MENGEJAR CINTA

Hadiah Terindah



Hadiah Terindah

0Keesokan paginya dirumah keluarga Robin.     

Robin masih terus memandangi Elisa yang baru saja tertidur lelap.     

Elisa sangat susah untuk tidur saat malam hari, dan akan tidur pada saat subuh.     

Robin bangun terlebih dahulu, dan turun kebawah.     

Saat itu bibi Han dan beberapa orang pelayan telah selesai memasak untuk sarapan.     

Robin meminta seorang pelayan untuk memetik bunga yang baru saja mekar di taman dan mengganti bunga yang ada di kamarnya.     

" Tuan, apakah tuan akan sarapan di kamar?" Tanya bibi Han. Karena biasanya Robin akan sarapan di kamarnya.     

" Tidak,Aku akan sarapan di sini. Oh iya, apakah Sam telah sarapan?" Tanya Robin.     

" Tuan muda belum turun tuan, mungkin sebentar lagi." Ucap bibi Han.     

Baru saja di bicarakan, dan Sam telah menuruni tangga.     

Sam berjalan menuju meja makan.     

" Selamat pagi,kak Robin." Sapa Sam.     

" Selamat pagi, ayo sarapan bersama." Ajak Robin.     

Namun seperti biasanya dimana Elisa tidak sarapan bersama mereka.     

" Mengapa kak Elisa tidak pernah sarapan lagi bersama kita?" Tanya Sam.     

Sam juga mulia curiga dengan sikap dan juga raut wajah Elisa yang selalu saja tampak pucat.     

" Kakakmu baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir, aku juga tidak tahu mengapa dia jadi pemalas akhir-akhir ini. Tapi itu lebih baik daripada dia bangun pagi untuk memasak." Ucap Robin pada Sam.     

Walaupun Sam sedikit curiga tapi ia hanya bisa percaya dengan omongan Robin saat ini.     

Setelah selesai makan,Sam pamit pergi ke sekolah.     

Setelah selesai sarapan, Robin pun kembali ke kamarnya.     

Ia melihat Elisa masih belum bangun. Robin pun mengambil leptopnya untuk melihat perkembangan penjualan produk dari perusahaan dan juga nilai dari saham perusahaan Yin yang semakin melonjak naik.     

" Tuan, Juan bekerja sangat keras. Aku jadi kasihan." Gumam Robin.     

Sambil menunggu Elisa bangun, seperti biasa Robin selalu membuka browser untuk mencari obat untuk hey kha.     

Mulai dari obat herbal China dan juga herbal liar negeri.     

Dua bulan berlalu, dan berbagi terapi di lakukan oleh Elisa. Namun tetap saja penyakit itu membuat Elisa menderita.     

Pernah suatu malam Elisa mengurung dirinya di kamar mandi dengan memutar air keran didalam agar saat ia merintih kesakitan tidak di dengar oleh Robin.     

Namun Robin berusaha mendobrak pintu kamar mandi itu hingga rusak, karena melihat darah menetes di lantai.     

Elisa duduk di sudut kamar mandi, sambil menggigit sebuah handuk dimulutnya.     

Wajah pucat, darah terus menetes dari hidung dan mata yang berlinang air mata.     

Robin sungguh tidak sanggup lagi melihat keadaan Elisa yang seperti itu, bahkan tubuh Robin melemas melihat Elisa.     

" A-apa, apa yang kau lakukan Elisa?" Tanya Robin.     

Elisa mengelap darah yang ada di hidungnya dengan handuk yang ada padanya.     

" Aku baik-baik saja Robin." Ucap Elisa, dengan wajahnya yang sangat pucat.     

Robin segerah mengangkat Elisa dan meminta bibi Han menelpon dokter Eli.     

Sementara pelayan yang lainnya datang dengan membawa air hangat serta handuk bersih.     

" Kalian semua keluar." Perintah Robin.     

Mereka pun segera mengundurkan diri.     

Robin mengambil obat dari dalam laci lemari, lalu memberikan pada Elisa.     

" Cepat minum obatmu." Pinta Robin pada Elisa.     

Elisa pun mengambil obat itu dan segera meminumnya. Walaupun Robin masih sangat khawatir tapi ia sedikit lega setelah Elisa meminum obatnya.     

" Buka pakaianmu?" Perintah Robin pada Elisa.     

" Membuka baju?" Tanya Elisa, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.     

" Maafkan aku." Ucap Robin.     

Lalu membual paksa pakaian Elisa yang basah dan juga kotor karena noda darah.     

Elisa sangat malu saat itu, ia pun menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.     

" Aku telah melihat semuanya,Apa lagi yang perlu kau tutupi." Kata Robin.     

Robin pun menarik selimut yang di kenakan Elisa, Elisa tidak dapat melayan karena Robin terlihat kesal saat itu.     

Robin membasahi handuk bersih dengan air hangat dan mengelap tubuh Elisa.     

Elisa merasa tidak nyaman dengan hal itu.     

" Biarkan aku yang melakukannya." Kata Elisa pada Robin, lalu mengambil handuk yang ada di tangannya.      

