Penyihir kegelapan di dunia magus

Evakuasi



Evakuasi

0Para Magus adalah jenis orang yang sabar. Karena saat ini Distorted Shadow tidak bisa melawan Leylin secara langsung, jadi dia lebih memilih untuk menunggu dan memulihkan kekuatannya. Jika Leylin tidak meningkatkan kekuatannya pada saat Distorted Shadow sudah selesai memulihkan kekuatannya, maka Magus kuno itu akan memiliki kesempatan untuk membalas dendam!     

...     

Rakyat jelata di dunia nyata utama memperlakukan para keberadaan kuat seperti para dewa dan Magus layaknya makhluk yang berasal dari negeri dongeng. Terlepas dari apa yang dilakukan oleh orang-orang kuat tersebut, rakyat jelata hanya tertarik untuk menghasilkan beberapa keping tembaga tambahan pada hari berikutnya. Mereka hanya ingin memakan roti dan meminum bir.     

Doron adalah rakyat jelata semacam itu. Dia berasal dari kalangan tukang kayu yang dipaksa bekerja karena latar belakang yang dia miliki. Namun, latar belakangnya kurang menarik. Dia bahkan harus merawat perabotan milik pemimpin wilayah regional secara cuma-cuma beberapa kali dalam setahun, termasuk bagian lumbungnya. Dia bahkan tidak mendapatkan makanan.     

Sudah sewajarnya jika hal-hal yang berhubungan dengan iblis dan para dewa terasa seperti dongeng-dongeng yang dinyanyikan oleh para penyair kepadanya. Peristiwa semacam itu tidak ada hubungannya dengan dia dan mendengarkan dongeng-dongeng itu hanya dianggap sebagai sebuah hiburan saja.     

Namun, semua ini telah berubah dalam waktu satu hari. Ketika melihat bulan berwarna ungu meledak dan membentuk sebuah mata jahat, Doron merasa seolah kehidupannya yang tenang itu telah berakhir.     

Hilangnya cahaya bulan adalah sebuah masalah kecil. Lagipula, kebanyakan keluarga biasa tidur lebih awal karena mereka tidak mampu membeli minyak untuk menghidupkan lampu-lampu mereka. Selain itu, ada banyak bintang yang bersinar di langit, jadi masalah tersebut tidak terlalu mempengaruhi situasi di malam hari. Satu-satunya pengecualian adalah para wanita yang suka mengagumi bulan sambil ditemani minuman tengah malam.     

Tidak, masalah yang penting adalah apa yang diungkapkan oleh hancurnya bulan tersebut. Baik itu bulan yang berubah menjadi mata atau Weave raksasa yang hancur bersama bulan tersebut. Semua ini terlihat terlalu mirip dengan pekerjaan yang dilakukan oleh para iblis dan monster...     

"Kiamat sudah dekat. Sebuah keberadaan yang sangat kuat akan menghancurkan dunia..." Beberapa penyanyi kurang waras di kota telah mengubah musik waltz yang biasa mereka mainkan menjadi sebuah ramalan serius yang membuat hati Doron terasa lebih berat.     

"Para dewa di khayangan... Mungkin aku terlalu banyak berpikir. Aku harus lebih sering pergi ke gereja dan meminta bantuan kepada Pendeta Rockefeller..." Doron melihat jumlah uang yang ada di kantongnya. Di dalam kantongnya terdapat beberapa koin tembaga yang terlihat lusuh. Bagian tepi koin-koin tersebut juga sudah rusak parah...     

"Nona De Lise sialan, dia pasti telah menyuruh pembantunya yang gendut itu memotong tepian koin tembaga ini..." Doron hanya bisa mengeluh ketika melihat bayaran tak seberapa yang dia dapatkan setelah bekerja sepanjang hari tersebut. Tentu saja, dia tidak akan berani menegur majikannya secara langsung.     

Setelah menyaksikan fenomena aneh yang terjadi beberapa hari yang lalu tersebut, Doron yang sedang gelisah itu mempertimbangkan untuk mengunjungi gereja setempat dan memberikan sumbangan atau sesuatu yang berharga sehingga dia dapat meminta perlindungan dari dewa.     

Sistem gereja dan negara menguasai Dunia Para Dewa. Dengan pihak gereja yang mengendalikan keyakinan orang-orang dan negara yang memegang wewenang atas hidup mereka, bahkan rakyat jelata yang paling miskin sekalipun masih harus memberikan semua yang mereka miliki kepada salah satu dari kedua pihak tersebut. Hanya saja, meskipun pihak gereja menerima sumbangan yang diberikan secara sukarela, tetapi kedua pihak tersebut sama-sama mengeksploitasi rakyat jelata.     

