Penyihir kegelapan di dunia magus

Benua Tengah



Benua Tengah

0Magma bergulung-gulung seperti air di sebuah lautan yang memiliki gelombang besar. Gulungan magma itu memancarkan gelombang panas yang menyebar ke segala arah dan menunjukkan sedikit bagian dari kekuatan luar biasa di bawahnya.     

Sebuah lapisan cairan berwarna emas terlihat berada di tengah magma tersebut, dan terlihat seperti sebuah danau di dalam danau. Namun, lapisan luar biasa ini bisa menghentikan langkah para Magus.     

Di atas danau lava itu terbentang sebuah lorong raksasa, dengan suara-suara kecil yang terdengar dari sana-sini. Batuan di sekitar lorong ini sangat keras, dan tidak ada yang tahu ke mana yang dituju oleh lorong tersebut.     

*Swish!* Sebuah bayangan muncul di tepi danau lava itu, kemudian cahaya menyebar dan menunjukkan seorang Magus yang terlihat masih sangat muda, dengan rambut hitam panjang yang diikat begitu saja serta kulitnya yang halus dan lembut. Wajahnya yang tampan terlihat dipenuhi dengan martabat dari seorang penguasa.     

Pemuda ini adalah Leylin, tetapi jubah yang dikenakannya saat ini sedikit berdebu. Perjalanan pulang yang tergesa-gesa telah membuatnya kehabisan tenaga.     

"Tuanku!" Magus setengah baya dengan kulit kecoklatan memberi hormat.     

"Apakah kamu sudah selesai?" Leylin bertanya dengan santai.     

"Ya! Tolong ikuti saya!" Kubler mengantarkan Leylin ke sebuah lubang yang telah dia gali di dekat danau lava.     

Sebuah bola raksasa tergeletak di tengah lubang tersebut. Bola gelap itu sepertinya terbuat dari batu, dengan permukaan yang berwarna hitam pekat. Di salah satu sisi bola itu ada sebuah pintu yang memperlihatkan bahwa bola tersebut dalam keadaan kosong.     

"Menurut rancangan dan perintah dari anda, semua bagian dari bola ini telah dibuat dengan menggunakan lapisan paling keras dari batuan metamorf [1][1] untuk menahan suhu tinggi dari pusat magma. Sambungan-sambungan pada bola ini bahkan telah diperkuat oleh banyak rune..." Kubler melaporkan kepada Leylin seperti seorang pelayan yang setia.     

Kubler bahkan tidak menyebutkan adanya kesulitan dalam mengumpulkan batu dan membentuk batuan tersebut menjadi sebuah bola.     

"Kerja bagus!" Leylin mengangguk, dan dia merasa terkejut ketika melihat rune-rune yang ada di dalam bola tersebut.     

Dalam hal alkimia, ternyata Warlock garis keturunan Mankestre ini ternyata jauh lebih baik daripada yang diharapkan oleh Leylin.     

"Tidak, saya merasa sangat senang dapat melayani tuanku, dan tidak ada kesulitan sama sekali!" Kubler memberi hormat dengan rendah hati dan menyatukan kedua tangannya di depan dadanya.     

Cara hormat semacam ini memang kerap dilakukan di depan Magus dengan garis keturunan yang lebih tinggi. Kubler sudah terbiasa melakukan itu selama dia menghabiskan waktunya di Klan Ouroboros.     

"Baru-baru ini danau lava menjadi semakin aktif. Saya khawatir bahwa ini artinya danau ini akan segera meledak!"     

Pada saat danau itu meledak, maka tempat itu akan dibanjiri oleh lava, dan menghalangi seluruh jalan menuju benua tengah.     

Kubler datang ke dunia bawah tanah ketika gunung berapi tersebut sedang tidak aktif, dan dia masih menderita luka bakar yang mengerikan. Pengalaman ini membuatnya takut akan lava. Meskipun dia telah melaksanakan dengan rencana tuannya, tetapi dia masih merasa khawatir. Namun, pelayan itu tidak punya hak untuk membuat keputusan akhir. Dia hanya bisa memberikan saran dan harus mengikuti perintah tuannya.     

"Aku mengerti. Letusan akan terjadi dalam satu jam dan 23 menit. Persiapkan dirimu!" Dengan kemampuan A.I. Chip dalam mengamati dan memperkirakan letusan, Leylin dapat mengetahui waktu terjadinya letusan jauh lebih baik daripada Kubler.     

