Penyihir kegelapan di dunia magus

Tim



Tim

0'Sepertinya ayah sudah lama mengetahui tentang masalah itu…' Leylin segera menyimpulkan sendiri setelah mendengarkan kata-kata sang baron. Jika dia tidak segera membuat keputusan untuk membuat Isabel pergi, kemungkinan sang baron akan berurusan dengan gadis itu setelah kembali dari perjalanannya.     

Setelah itu, kabar-kabar mengerikan mungkin akan menyebar, dan sepupu Leylin itu bahkan mungkin akan 'mati karena sakit'. Lagipula, gereja-gereja di dunia ini tidak memberikan toleransi sedikitpun kepada para pengikut setan dan iblis. Selain itu, bahkan teman dan keluarga para pengikut iblis tersebut akan terkena dampaknya.     

Ayah dan anak yang diam-diam saling memahami masalah Isabel itu pergi ke jamuan makan dan bersikap seolah keduanya telah benar-benar melupakan gadis tersebut.     

Acara jamuan makan itu dipenuhi dengan keramaian dan kegembiraan. Xuno, penyair pengembara yang akhir-akhir ini terlihat di pelabuhan kala itu datang untuk tampil. Suaranya terdengar semerdu burung skylark, dan beberapa puisi pendek yang dia bacakan mendapat sorakan dari seluruh penonton yang hadir di aula tersebut.     

Namun, ketika pertunjukan itu berakhir, Leylin melihat bahwa Xuno diundang ke ruang belajar ayahnya. Sepertinya sang Baron tidak mengundangnya hanya untuk melakukan pertunjukan.     

Namun, hal itu tidak berarti apa-apa bagi Leylin. Dia berencana untuk pergi setelah jamuan makan itu berakhir dan memberi perintah kepada para bajak laut serta menyelesaikan masalah mengenai perdagangan.     

Tentu saja, Leylin harus meredakan ketegangan hubungan keluarganya dengan Viscount Tim, dengan cara menyerahkan tahanan dan menandatangani sebuah perjanjian.     

...     

*Buk!* Sebuah tamparan keras mendarat di wajah seorang pemuda dan membuat kulitnya yang berwarna putih itu memar.     

"Demi para dewa, bagaimana mungkin aku memiliki anak sebodoh kamu!"     

Seorang pria paruh baya yang sedang marah berdiri di depan seorang pemuda. Pria itu mengenakan pakaian kebangsawanan yang indah dengan desain rumit bergaya peri yang dijahit dengan benang emas di bagian tepi pakaiannya. Cincin-cincin eksotis yang sarat dengan permata-permata berharga dalam berbagai warna terpasang di sepuluh jari-jarinya, dan beberapa permata tersebut di antaranya memancarkan cahaya sihir yang kuat.     

Pria ini adalah orang yang mengendalikan kepulauan Baltik, adik kandung dari Raja Dambrath. Dia adalah Marquis Louis.     

Sang Raja jelas bukanlah orang yang pelit untuk urusan pemberian gelar, dia memberikan gelar seorang duke kepada adiknya tersebut, tetapi ternyata Louis haus akan kekuasaan. Tanah warisan adalah sesuatu yang bahkan mungkin tidak bisa didapatkan oleh anak-anak Raja.     

Marquis Louis sangat puas dengan perkembangan wilayah lepas pantai kerajaan dan meningkatnya keuntungan perdagangan. Satu-satunya hal yang membuatnya mengernyitkan kening adalah karena di laut lepas yang luas ini, terdapat beberapa tanah milik keluarga bangsawan kecil, dan sekelompok bajak laut yang tidak patuh serta biadab yang menjadi masalah bagi keluarganya. Oleh karena itu, ketika putranya yang tidak berguna itu memohon untuk mendapatkan sebagian wilayah, Marquis Louis menyetujuinya.     

Namun, ketika melihat Viscount Tim di depannya sekarang, Marquis Louis hanya bisa merasa kesal karena putranya itu gagal memenuhi harapannya. "Kamu memalukan! Kamu melakukan sesuatu tanpa mengikuti aturan apapun. Kamu tidak hanya mencoba untuk membunuh seseorang di benua itu, kamu bahkan tidak bisa menjaga wilayah lautan! Kamu bahkan kehilangan Black Tigers..."     

Pada titik ini, Marquis Louis merasa sedikit menyesal. Meskipun kematian para bajak laut menjijikkan yang hina itu tidak membuatnya merasa terganggu terlepas berapapun jumlahnya, namun seorang petarung peringkat 10 seperti Steve masih merupakan seorang bawahan yang hebat. Selain itu, kelompok pembunuh bayarannya miliknya telah menghilang.     

