MENGEJAR CINTA

MENGAPA KAU MENINDASKU



MENGAPA KAU MENINDASKU

0Robin sendiri sebenarnya tidak tahu perasaan seperti apa yang ia rasakan pada Elisa.     

Apakah itu perasaan kasihan karena Elisa mengidap penyakit mematikan atau hanya rasa tanggung jawab sebagai seorang suami.     

Untuk saat ini Robin masih sangat bingun, ia sendiri tidak dapat menyimpulkan dirinya seperti apapun.     

Robin bahkan tidak dapat memejamkan matanya, begitu banyak pikiran yang memberatkan kepalanya.     

Sementara Elisa telah terlelap dalam tidurnya.     

Hari pun telah pagi. Saat Elisa membuka matanya ia tidak melihat Robin di tempat tidurnya.     

Elisa segerah bangun dari tidurnya untuk mencari Robin, karena Robin masih sakit.     

Namun langkanya terhenti ketika mengingat apa yang ia katakan pada Robin semalam.     

" Hhmm....! pastinya dia telah pindah dari kamar ini" gumam Elisa dengan senyuman pahit di wajahnya.     

" Kau sudah bangun rupanya?!"     

Kata Robin yang baru saja keluar dari kamar mandi.     

Elisa menatik nafasnya merasa lega.     

" Ayo kita sarapan dulu, setelah itu aku akan mengajakmu jalan-jalan keluar.! Udarah pagi bagus untuk penyembuhan."     

Kata Robin lagi yang berjalan mendekat, mengambil nampan makan yang telah tersedia di atas meja.     

" Kita makan bersama-sama,"     

Ucap Elisa.     

Robin tersenyum mendengar hal itu.     

" Kita memang akan makan bersama.bagaimana mungkin aku membiarkanmu menghabiskan bubur ini sendirian dan tidak berbagi denganku.!!"     

Walaupun Elisa merasa bingung dengan sikap Robin,tapi ia sangat senang bisa melakukan hal ini setelah sekian lama mereka menikah.     

'Jika kematian dapat membuat seseorang berubah?!mungkin semua yang memiliki cinta bertepuk sebelah tangan akan meminta penyakit ini, agar cinta mereka terbalaskan. Setidaknya selama di dunia bisa merasakan kasih sayang dari orang yang paling di inginkan.' batin Elisa.     

Elisa turun dari tempat tidurnya,lalu berjalan ke arah Robin yang telah duduk menunggunya di sofa.     

Robin mengambil mangkuk dan menuangkan bubur didalamnya, dengan sebutir telur dan juga sayuran.     

"Habiskan.kau tidak bisa menyusahkannya.!!"     

Perintah Robin pada elisa,sembil menggeser mangkok itu pada Elisa.     

Entah mengapa perlakukan baik Robin padanya, membuat air mata Elisa menetes di dalam mangkuk makannya.     

Robin yang melihat itu, mengambil mangkok makanan Elisa dengan miliknya.     

" Robin?!" Ucap Elisa melihat apa yang Robin lakukan.     

" Ada apa?!"     

Tanya Robin, mentap wajah Elisa yang sedang menangis.     

" Mengapa kau bersikap baik padaku?!! Apakah kau kasihan padaku?! Karena aku tahu aku ingin mati?!!!"     

Robin terkejut mendengar perkataan Elisa, ia tidak bisa mengatakan apapun saat itu.     

" Seharusnya kau menjauh dariku.!! Kau bisa melakukan seperti dulu,acuhkan diriku suka dan dukamu. Seperti biasanya. Kau tidak merasakan aku yang sedang tersakit, dan memilih untuk menutup matamu.!!"     

Walaupun bagaimana pun perasaan Elisa sebagai wanita tidak dapat ia sembunyikan.     

" Aku tidak meminta apapun sebagai balasannya karena telah menemanimu selama ini, disaat senang ataupun sudah.tapi mengapa kau tidak bisa membuka hatimu sedikitpun padaku.padahal aku hanya meminta cintamu dan perhatianmu sedikit saja.!!aku tidak meminta semuanya padamu,tapi hanya sedikit saja.!!"     

Robin lebih tercengang lagi mendengar ungkapan hati Elisa selama ini.     

Ia tidak tahu harus berbuat apa kali ini, karena ia tidak belum bisa memastikan perasaannya pada Elisa.     

Tapi yang pasti hatinya sangat sakit mendengar perkataan Elisa.     

Elisa bergerak dari tempatnya duduknya untuk pergi, namun Robin menarik tangannya.     

" Duduk."     

Elisa tidak percaya Robin memerintahnya seperti itu, dengan tatapan menakutkan.     

" Aku bilang duduk.!!!"     

Elisa mengigit bibirnya karena kesal mendengar cara Robin memintanya untuk duduk, padahal Elisa sendiri sedang kesal dan sekarang merasa malu karena ucapannya.     

Robin menarik tangan Elisa hingga membuatnya jatuh ke sofa.     

" Kau?!"     

Ucap Elisa dengan kesal.     

Namun Robin mendekatkan wajahnya dengan wajah Elisa.     

