MENGEJAR CINTA

ROBIN YANG BEGITU MARAH 2



ROBIN YANG BEGITU MARAH 2

0Robin sangat kesel, karena dengan jelas Elisa menghindarinya setelah apa yang terjadi malam itu.     

Robin sendiri sangat ingin mendobrak pintu itu hingga hancur, sangking kesalnya.     

Ia hanya ingin meminta penjelasan pada Elisa tapi Elisa terkesan menghindar darinya.     

" Bibi Han .. "     

Panggil Robin dengan suara sedikit keras, bibi Han saja sampai terkejut dia buatnya, karena Robin tidak pernah melakukan hal itu padanya.     

" Iya tuan, "     

" Abilkan kunci kamar ini, "     

Tanpa bertanya lagi, bibi Han langsung pergi mengambil duplikat kunci itu dan memberikannya pada Robin.     

 Robin membuka pintu kamar itu, dengan perasaan kesal.     

" Tuan, jika kalian punya masalah, saya harap bisa di selesaikan dengan cara baik-baik. "     

Robin masuk kedalam tanpa menghiraukan perkataan bibi Han lalu mengunci pintu kamar itu.     

Bibi Han merasa sangat khawatir, karena Robin sangat marah.     

Elisa masih berada didalam kamar mandi, sementara Robin masih duduk tenang menunggu Elisa keluar dari kamar mandi.     

Setelah perasaannya mulai membaik Elisa keluar dari dalam kamar mandi.     

Ketika keluar dan melihat Robin yang sedang menatapnya, jantung Elisa berdetak kencang.     

Robin bisa melihat tanda yang ia tinggalkan di tubuh Elisa.     

Kali ini ia merasa sangat prustasi, hingga mengumpat beberapa kali.     

Elisa masih terdiam di depan pintu kamar mandi, kedua kakinya tidak sanggup lagi melangka mendengar apa yang Robin katakan, apa lagi melihat raut wajah yang penuh dengan amarah itu.     

Biasanya ia tidak akan setakut ini pada Robin, tapi kali ini Elisa benar-benar takut karena dalam hal ini ia yang salah.     

" Apa yang kau lakukan di situ ?! Cepat ganti pakaianmu. "     

Kata robin pada Elisa, tapi bagaimana kedua kaki itu dapat melangka maju, ketika perkataan yang terkesan biasa itu tapi di tunjukan dengan ekspresi menakutkan, yang bisa di gambarkan bahwa (sesudah itu, kau akan ku bunuh) itulaha ungakapan yang cocok untuk ekspresi wajah Robin.     

" Apakah kau mau aku yang menggantikan pakaian mu ?! "     

Ucap Robin pada Elisa.     

Elisa hanya bisa menundukkan kepalanya, dengan ia merasa sangat tertekan dan juga bersalah pada Robin, seharusnya ia tidak melakukan hal tidak tahu malu seperti itu, pada orang yang sedang mabuk.     

Jelaslah Robin sangat marah saat ini, air mata Elisa jatuh ke lantai.     

Kesabaran Robin habis lalu pergi kearah Elisa dan menarik tangannya.     

" Mengapa kau mematung, apakah kau merasa bersalah padaku ?. "     

Tanya Robin pada Elisa, namun Elisa tetap menunduk diam.     

Sungguh Robin sangat kesal karena Elisa mengabaikan dirinya sejak tadi, bahkan untuk menatapnya saja tidak, terlebih lagi Elisa sendang menangis saat ini.     

Pada dasarnya, Robin adalah pria yang baik, bagaimana bisa ia menyakiti wanita yang sedang menangis.     

" Astaga. Apa yang harus ku lakukan padamu. Kau mempermainkan hidupku, tapi malah aku yang seperti seorang penjahat disini. Padahal jelas-jelas siapa penjahatnya."     

Robin menghempas tangan Elisa yang ia genggam lalu pergi meninggalkan Elisa.     

Sebelum menutup pintu kamar, Robin mengatakan pada Elisa.     

" Kau masih berhutang penjelasan padaku, kesabaranku ada batasnya. Sebelum kau menjelaskan semuanya, jangan pernah berpikir untuk keluar dari kamar ini."     

Robin menutup pintu kamar itu dengan keras, hingga membuat bibi Han terkejut.     

Robin juga merasa bersalah melakukan hal itu pada bibi Han, tapi ia sungguh kesal saat ini.     

Robin mengunci pintu kamar Elisa dari luar dan mengatakan.     

" Jangan ada yang masuk kedalam tanpa ijin dariku. "     

Robin pun meninggalkan kamar itu, sementara bibi Han manangis karena kasihan pada Elisa.     

