MENGEJAR CINTA

KEPERGIAN ELISA



KEPERGIAN ELISA

0Semua mulai berubah, keharmonisan dan canda tawa, Kini hilang dalam kehidupan Robin. Karena pada akhirnya Elisa tidak dapat bertahan dan pergi bersama sang bayi yang masih ada di kandungannya.     

Betapa hancur hati Robin saat kembali dari membeli makanan untuknya dan juga Sam. Saat melihat begitu banyak orang yang berdiri di depan ruangan Elisa. Sementara Sam duduk meringkuk sambil menangis tersedu-sedu.     

Saat Robin hendak melangkah mendekat untuk bertanya apa yang terjadi. Tapi, Langkan kakinya terhenti saat melihat raut wajah Dokter Eli dan juga Air mata yang menetes di wajahnya. Makanan yang ada di genggamam Robin terjatuh saat melihat hal itu,terlebih lagi dokter Eli menundukkan kepalanya saat melihat Robin.     

Ia tidak percaya dan berlari keruang Elisa,namun lagi-lagi langka kakinya terhenti perlahan. Saat melihat sebuah kain putih menutup tubuh Elisa.     

Betapa hancur hati Robin saat itu, tubuhnya bahkan gemetar tidak sanggup lagi melangkah. "Ke-nyataan seperti apa ini?"ucap Robin dengan derain Air mata. "Me-mengapa? Mengapa?" Robin pun terjatuh lemas kelantai dengan derain Air mata.     

Ia hanya bisa meratapi sang istri yang telah pergi.     

"Bukankah kau berjanji untuk bertahan? Mengapa kau tidak menunggu ku Elisa?"     

Bibi Han masuk kedalam dan memeluk Robin yang sangat rapi saat itu. Sementara Sam masih menangis di luar ruangan.     

Hey kha yang saat itu sedang makan malam bersama Juan dan juga Hy Ju mendapatkan kabar dari rumah sakit. Kabar tentang kematian Elisa.     

Sendok yang ada di genggaman Hey kha langsung terlepas dari tangannya. Juan begitu terkejut melihat hal itu.     

"Ada apa Hey kha?"tanya Juan yang panik.     

"Juan..,"ucap hey kha dengan derain Air mata mengalir dari matanya.     

"Apa apa? Jangan membuat ku takut."ucap Juan semakin panik.     

Hey kha pun memeluk Juan dengan erat saat itu. "Elisa, Juan.., Elisa." Ucap hey kha tidak dapat melanjutkan lagi perkataannya dan hanya bisa menangis.     

Kini Juan mengerti dengan maksud Hey kha dan memelik sang istri. Sementara dirinya pun begitu sedih mengingat Robin.     

"Ada apa Ayah,ibu?"tanya Hy Ju yang khawatir.     

"Tante Elisa telah meninggal,"jawab Juan dan membuat Hy Ju terdiam. Ia pun ikut memeluk Hey kha yang sedang menangis saat itu.     

Setelah Hey kha cukup tenang, mereka pun segera ke rumah sakit untuk melihat jenazah Elisa.     

Robin masih tidak ingin melepaskan pelukannya dari Elisa. Ia masih sangat terpukul karena Elisa pergi bersama anak yang ada di kandungannya.     

"Bangun Elisa,aku mohon bangunlah. Jangan tinggalkan aku," ucap Robin dengan air mata yang terus mengalir. Robin terlihat seperti tidak sadarkan diri saat itu. Ia tidak mengijinkan siapapun untuk menyentuh Elisa atau memindahkan Elisa.     

"Ayo kita pergi berlibur keluar negeri, kita ajak Sam juga bersama kita. Agar ia bisa bermain dengan keponakannya. Kau sangat suka dengan suasana pegunungan bukan? Ayo kita ke sana saja. Kita bisa memancing bersama, dan juga mengajak anak kita melihat betapa indahnya dunia ini."ucap Robin dengan masih memeluk tubuh sang Istri.     

Juan dan hey kha sangat terkejut melihat sikap Robin yang seperti itu.     

"Ju-Juan..."ucap hey kha dengan terbata-bata melihat sikap Robin.     

"Tolong bicara dengannya, jika tidak, Robin akan kehilangan arah." Kata hey kha. Juan sendiri sangat sedih melihat Robin yang terlihat depresi karena kepergian istri dan juga anaknya.     

Semua anggota keluarga, bahkan bibi Han telah membujuk Robin, namun Robin hanya diam saja dan tidak membiarkan siapapun mendekatinya. Ia meminta para pengawal pribadi untuk tidak membiarkan siapapun mendekat. Namun beda dengan Juan. Para pengawal itu tidak bisa mencegah Juan.     

Juan perlahan mendekat, lalu mengusap punggung Robin.     

Robin berbalik dan melihat siapa yang berani menyentuhnya.     