"Doron!" Sebuah suara siulan riang terdengar di jalan, "Kamu sudah selesai bekerja pada Nona De Lise?"     

Doron sangat mengenal pemilik suara ini, dia berbalik untuk melihat seorang pria muda yang pakaiannya terlalu longgar. Pemuda dengan wajah berbintik-bintik ini bernama Mitch dan matanya tampak bersinar tarang.     

"Mitch! Bukankah kamu bekerja di Gereja Sihir? Kenapa sekarang kamu kembali?" Doron bertanya dengan ekspresi heran.     

Kota tempat Doron tinggal berada di bawah kendali seorang bangsawan dan pria itu telah membangun sebuah Gereja untuk Ilmater di dalam kotanya tersebut. Para bangsawan sangat menyukai dewa ini dan ingin membuat semua pengikut mereka menyembah dewa ini.     

Di sisi lain, sebuah gereja yang didirikan khusus untuk Mystra hanya tersedia di sebuah kota yang jaraknya sangat jauh dan membutuhkan waktu selama satu setengah hari perjalanan dengan kereta untuk mencapainya. Pada dasarnya, ini adalah jarak ke ujung dunia bagi Doron. Dia hanya pernah satu kali mengunjungi tempat itu dan sangat terpukau dengan kesibukan Kota Surgawi.     

Doron merasa sangat iri dengan pekerjaan Mitch. Meskipun temannya itu hanya seorang pelayan rendahan, namun pria tersebut bekerja di sebuah gereja. Suatu hari nanti, dia bisa saja membangkitkan kekuatan sihir dan menjadi seorang penyihir yang dihormati oleh orang lain.     

Mitch menjadi sedih ketika mendengar pertanyaan ini dan melambaikan tangannya. "Huh... Jangan pernah membahasnya. Aku kembali karena gereja sudah ditutup."     

"Gereja... Ditutup?" Mulut Doron menganga. Dia jelas tidak bisa mengerti bagaimana mungkin kata-kata ini bisa berada di satu kalimat yang sama.     

Gereja-gereja diawasi oleh dewanya sendiri. Semua pendeta bisa mengendalikan mantra-mantra luar biasa dan uang yang mereka dapatkan bahkan bisa membuat gereja-gereja paling rendah sekalipun tetap memiliki kekayaan yang cukup besar. Bagaimana mungkin sebuah tempat semacam itu benar-benar tutup?     

"Sepertinya kamu tidak tahu... Sebagian besar pendeta dari gereja itu mengalami kematian mendadak pada hari ketika bulan berubah menjadi berwarna hitam. Sementara para pendeta lainnya menangis sepanjang hari..."     

Mitch banyak bicara setelah dia kembali dari kota. Dia mendekati Doron dan menutupi mulutnya dengan tangannya sambil berbisik, "Kudengar Dewi Weave telah mati..."     

"Dewi Weave mati?" Doron tidak bisa terlalu banyak berkomentar terkait kejadian ini. Masalah itu terlalu jauh dari jangkauan pemikirannya dan karena Mystra bukan dewa yang dia sembah, jadi dia tidak bisa memahami konsekuensi dari situasi tersebut. Ketika mendengar bahwa seorang dewa sejati telah mati, satu-satunya perasaan yang dia rasakan adalah dia merasa sedikit senang karena dewi itu mendapatkan nasib yang sangat buruk, ini seperti perasaan yang dia rasakan ketika ada seorang raja yang meninggal dunia.     

"Mm, para penyihir kurang beruntung..." Sebuah senyuman muncul di wajah Mitch. Sepertinya intimidasi yang dia dapatkan dari para pendeta dan penyihir itu bukanlah sesuatu yang jarang terjadi. "Banyak penyihir sudah dihajar sampai mati oleh segerombolan orang..."     

"Apa hubungannya kejadian ini dengan para penyihir? Apakah mereka tidak bisa menggunakan sihir agar tidak dipukuli sampai mati oleh rakyat jelata?" Terlihat jelas bahwa Doron merasa curiga dengan 'rahasia' Mitch tersebut. Baginya, para penyihir adalah orang-orang yang sangat unggul, mereka adalah orang-orang yang bahkan membuat para bangsawan harus bersikap penuh hormat dan sopan kepada mereka.     

