriak sambil bergegas melesat ke depan, kemudian dia melambaikan sebuah pedang besar yang bermandikan cahaya suci, "Holy Slash!"     

"(% ^!% $!" Balor itu berbicara dalam bahasa kuno yang tidak bisa dipahami sambil melihat ke arah kelompok prajurit gereja, suaranya terdengar kasar dan tidak menyenangkan.     

"Kata-kata penghinaan!" Sebuah rune berwarna putih memancarkan kemurnian dari wajah Karal yang terlihat serius, "Ini menjadi terlalu merepotkan."     

Dalam sekejap mantra Balor itu telah diaktifkan dan membenamkan kaki para prajurit gereja yang sedang menyerang ke dalam tanah. Balor itu tersenyum jahat sambil mengayunkan pedangnya, membelah tubuh prajurit gereja yang masih tersisa menjadi dua.     

"Hehehe... Ini adalah dunia nyata utama! Sekarang kita bisa melahap jiwa-jiwa..." Sejumlah besar monster lainnya menyerang ke depan dari belakang balor, menggunakan mantra demi mantra ketika mereka mengubah tempat itu menjadi kacau. Semua kejadian tersebut terjadi dalam waktu yang terlalu cepat dan para prajurit gereja mati terkena tebasan pedang Balor sebelum ada yang sempat bereaksi.     

"Sial! Dasar monster jahat, seharusnya kamu tidak ada di dunia ini!" Teriak Rafiniya setelah dia pulih dari kebingungannya, niat membunuhnya mendidih.     

Namun, kata-kata yang diucapkan Baalor tersebut ketika melihat ke arah Rafiniya membuat Knight tersebut heran, "Hehehe... Seorang prajurit gereja berperingkat Legenda? Tidak, aku mencium sebuah aroma dari energi para idiot di Baator pada dirimu..."     

"Aku adalah seorang prajurit gereja, pelindung keadilan. Jangan coba-coba merusak reputasiku!"     

Bahkan Karal tidak terlihat terpengaruh oleh kata-kata monster itu. Kata-kata tersebut hanya digunakan untuk mengacaukan konsentrasi Rafiniya dan Knight itu memancarkan energi yang sangat kuat saat dia menghunuskan pedangnya serta melancarkan serangan frontal menggunakan senjatanya tersebut.     

"Bunuh!" Para prajurit gereja lainnya saling berpandangan sebelum menyerbu ke depan untuk bertarung dengan pasukan monster.     

Sebuah pemandangan dari kekacauan mulai terungkap.     

...     

Pada saat ini pertempuran para dewa telah mencapai puncaknya. Eicher's Thorn telah menyerap semua cahaya yang ada di sekitarnya dan tombak itu melayang di udara ketika Tyr membidikkannya ke arah Malar.     

*Whoosh!* Dalam sekejap tombak itu menembus ruang hampa untuk tiba di depan Malar. Beast Claws sudah pernah mengalami kerusakan dan serangan ini menciptakan sebuah lubang yang menembus senjata tersebut. Tombak itu bergerak maju tanpa hambatan dan menuju alis Malar.     

"ROAR!" Avatar itu hanya bisa berteriak marah ketika dia meledak dan memenuhi langit dengan cahaya ilahi.     

Ketika melihat situasi semakin memburuk, Ilneval berteriak pada Leylin, "Sialan, apakah kamu masih ingin membuat kita tetap bertarung? Avatar Malar sudah mati, yang kamu inginkan sudah tidak ada lagi disini..."     

"Tentu saja... Tidak!" Sesuai dugaan Ilneval, Leylin langsung menyetujui pernyataannya tersebut. Dia menarik domain pembantaiannya dan segera mengurangi tekanan yang harus ditanggung oleh ketiga dewa lainnya itu. Namun tidak satupun dari ketiga dewa tersebut yang menyadari sebuah titik cahaya muncul di sekitar mereka.     

"Itu benar, kita masih bisa..." Sebelum Ilneval sempat menghela napas lega, tindakan Leylin berikutnya membuatnya tertegun.     

[Beep! Api perak telah dianalisa, memulai perlindungan dengan Shadow Weave.] Leylin segera berlari menuju kobaran api yang menyala di langit, seolah-olah dia sedang melakukan upaya bunuh diri. Namun tampaknya ada sebuah jaring gelap yang menyelimuti tubuhnya saat dia bersentuhan dengan kobaran api itu dan dia menyibak kobaran api tersebut dengan Weave serta membuat dirinya bisa melarikan diri.     

Tanpa kunci spasial dari api perak itu, Leylin segera menggunakan sebuah mantra teleportasi. Cahaya berwarna putih bersinar di tubuhnya saat dia segera meninggalkan Hutan Moonwood.     

"Ini..." Bukan hanya Ilneval saja yang terkejut. Bahkan Tyr yang mengendalikan Eicher's Thorn dari luar api perak juga terkesiap.     

Namun tentu saja, yang merasa paling terkejut adalah Dewi Weave. "Weave itu," Gumam Mystra, tapi kemudian dia terdiam untuk sesaat. "Tidak... Itu adalah Shadow Weave! SHAR!" Dia meneriakkan nama saingannya tersebut.     

"Shar? Dewi Bayangan?" Tampaknya Tyr sedang mengingat sesuatu, "Bukankah dia sudah mati?"     

"Aku tidak mungkin salah, itu adalah Shadow Weave," Mystra memastikan. Shadow Weave sangat primitif dan kekanak-kanakan, tetapi jaringan kekuatan tersebut pernah menjadi prototipe dari Weave yang sekarang. Jadi bagaimana mungkin dia tidak mengenalinya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.