"Tuan..,tuan Juan."panggil Robin saat melihat Juan. Isak tangis kembali terdengar dari Robin.     

"Kau harus sabar dan ikhlas Robin, Elisa pasti sangat sedih melihatmu seperti ini. Mengapa kau tidak membiarkan ia pergi dengan senyuman? Mengapa kau harus menyiksanya lagi?"     

Robin menangis tersedu-sedu mendengar perkataan Juan. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia tidak ingin Elisa pergi meninggalkannya.     

"Aku tidak ingin Elisa pergi meninggalkanku, aku belum sempat membahagiakannya, masih banyak yang belum aku lakukan padanya. Bagaimana mana bisa dia tega pergi seperti ini,"ucap Robin.     

Juan mengusap-usap punggung Robin. Ia sangat mengerti dengan perasaan Robin saat ini. Jika ia di posisi Robin, pasti akan lebih parah dari apa yang terjadi pada Robin kali ini.     

Sam perlahan berjalan mendekati mereka.     

"Kakak berpesan padaku untuk tidak membencimu, dan hidup bahagia bersama. Kakak..,"sambil mengusap air mata yang terus mengalir.     

"Kakak, mengatakan agar kau tidak bersedih terlalu lama untuknya. Karena ia pasti akan sangat sedih. Kakak juga mengatakan bahwa kau adalah pria dan suami terbaik di dunia ini, kau membuat hari-hari kakak lebih cerah, dan apapun yang terjadi kini, bukan salahmu. Tapi ini rencana takdir. Jika..,jika ada kehidupan kembali di masa depan. Kakak ingin hidup bahagia bersamamu selamanya,"lanjut Sam.     

Sam mendekati jenasah Elisa lalu menggenggam tangannya.     

"Kakak, aku telah mengatakan padanya apa yang ingin kau sampaikan. Beristirahat dengan tenang, dan sampaikan salam ku pada ibu, katakan aku akan hidup dengan baik."     

Robin terdiam mendengar perkataan Sam. Rasa bersalah dan juga rasa malu semakin dalam ia rasakan.     

"Bukan hanya dirimu yang kehilangan, kau baru saja mengenalnya selama bebera tahun. Tapi dia adalah kakakku, kami tumbuh bersama sejak kecil. Akulah yang paling merasa sedih dan berhak atas tubuh kakakku. Aku minta padamu, biarkan kakakku istirahat dengan tenang."     

Robin semakin terpukul saat itu. Kini Sam meminta Suster untuk membersihkan tubuh kakaknya agar segera di bawah pulang kerumah.     

Sebelum itu, hey kha masuk untuk melihat wajah Elisa untuk terakhir kalinya.     

Wajah yang begitu pucat dan juga wajah terlihat tanpa beban dan rasa sakit.     

"Aku sungguh menyesal, maafkan aku."ucap hey kha. Air matanya pun perlahan jatuh, melihat Elisa membawah serta bayinya. Juan memeluk Hey kha.     

"Tenangkan dirimu hey kha, kau sedang mengandung saat ini." Juan sendiri sangat khawatir jika hey kha terus bersedih. Itu akan mempengaruhi bayi mereka.     

Kini usia kandungan Hey kha menginjak usia 7 bulan 20 hari. Tidak lama lagi ia akan melahirkan Bayi perempuan yang mungil dan cantik.     

Kondisi Hey kha pun tidak terlalu baik akhir-akhir ini, karena masalah Adelia. Belum juga dengan masalah Robin kali ini. Juan benar-benar khawatir akan kondisi istri tercintanya.     

Setelah selesai semuanya. Jenazah Elisa di bawah ke kediaman Robin menggunakan mobil Ambulans.     

Robin,Sam dan bibi Han berada di dalam ambulans. Sementara hey kha dan Juan pergi dengan mobil mereka. Air mata hey kha masih terus mengalir.     

"Hey kha, tolong berhenti menangis. Kau membuatku bersedih." Pintah Juan sambil mengusap air mata sang istri.     

"Maafkan aku,tapi aku tidak tahu. Mengapa mata ini terus mengeluarkan air mata, walaupun aku ingin berhenti,tapi rasanya aku sangat sakit dan semakin ingin keluar."ucap hey kha.     

Juan pun meminggirkan mobilnya. Lalu meraih tubuh hey kha dan memeluknya. Juan sangat mengerti dengan perasaan Hey kha, terlebih lagi. Hey kha menganggap Adelia dan Elisa sama. Sama-sama adik yang paling berharga untuknya.     

*Happy Reading     

Jangan lupa dukung novel ini dengan :     

1. Vote/berikut batu kuasa/PS     

2. Berikut ulasan/review baik kalian      

3. Tinggal komentar kalian di tiap bab     

4. Beli privi penulis     

Makasih.., jgn lupa Tersenyum     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.