Bahkan Nona De Lise yang semena-mena itu tidak berani menyinggung Penyihir Holdman yang tinggal di dekat kota mereka.     

"Hehe... Begitu Dewi Weave mati, para penyihir kehilangan kemampuan mereka untuk merapalkan mantra... Menurutmu, apakah para bangsawan dan rakyat jelata yang sebelumnya pernah mereka aniaya akan melepaskan mereka?"     

Mitch memperlihatkan seringai tajam dan mengerikan, "Itulah alasannya mengapa aku pulang. Bagaimanapun juga aku tidak punya banyak kesempatan untuk menjadi seorang pendeta, jadi aku datang kemari untuk bersembunyi... Lagipula, mari kita berhenti membicarakan masalah ini! Kita harus pergi ke Kedai Buck untuk merayakan pertemuan kita ini!"     

"Tapi..." Doron menyentuh dompetnya yang kekurangan uang, "Aku masih ingin pergi ke gereja sebentar!"     

"Gereja? Oh benar juga! Beberapa gereja lain tampak sibuk sepanjang hari, mereka bersiap untuk melakukan evakuasi atau hal semacam itu. Bahkan saat ini para pedagang dan bangsawan tidak bisa meminta para pendeta merapalkan mantra untuk mereka... Seharusnya keadaan gereja di tempat ini juga sama..." Mitch menepuk pundak Doron, tatapan matanya seolah mengatakan kepada tukang kayu tersebut agar tidak membuang-buang waktu.     

"Tidak!" Doron memiliki keyakinan yang cukup kuat kepada para dewa.     

"Baiklah kalau begitu," Mitch mengangkat bahunya dengan ekspresi kesal, "Aku akan mengikutimu."     

Gereja di kota kecil tidak terlalu besar, ukurannya hanya sebesar beberapa rumah. Meskipun ada sebuah kolam air mancur kecil yang menjulang di depan gereja tersebut, tapi sayangnya tidak ada air mancur yang mengalir keluar.     

Gereja itu tampak kosong dan sejumlah besar barang yang ada di dalamnya telah hilang. Bahkan para pelayan yang masih tersisa terlihat tidak bersemangat dan hanya sedikit orang yang berdoa di gereja ini. Doron jelas menyadari perubahan itu, tetapi dia masih bertanya kepada seorang pelayan, "Halo! Saya ingin bertemu dengan Pendeta Rockefeller!"     

Doron masih memiliki sebuah kesan yang baik tentang Rockefeller yang ramah dan baik hati itu. Meskipun pria tersebut hanya bisa merapalkan beberapa mantra tingkat rendah, namun dia bisa mengobati cedera biasa dan menyelamatkan banyak nyawa penduduk kota. Doron telah memutuskan untuk memberikan sumbangan kepada pendeta itu, untuk berjaga-jaga jika di masa depan dia harus meminta sesuatu kepada pria itu.     

"Pendeta Rockefeller..." Pria tua yang menjaga pintu tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bereaksi. Dia mengusap pasir dari matanya, "Dia sudah pergi. Dia mengambil semuanya dan hanya menyisakan beberapa tumpukan kentang untuk tukang roti tua yang menyedihkan ini..."     

"Hah? Tidak ada yang mengambil alih juga?" Doron terkejut. Meskipun ukuran gereja ini kecil, namun gereja ini memiliki cukup banyak pengikut di kota dan tidak ada gereja yang bersedia meninggalkan sebuah tempat yang sudah memiliki fondasi pengikut. Seharusnya ada pendeta lain yang datang meskipun orang-orang di gereja itu telah dipindahkan.     

Situasi seperti ini sangat tidak wajar dan hal itu membuat ada sebuah firasat buruk yang muncul di dalam benak Doron.     

"Ada apa? Apakah kamu ingin berdoa dan membuat pengakuan dosa? Mungkin aku bisa membantumu!" Mata Tanner si tukang roti tua sudah diarahkan ke dompet Doron.     

"Tidak! Tidak perlu!" Bagaimana mungkin Doron tidak memahami niat Tanner? Dia segera meraih dompetnya dan melarikan diri bersama Mitch yang mengikutinya.     

Baru setelah mereka meninggalkan kota, Mitch berbalik dan menertawakan temannya itu keras-keras. "Haha..." Ujarnya sambil bernapas terengah-engah, "Aku benar, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.