"Selain itu!" Dada Marquis Louis terus bergerak naik turun ketika dia melemparkan sepucuk surat ke wajah Tim. "Lihat, Griffith mengirimkan surat ini khusus untuk kita. Kamu tidak hanya gagal mendapatkan keuntungan satu pun, kamu bahkan mendorong Keluarga Faulen untuk meminta bantuan kepada orang kampungan itu!"     

Tim membiarkan surat itu menampar wajahnya, dan terus-menerus merasakan sengatan menyakitkan yang membuat matanya dipenuhi dengan amarah yang berapi-api.     

Wajah Viscount Tim tampak sangat mirip dengan Marquis Louis, meskipun dia jauh lebih muda dan memiliki sepasang mata yang panjang dan sipit. Pada saat ini dia sedang membungkuk dengan hormat, "Ayah, tolong berikan saya kesempatan lagi! Selama ayah memerintahkan Boruj untuk membantu saya, saya pasti bisa..."     

"Enyahlah!" Permintaan Tim itu hanya dijawab dengan sebuah teriakan histeris dari sang Marquis.     

Pintu ditutup dengan kasar, dan Tim dengan lembut membelai wajahnya yang bengkak. Rasa sakit yang menyengat itu semakin menambah kemarahan di dalam hatinya.     

Para pelayan perempuan dan pekerja rumah tangga lainnya yang berada di sekitar tempat tersebut tidak berani memprovokasi Tim, yang sedang berada dalam kondisi kurang baik ini. Mereka semua sangat ingin menjadi seekor burung unta agar bisa menyembunyikan kepala mereka di balik karpet [1][1]. Namun, seorang pemuda bangsawan lainnya mendekat sambil menunjukkan ekspresi mengejek.     

"Haha... adikku yang terkasih, sepertinya kamu telah menghadapi beberapa masalah!"     

"Kakak!" Tim menutupi wajahnya, dia merasa bingung dan canggung ketika melihat orang yang baru datang tersebut. Pemuda ini adalah putra pertama Marquis Louis yang lahir dari istri pertamanya. Suatu hari nanti dia akan mengambil alih kepulauan Baltik. Karena ibunya juga seorang bangsawan, maka statusnya jauh lebih tinggi daripada Tim, yang hanya bisa menuruti keinginan sang Marquis.     

"Ya ampun, apa kamu terluka? Cepat, panggil seorang pendeta!" Pemuda itu berteriak kepada pelayan di belakangnya, seolah-olah dia adalah seorang kakak lelaki yang peduli kepada adiknya itu. Namun, Tim bisa melihat hinaan yang terdapat jauh di dalam matanya itu...     

"Sialan. Sialan!" Baru setelah Tim dia keluar dari mansion, ekspresi wajahnya berubah menjadi suram. "Aku tidak akan pernah mengampuni orang-orang yang telah mempermalukanku. Aku bersumpah!"     

"Dan juga Pulau Faulen, serta bangsawan kecil bernama Leylin itu. Aku pasti akan memaksa kalian semua masuk ke neraka dan membuat kalian bertobat di sana!" Ekspresi wajah Tim terlihat menyeramkan, seperti seekor binatang buas yang berteriak kesakitan.     

...     

Leylin tidak tahu apa-apa tentang hal ini, tetapi dia cukup bisa menebak apa yang sedang terjadi. Namun sekarang perhatiannya sedang terfokus pada hal-hal lainnya.     

Tempat yang Leylin pilih untuk bersembunyi berada di bagian ujung lain dari Pulau Faulen. Keluarga Faulen sudah lama tidak menempati wilayah ini karena mereka tidak memiliki banyak petani dan budak yang harus mereka alokasikan untuk menempati seluruh wilayah di pulau tersebut. Leylin memilih wilayah ini karena disana hanya ditempati oleh sedikit orang, dan juga karena dia menyukai kawasan dataran rendah di dekat wilayah tersebut. Wilayah dataran rendah sangat langka di Pulau Faulen, dan luas wilayah itu sudah cukup untuk membuatnya dapat melakukan banyak hal.     

Sampai sekarang, Leylin hanya membangun beberapa rumah kayu di dekat wilayah tersebut, seolah-olah dia sedang bersiap untuk menjalani pelatihan. Dia terus mendapatkan informasi terbaru tentang keluarganya melalui Jacob.     

"Tahanan itu telah diserahkan, tetapi Tim menolak untuk menandatangani perjanjian?" Mata Leylin bersinar ketika dia menatap garis pantai dari kejauhan.     

"Benar, tuan muda!" Jacob berdiri di belakang Leylin, sikapnya terlihat hormat dan rendah hati. Setelah beberapa pertempuran yang sebelumnya mereka lalui, kini dia benar-benar tunduk kepada Leylin, dan kesetiaannya tersebut bahkan dapat dibandingkan dengan kesetiaannya kepada Baron Jonas.     