" Ayo kita lakukan bersama.!! Aku tidak yakin dengan apa yang kurasakan,tapi kita bisa memulainya dari awal.!!"     

Elisa tercengang mendengar apa yang Robin katakan, matanya yang bulat terus menatap Robin tanpa berkedip.     

Robin tersenyum melihat hal itu, lalu mengecup bibi Elisa.     

"Kau.?!!"     

Kata Elisa ketika Robin melakukan hal itu padanya.     

Robin menarik tangan Elisa agar Elisa dapat duduk dengan tegak, lalu memberikan semangkuk penuh makanan.     

" Makanlah sebelum dingin.! setelah itu aku akan mengajakmu keluar."     

Elisa masih diam membisu, pikirannya masih belum bisa mencerna semua sikap Robin yang seperti itu padanya.     

"Ayo makan.!" Ucap Robin yang melihat Elisa hanya bengong.     

" Buka mulutmu,Aaaa...!!" Pinta Robin pada Elisa sambil menyuapi Elisa.     

Robin terus memaksa Elisa membuka mulutnya, karena Elisa hanya diam saja.     

" Apakah kau ingin aku menggunakan cara seperti di film-film, suapan melalui Mulut?!"     

Elisa dengan cepat memalingkan wajahnya, karena malu.     

"Tidak tahu malu.!!"     

Ucap Elisa pada Robin. Robin hanya bisa tersenyum ketika Elisa mengatainya.     

" Baiklah. Aku pergi saja, jika kau merasa tidak nyaman.!"     

Robin berdiri dari tempat duduk, dan hendak pergi namun di hentikan oleh Elisa.     

" Bukankah,kau mengatakan untuk memulai dari awal.?! Tapi begitu saja kau sudah menyerah dan ingin pergi.!!"     

" Mana mungkin.?!! " Ucap Robin yang kembali duduk.     

"Mana mungkin aku menyerah, itu adalah salah satu trik ku agar kau mau melihatku."     

Mendengar perkataan Robin, membuat Elisa menunduk karena merasa malu.     

Robin menyuapi Elisa, namun Elisa mengatakan bahwa ia akan makan sendiri.     

Robin membiarkan Elisa makan, sementara ia mengupas buat untuk Elisa.     

" Apakah kau tidak makan.??"     

Tanya Elisa pada Robin,karena makanannya tidak tersentuh.     

" Bagaimana caraku makan, jika kedua tanganku sedang bekerja.!!"     

Jawab Robin sambil memperlihatkan tangannya.     

" Maukah kau menyuapiku.?! Aku merasa sangat lapar.!!"     

Elisa menarik nafasnya, mendengar permintaan Robin.     

" Kau sungguh curang.!!"     

Kata Elisa dengan kesal, namun tetap saja menyuapi Robin.     

Saat itu, Juan dan juga hey kha datang untuk menjenguk mereka, sekalian membawakan sarapan.     

Juan yang terlebih dahulu membuka pintu, terhenti dan mengintip dari luar.     

Hey kha yang melihat tingkah aneh Juan, mendorong.     

" Cepat masuk.!! Mengapa kau mengintip seperti itu."     

" Tolong sabar istri..." Belum selesai Juan berkata, hey kha membuka pintu itu dan terkejut melihat pemandangan yang tidak biasa terjadi.     

"Ma-maafkan aku, aku akan kembali lagi, kalian lanjutkan.!"     

Kata hey kha pada Robin dan juga elisa.     

Elisa memalingkan wajahnya karena malu di pergoki oleh hey kha dan juga Juan, saat Robin hendak menciumnya.     

Sementara hey kha keluar, dan pergi terburu-buru.     

Juan mengejar hey kha untuk menggodanya.     

" Selamat sayang. Kau berhasil menghancurkan momen romantis antara mereka berdua.!!"     

Sambil tersenyum lebar.     

Hey kha berhenti ketika mendengar ejekan Juan padanya.     

Juan yang berjalan di belakang hey kha, melangkah kedepan melihat hey kha.     

Namun betapa terkejutnya Juan ketika melihat raut wajah hey kha.     

"Aaaa....mengapa kau menindasku?!!"     

Ucap hey kha sambil menangis. Juan sungguh terkejut ketika hey kha menangis seperti itu.     

" Maafkan aku sayang,aku yang salah. Ah tidak aku yang bodoh, padahal istri ku sangat manis tapi aku malah menindasnya.!!"     

Kata Juan sambil memeluk hey kha.     

Hey kha menangis seperti anak kecil, yang menerima ejekan dari kakaknya.     

Sementara Juan menjadi bahan comohan dari, beberapa orang yang lewat.     

"Wah... sungguh keterlaluan,mengapa ia menindas istrinya sampai seperti itu."     

" Benar. Percuma saja wajah tampannya itu."     

Dan banyak lagi perkataan dari orang-orang yang melihatnya hal itu.     

Juan hanya bisa pasrah menerimanya,tidak mungkin ia menyalakan hey kha atas apa yang terjadi padanya.     

'ini salahku.seharusnya aku berpikir sebelum melakukan hal itu, karena wanita hamil sangatlah sensitif ' batin Juan yang menyesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.