Elisa jatuh kelantai dan masih terus menangis.     

Ia sungguh menyesali apa yang telah ia lakukan pada Robin.     

" Apa yang aku lakukan ? Aku menghancurkan semuanya. Padahal aku telah berjanji untuk tidak menyesalinya tapi ... "     

Sungguh hari yang berat bagi Elisa, ia baru merasakan Cinta, tapi cinta yang ia dapat sungguh menyiksanya.     

Padahal ia bisa menolak dan kabur malam itu, tapi ia memilih untuk bertahan, bertahan dengan penderita tiada ujungnya.     

Padahal ia tahu selama ini Robin tidak mencintainya, Robin Sendiri cukup tersiksa dengan perasaannya pada Adelia dan Elisa bisa melihat hal itu.     

Cinta Robin yang begitu besar pada Adelia bisa di lihat dengan seberapa besar pengorbanannya, melihat Jody yang selalu saja berada di sisi Adelia, padahal ia setiap hari selalu pergi melihat Adelia tapi Jody tidak sedikitpun meninggalkan Adelia.     

Elisa tahu dengan pasti, bahwa Robin pasti akan terus berjuan dan tidak ingin kalah dari Jody, jika Robin tidak memiliki istri.     

Padahal pernikahan mereka adalah kesalahan tapi Robin selalu bersikap baik padanya selama ini, tapi ia dengan tidak tahu malunya malah menjerat Robin.     

Elisa pergi untuk mengganti pakaiannya, dan berdiri di depan jendela kamarnya.     

Elisa melihat kebawah, ia berpikir jika ia melompat saat ini, mungkin semuanya akan berakhir.     

Ketika Elisa menutup matanya, dan mengangkat kaki kanannya.     

Seakan ada seseorang yang memeluknya dari arah belakang dan berbisik.     

" Elsa, bukankah kau berjanji untuk bahagia dan menjaga Sam unyuk ibu ? "     

Bisikan itu menyadarkan Elisa, serta tiupan angin di pagi hari, yang bertiup kearahnya membuat Elisa tersadar.     

" Ibu, "     

Elisa pun turun dari jendela itu.     

" Maafkan aku ibu, maafkan aku, tapi aku sungguh tersiksa, tolong aku, aku mohon tolong aku ibu ... "     

Sementara bibi Han terus mengetuk pintu kamar Elisa, karena menerima laporan dari seorang pengawal yang melihat Elisa berdiri di atas jendela kamarnya.     

Robin telah berangkat ke kantor saat itu, bibi Han terus menelpon Robin, Robin bisa melihat panggilan itu, tapi Robin tidak mengangkatnya karena berpikir pasti bibi Han akan memohon untuk memaafkan Elisa.     

Karena tidak mendapat respon dari Robin, bibi Han pergi ke kamarnya untuk mencari pintu kamar Elisa.     

Sementara para pengawal diminta untuk berjaga-jaga di luar rumah, dan terus mengawasi kamar Elisa.     

Setelah menemukan kunci kamar Elisa, bibi Han bergegas membuka dan masuk kedalam kamar itu.     

Ia melihat Elisa yang sudah tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.     

" Nona Elisa , "      

Teriak bibi Han, dan semua pelayan dan pengawal yang melihat itu berlari ke kamar.     

Mereka semua panik dan membawa Elisa ke rumah sakit.     

Dalam perjalanan bibi Han terus menelpon Robin, namun handphone tidak aktif.     

Dalam perjalanan bibi Han terus menangis melihat wajah Elisa yang sangat pucat dan meminta sopir lebih cepat lagi.     

" Ada apa nona, hingga kau jadi seperti ini ? "     

Gumam bibi Han, sambil mengusap air mata di wajah Elisa.     

Bibi Han sudah menganggap Elisa seperti anaknya sendiri, setelah tahu bahwa ia adalah seorang yatim piatu.     

Elisa dan juga Sam begitu dekat dengan bibi Han, semua yang di katakan di dengar oleh mereka, terutama Sam, walaupun ia anak yang cukup keras kepala tapi dia adalah anak baik yang penurut.     

Air mata Elisa tidak berhenti mengalir dan hal itu membuat hati bibi Han semakin sakit melihatnya, entah masalah apa hingga membuat Robin sangat marah pada Elisa, serta membuat Elisa sampai seperti ini.     

Seharusnya sejak dulu, bibi Han tidak meminta Elisa untuk bertahan dan melepaskan Elisa pergi dari Robin, jika pada akhirnya kesakitan yang harus ia pikul setiap hari, mengingat Robin yang belum bisa melupakan Adelia hingga saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.