Ketika menatap permukaan laut yang berwarna biru untuk waktu yang lama, Leylin tiba-tiba tertawa dan berbicara perlahan, "Sepertinya dia tidak ingin berdamai dengan situasi ini."     

"Itu sudah pasti. Namun, dia mengisyaratkan bahwa untuk saat ini tidak akan ada serangan terhadap keluarga kita. Tuan Baron juga setuju."     

"Ini hanya perdamaian sementara. Rencananya terganggu, jadi dia perlu mengatur ulang semuanya. Kita perlu mengumpulkan beberapa kekuatan di wilayah ini." Leylin sudah bisa mengetahui apa arti dari semua ini. Itu bukan perdamaian, tetapi hanya sebuah gencatan senjata sementara. Begitu mereka selesai mengatur ulang semuanya, mereka pasti akan kembali menyerang keluarganya.     

Tentu saja, Leylin tidak keberatan dengan hal semacam ini, yang dia butuhkan sekarang adalah waktu.     

"Bagaimana dengan persiapan para budak yang kita butuhkan, gula kasar dan kapal penangkap ikan?" Tanya Leylin. Ini adalah persiapan untuk perdagangan gula dan abon ikan yang dia sebelumnya telah dia sampaikan kepada sang baron itu.     

"Saya sudah menemukan seorang pedagang di pelabuhan, dan dia bersedia untuk memberikan sebuah koneksi untuk mendapatkan budak dan gula kepada kita. Sedangkan untuk masalah nelayan dan kapal penangkap ikan, sebuah pengumuman telah ditempelkan di seluruh wilayah Pulau Faulen, rakyat jelata yang bergabung dengan sukarela akan mendapatkan potongan pajak..." Jacob memberikan laporan dengan hormat.     

"Bagus. Jangan khawatir tentang masalah keuangan. Sedikit harta berharga milik Steve seharusnya cukup untuk digunakan sebagai modal awal. Ayah telah mengizinkanku untuk menggunakan semuanya.." Sebelum menyerahkan mantan kapten bajak laut tersebut, Leylin tentu saja telah merebut semua harta yang Steve miliki dan mendapatkan kekayaannya yang berharga.     

Leylin juga mengetahui lokasi penguburan harta-harta tersebut. Para bajak laut biasanya mengumpulkan emas yang merupakan mata uang yang stabil, dan terbiasa menyembunyikannya di pulau-pulau yang tandus.     

Total seluruh harta milik Steve itu bernilai sekitar seribu koin emas, yang merupakan jumlah yang cukup untuk digunakan sebagai modal awal. Akan dibutuhkan lebih banyak uang ketika mendekati akhir proses produksi, tetapi Leylin sudah menyiapkan Isabel dan para bajak laut untuk mengatasi masalah tersebut.     

"Perdagangan budak? Aku membutuhkan para budak yang mahir di bidang pertukangan dan bahan bangunan. Aku tidak keberatan jika harga mereka mahal..." Kerajaan Dambrath berkembang ke arah laut, dan terdapat sejumlah besar kepulauan tandus yang ditemukan.     

Di pulau-pulau tersebut terdapat banyak penduduk asli, hutan tropis, mineral, dan makhluk-makhluk purba. Tentu saja, disana ada juga terdapat banyak penyakit dan kematian. Karena rakyat jelata dari Benua Tengah jarang setuju untuk pergi menemani tuannya mencari tanah baru, maka para budak merupakan faktor yang sangat penting jika seseorang ingin benar-benar mengembangkan sebuah pulau.     

Marquis Louis dari kepulauan Baltik adalah orang yang mendapatkan keuntungan terbesar dari perdagangan budak tersebut. Dia memiliki sebuah rantai pasokan luar biasa yang berkaitan dengan para bajak laut dan memiliki pakaian berburu untuk budaknya sendiri.     

Budak-budak yang tidak terlatih tentu saja akan menjadi budak dengan kelas terendah, dan hanya bisa digunakan di dalam arena gulat atau sebagai tumbal-tumbal bagi para dewa. Begitu berhasil dijinakkan, para penduduk asli itu akan bernilai dua kali lipat, dan jika mereka bisa membajak tanah atau memiliki keterampilan di bidang pertukangan dan bahan bangunan, maka harga mereka akan terus meningkat.     

Namun, mereka masih menjadi budak dengan kelas yang paling rendah. Budak kelas tinggi tidak lain adalah para Profesional, atau para wanita cantik yang telah menjalani pelatihan khusus. Di Benua Tengah, mereka dijual dengan harga yang tidak masuk akal!     

[1] Menghindar dari situasi yang tidak mengenakan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.