Leylin telah menjalankan rencana ini dengan menggunakan perhitungan dari A.I. Chip, dan tingkat keberhasilannya mencapai lebih dari 90%. Untuk apa mempertaruhkan nyawanya jika kemungkinan keberhasilannya tidak setinggi itu?     

Lebih dari satu jam kemudian...     

Sebuah bola berwarna hitam mengambang di atas lava merah seperti sedang mengambang di atas air.     

Kubler duduk di dalam bola hitam itu bersama Leylin dan wajahnya terlihat memucat. Ketika dia menyaksikan lava di luar bola tersebut melalui sebuah layar sihir, dia tergagap, "Tu... Tuanku, rencana ini terlalu berbahaya!"     

Jika bola tersebut sampai hancur, mereka akan dilahap oleh lava yang tak berujung itu! Meskipun dia seorang Magus, namun kematian yang mengerikan seperti ini membuat tubuh Kubler merinding.     

"Tenang!" Leylin menatap lava di luar dengan tenang.     

*Blub! Blub!* Lava telah mencapai titik didihnya, dan seluruh gua itu mulai bergetar, dan debu berjatuhan dari dinding dua.     

[Beep! Erupsi akan terjadi dalam 10, 9, 8 ...]     

A.I. Chip sudah memulai hitungan mundur terakhir.     

"Sekarang!" Mata Leylin menyala, dan kekuatan mengerikan dari seorang Magus peringkat 3 meledak.     

"Membeku!" Dengan tangannya sebagai pusatnya, sebuah lapisan es berwarna biru tua menyebar di sepanjang dinding bola tersebut. Suara retakan terdengar saat lapisan es ini segera meluas ke luar, dan menyelimuti bola hitam tersebut ke dalam es.     

Es ini sangat dingin, bahkan lava yang mendidih tidak bisa melelehkan es ini. Uap putih muncul saat permukaan lava dan tersebut bersentuhan.     

"Es ini bisa memberikan kita waktu!" Leylin berkata sambil tersenyum, kemudian dia menatap ke arah layar A.I. Chip.     

[3! 2! 1! Batas kritis telah tercapai!]     

*Boom!* Bersama dengan pengumuman dari A.I. Chip, Leylin dan Kubler dapat merasakan getaran yang menyelimuti bola tersebut. Getaran itu membuat mereka merasa seperti telah memasuki tubuh seekor monster kuno yang menakutkan, dan monster itu kini terbangun dengan mengeluarkan suara raungan yang bergemuruh!     

"AAAAAAH!" Kubler berteriak ketakutan, tangannya bergerak ke segala arah ketika dia berusaha untuk menemukan sesuatu untuk dipegang.     

Kemudian, Kubler merasakan sebuah kekuatan yang bisa jadi berasal dari ledakan alam semesta saat sebuah dorongan besar menghantam dasar bola batu tersebut. Kemudian lava naik ke langit seperti seekor naga terbang, hanya saja naga ini memiliki sebuah bola batu kecil di bagian depannya.     

Lava mengepung mereka berdua dan mengalir cepat ke dalam lorong. Bola itu berguncang terus-menerus saat menabrak dinding demi dinding, tetapi apa yang membuat Kubler merasa ketakutan sampai mati adalah tingkat gravitasi yang tinggi!     

Saat bola melesat seperti sebuah roket, Leylin dan Kubler yang berada di dalam bola itu akan berurusan dengan gaya gravitasi yang sama besar dengan tekanan dari dorongan tersebut.     

Kekuatan yang sangat besar menarik kulit Kubler, membuat seluruh tubuh Kubler terasa seperti digigit semut. Rasa sakit itu membuat Kubler berbaring di dalam bola batu tersebut seperti seekor katak, dan dia merasa seolah-olah jika dia bukan seorang Warlock yang bertubuh kuat, maka dia pasti sudah lama meninggal dunia.     

Suara ledakan terdengar dan getaran berlanjut. Kekuatan alam yang menakutkan membuat Kubler merasa seperti seekor semut kecil. Yang bisa dia lakukan sekarang adalah berdoa, berdoa agar segera dibebaskan dari siksaan ini, dan berdoa agar bola batu ini mampu bertahan.     

Bunyi benda yang bertabrakan dan ledakan terus terdengar. Suara ini berasal dari rangkaian gunung berapi raksasa, dan pada hari ini pusat gunung berapi tersebut telah mengumpulkan cukup banyak tekanan untuk meletus.     

Sejumlah besar kabut berwarna hitam terlontar ke langit, dan membentuk sebuah lautan awan kelabu yang menyelimuti daratan di sekitar gunung berapi tersebut dalam kegelapan.     