Namun Robin kembali menarik handuk itu.     

Tangan Robin bahkan gemetar ketika memegang handuk.     

" Maafkan aku Robin, aku..," Elisa pun tidak sanggup lagi melanjutkan perkataannya.     

" Mengapa kau terus saja minta maaf?? Tapi kau terus melakukan kesalahan-kesalahan yang sama. Apakah aku benar-benar tidak memiliki arti bagimu?"      

Elisa Melihat kearah Robin ketika mendengar perkataan Robin.     

" Robin...,"      

" Bukankah aku mengatakan bahwa aku akan berbagi hal yang sama denganmu,tapi nyatanya kau tidak pernah percaya padaku." Ucap Robin.     

Elisa terdiam ketika mendengar perkataan Robin.     

Ia sadar bahwa apa yang ia lakukan selama ini sangat salah.     

Elisa hanya tidak ingin, Robin ikut menderita saat melihat dirinya yang begitu kesakitan.     

Tapi nyatanya hal itu membuat Robin salah paham dengan maksud.     

Sejak hari itu, kamar mandi yang ada di kamar Robin, tidak lagi memiliki pintu.     

Robin hanya akan tidur saat Elisa tertidur. Ia selalu mengikuti kemanapun Elisa pergi.     

Waktu menujukan pukul 9 pagi, dan Robin masih duduk di Sampit tempat tidur menunggu Elisa bangun.     

Elisa pun perlahan membuka matanya dan melihat sosok Robin di sebelahnya.     

" Pagi istriku...," Ucap Robin, lalu mengecup keny Elisa.     

Elisa tersenyum pada Robin.     

" Pagi..," sapa balik Robin.     

Namun tiba-tiba Elisa merasa sangat mual dan bergegas turun dari tempat tidurnya berlari ke kamar mandi.     

Robin pun ikut melompat dari tempat tidur karena terkejut melihat Elisa seperti itu.     

" Ada apa Elisa?"  Tanya Robin.     

Elisa tidak bisa menjawab Robin, karena si sedang muntah.     

Robin memijat pundak Elisa perlahan.     

" Akhir-akhir ini, kau terlalu sering muntah. Mungkin obatmu tidak cocok untuk tubuhmu. Aku akan bicara pada dokter Eli. " Kata Robin.     

Elisa pun menganggukkan kepalanya.     

Mereka kembali kekamar, Robin meminta palayan untuk membawahkan teh hangat untuk Elisa.     

Setelah meminum teh hangat itu, Elisa kembali berlari ke kamar mandi dan muntah.     

Kali ini, hidungnya pun kembali berdarah.     

Juan mengambil handuk dan mengelap hidung Elisa.     

Elisa dapat melihat wajah khawatir Robin terhadapnya.     

" Aku baik-baik saja. Bagaimana jika kita kerumah sakit." Ajak Elisa.     

Robin langsung mengiyakannya, karena baru kali ini Elisa berinisiatif ke rumah sakit.     

Biasanya Elisa selalu menghindar dan tidak ingin ke rumah sakit sama sekali.     

Beberapa saat kemudian, mereka pun berangkat kerumah sakit Yin.     

Elisa juga melakukan pemeriksaan setiap sebulan dua kali, tapi kadang ia melakukannya di rumah.     

Mereka telah membuat janji dengan dokter Eli.      

Mereka menuju ke ruangan dokter Eli. Robin selalu memperhatikan langka Elisa dengan hati-hati.     

" Aku merasa seperti seorang putri jika berjalan di bersamamu." Kata Elisa pada Robin.     

Robin pun mencubit hidung elisa pelan.     

" Aku senang jika kau merasa senang." Ucap Robin.     

Merekapun sampai di ruangan dokter Eli.     

" Selamat pagi tuan Robin,nona Elisa. Senang bertemu dengan kalian," sapa dokter Eli.     

Elisa dan Robin pun balik menyapa dokter Eli      

Elisa mulai menceritakan tentang apa yang terjadi pada tubuhnya akhir-akhir ini.     

" Baiklah, saya akan memeriksa nona Elisa. Biasakan nona berbaring" ucap Dokter Eli.     

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, tampaknya wajah dokter Eli terlihat aneh saat itu.     

Robin sudah tampak sangat khawatir, karena mungkin ada hal buruk yang akan di sampaikan oleh dokter Eli.     

Dokter Eli, pun memeriksa perut Elisa saat itu dan dokter Eli tampak terkejut.     

" Ada apa dokter? Apakah sesuatu yang buruk terjadi." Tanya Robin yang panik.     

Namun dokter Eli berusaha menenangkan Robin.     

" Bukan tuan. Tapi sebuah anugerah yang Tuhan berikan untuk kalian." Ucap Dokter Eli.     

Elisa dan Robin masih bingung dengan perkataan dokter Eli.     

" Maksudnya apa dokter?" Tanya Robin kembali.     

" Selamat tuan Robin dan nona Elisa, kalian akan segera menjadi orang tua."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.