Anak sungai lava mengalir menuruni lereng gunung, dan terlihat seperti pembuluh darah pada daging.     

*BOOM!* Akhirnya, bersama dengan sebuah ledakan besar yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi itu meletus.     

Ledakan tersebut membuat seolah-olah langit dan bumi tercabik-cabik, dan dunia hancur. Lava berwarna merah dengan titik-titik berwarna emas meledak ke langit dan seolah berubah menjadi naga api yang tak terhitung jumlahnya, terbang ke segala arah.     

Api berkobar, dan suara ledakan terus terdengar bahkan ketika terjadi gempa bumi. Situasi itu terasa seperti kiamat.     

Di tengah lava mengerikan ini ada banyak batuan. Batu-batu dengan ukuran sebesar bukit itu menghantam tanah dengan kekuatan yang sangat besar dan menghancurkan lapisan bumi di bawahnya dan menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya.     

*Bang!* Di antara batu-batu yang tak terhitung jumlahnya di langit tersebut, terdapat sebuah batu dengan bentuk yang sangat teratur.     

Bola batu ini melesat melintasi tanah, dan meninggalkan sebuah jejak panjang hitam yang terbakar. Permukaan bola itu masih berwarna merah kusam, seolah batu tersebut siap untuk meleleh kapan saja.     

Beberapa saat kemudian, bola batu itu kemudian mulai pecah, dan beberapa bagian dari bola batu tersebut terlempar dengan keras, dan memperlihatkan bagian dalam bola batu yang berlubang.     

"Jadi ini adalah benua tengah?" Leylin keluar dari bola tersebut sambil menghembuskan napas yang panasnya seperti api.     

Adegan neraka di dekat Leylin tidak mempengaruhi dirinya. Sebaliknya, dia dipenuhi dengan harapan yang terasa menyenangkan. "Benua tengah, aku datang," gumamnya di dalam hati.     

Butuh beberapa saat bagi Kubler agar dapat merangkak perlahan keluar dari bola batu tersebut sambil terbatuk-batuk. Tubuhnya terlihat berantakan, dengan beberapa bekas luka bakar sekujur tubuhnya.     

Lapisan es yang dibuat Leylin telah mencair dalam belasan detik setelah letusan terjadi. Setelah itu, bola batu itu memanas hingga mencapai suhu yang sangat tinggi. Seandainya Leylin dan Kubler bukan Magus, maka keduanya pasti akan terpanggang di dalam bola batu tersebut.     

"Menyenangkan! Ini sangat menyenangkan!" Setelah muntah sebentar, Kubler menyeka keringatnya, sementara ketakutan terlihat di matanya.     

"Santai saja! Kita keluar dengan aman, bukan?" Leylin berbalik dan tersenyum. "Kurasa cukup adil bagi kita untuk mendapatkan sedikit luka demi mempersingkat perjalanan yang seharusnya ditempuh dalam waktu satu hari menjadi beberapa menit saja!"     

"Benar tuanku!" Kubler hanya bisa tersenyum.     

"Jadi, inikah benua tengah itu?" Melihat Kubler telah menenangkan dirinya, membuat Leylin ingin mendapatkan kepastian dari Kubler.     

"Ya!" Kata Kubler bahkan ketika ekspresi wajahnya berubah menjadi terlihat aneh, "Ini adalah Gunung Asura dari benua tengah. Tanah tempat kita berdiri sekarang tidak diragukan lagi adalah benua tengah."     

...     

Tiga hari kemudian, di sebuah kota kecil.     

Sebuah gerbang raksasa yang berkilauan berayun ketika kereta dan orang-orang mengenakan pakaian aneh melintas, beberapa dari mereka adalah para Magus resmi.     

Leylin sedang duduk di dalam kamar hotel, sementara puding dan jus di depannya tidak tersentuh. Dia kemudian menatap keluar sambil melamun.     

Pada saat itu, suara yang keras terdengar ketika pintu dibuka dan Kubler melangkah masuk.     

"Tuanku! Saya telah membeli tiket kapal terbang yang akan menuju ke Black River Domain dan kapal terbang itu akan berangkat besok pagi! Paling lama dalam empat hari, kita akan tiba di markas Klan Ouroboros!" Suara Kubler terdengar diwarnai dengan kegembiraan.     

-----     

[1] Batuan Metamorf : Sejenis batuan yang telah berubah karena panas dan tekanan yang besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.