MENGEJAR CINTA

LAMARAN JODY



LAMARAN JODY

0Adelia menarik kepalanya yang tersandar di bahu Jody karena pelukan itu, dengan masih melingkarkan tangannya di tubuh Jody.     

Adelia mengecup bibir Jody yang membuat Jody terbelalak melihatnya.     

" Menikahlah denganku Jody. "     

Jody cukup tercengang mendengar perkataan Adelia, jody seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat itu.     

" Ini bukan sebagai bahan bercandaan Adel, kau tidak akan bisa mundur lagi. "     

Adelia menganggukan kepalanya.     

" Aku memang tidak berniat untuk mundur tapi akan akan terus maju dengan pasti tanpa penyesalan. "     

Jody memeluk Adelia, ia sendiri tidak dapat membendung air mata karena bahagia, akhirnya hampir 9 tahu bertahan dengan ketidak pastian, semuanya terbalaskan.     

Sungguh ia tidak bisa mengekspresikan kebahagiaan yang ia rasakan.     

" Kau tidak bisa mundur atau menyesal, karena aku akan mengikatmu mulai saat ini."     

Mendengar perkataan Adelia, membuat Jody semakin senang.     

Sangat senang hingga detak jantung bisa ia dengarkan.     

Setelah beberapa mereka berpelukan, Jody melepaskan pelukan itu dan menunjukkan sesuatu yang ia bawah.     

" Ini " sambil memberikan pada Adelia.     

" Untukku ? " Tanya Adelia pada Jody.     

" Iya. " Jawab Jody.     

Adelia mengambil bingkisan itu, yang terbungkus rapi dan juga cantik.     

" Kau menyesuaikan, bingkisan ini sesuai dengan pemiliknya, sungguh sangat cantik. "     

Jody hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan tersipu malu.     

Adelai perlahan membuka bingkisan itu, dan melihat sebuah pakaian berwarna merah yang sangat cantik, itu adalah sebuah gaun pengantin.     

" Apakah kau menyukainya ? "      

Tanya Jody pada Adelia.     

Namun Adelia hanya diam saja saat itu dan hal itu membuat Jody khawatir.     

" Jika kau tidak menyukainya, aku akan segera meminta yang baru , yang lebih bangus lagi. "     

Adelia menggelengkan kepalanya.     

" Bukan seperti itu. "     

Adelia pun mengangkat kepalanya, Jody dapat melihat dengan jelas air mata yang sedang mengalir itu.     

" Bukankah kau telah berjanji. "      

Kata Jody pada Adelia, lalu mengelap air mata itu.     

" Bukan seperti itu. Bagaimana ini ? "      

Jody semakin bingung mendengar pertanyaan itu.     

" Apakah ada yang salah ? "     

" Bagaimana ini ? Sepertinya aku semakin menyukai mu "     

Jody begitu terkejut mendengar perkataan Adelia, hingga ia refleks mundur kebelakang.     

" Adel, kau "     

" Aku semakin suka kepadamu. Kau harus tanggung jawab. "     

Jagung Jody seakan keluar dari tempatnya karena tidak kuat mendengar perkataan itu.     

Jody bahkan jatuh lemah di kursi yang berada di belakangnya, dengan menundukkan kepalanya.     

Adelia segerah mendekat, ia berpikir mungkin ia sedikit keterlaluan dalam mengungkapkan perasaannya, terlebih lagi Jody pasti masih bingung dengan situasi yang ia takut bayangkan.     

" Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi."     

Jody menyentuh dan menggenggam tangan Adelia yang berdiri tepat di depannya.     

Adelia pun berjongkok tepat di hadapan Jody.     

" Ayo kita menikah saat ini juga. Aku semakin tidak percaya dan ingin segera membuktikan bahwa ini nyata, bukan hanya sekedar mimpi indah. "     

" Aku setuju. "     

Ucap Adelia dengan lantang, lalu menarik tangan Jody.     

" Ayo, kita membungkuk pada langit dan bumi, sebagai saksinya. Lalu resepsinya kita gelar besok. "     

Jody tidak menyangka bahwa kata-kata konyol yang ia ucapkan, akan di setujui secepat itu oleh Adelia.     

Adelia menarik Jody naik ke altar yang tersedia untuk pernikahan mereka.     

" Eh, tunggu Adel, "     

Adelia menghentikan langkahnya.     

" Kau tidak ingin menikah denganku ? " Tanya Adelia dengan wajah cemberut.     

" Jangan marah. Mana mungkin aku tidak ingin, dalam hidupku ini, kau adalah tujuanku, mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan ini. Tapi ini tidak benar. "     

Jody segera berlari turun dari panggung itu, dan hal itu membuat Adelia sangat terkejut dan cukup terpukul.     

" Apakah aku di tinggalkan ? "     

Gumam Adelia melihat Jody melepaskan tangannya dan pergi.     

Nafasnya sempat terasa sesak, kini lega saat melihat langka Robin berhenti di depan bingkisan yang ia bawah tadi dan mengambil sesuatu lalu segera menghampirinya kembali.     

" Maafkan aku, kau pasti terkejut. Tapi seharusnya akulah yang melakukan hal itu."     

Ucap Jody pada Adelia, adelai menggelengkan kepalanya.     

Jody membungkuk tepat di hadapan Adelia, dengan tangannya yang mengulur kedepan.     

" Menikahlah denganku Adel, aku tidak bisa menjanjikan hidup kekal bersamamu, tapi aku bisa berjanji satu hal. Bahwa aku tidak akan pernah meninggalkanmu dan akan memberimu cinta yang begitu banyak. "     

Di tangan Jody ada sebuah kotak kecil dengan cincin di dalamnya.     

Tanpa berpikir panjang dan membiarkan Jody membungkuk terlalu lama.     

Adelia segera mengambil cincin itu lalu memeluk Jody dengan erat.     

" Aku mau, aku sangat-sangat ingin menikah denganmu. "     

Jody sangat senang dengan pengakuan Adelia, terlebih lagi Adelia menerima lamarannya.     

Kali ini mamynya tidak aka menertawakan dirinya lagi seperti biasa.     

Kali ini pasti mamynya akan sangat senang dengan keberhasilan besar Jody menaklukkan pujaan hati yang telah lama ia kejar itu.     

Sungguh hari yang melelahkan itu hilang juga, dimana ia hanya bisa menunggu dengan pasrah dan akan bersiap mengikhlaskan jika suatu saat nanti ia harus kehilangan.     

Jody mengajak Adelia untuk kerumahnya, kebetulan mamynya sedang berada di rumah.     

Jody sangat ingin memepetemy Adelia dengan sang mamy.     

Adelia masih ragu dan juga takut bertemu orang tua Jody.     

" Kamu tidak usah takut, kali ini kau tidak salah pili. Kau memilih suami dan juga ibu mertua yang sangat baik dan juga manis. "     

Mendengar perkataan Jody, Adelia sedikit lega walaupun ia juga masih gugup bertemu calon mertua.     

Dalam perjalan ke rumah jody, Jody terus menenangkan Adelia yang masih saja gugup bertemu orang tuanya.     

Beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah Jody.     

Kebetulan sang mamy sedang duduk menikmati senja di sore hari.     

Sang mamy yang melihat mobil Jody masuk ke pekarangan rumah segera bergey menemuinya, sang mamy berniat menghibur Jody yang tampak murung saat keluar tadi, mungkin wanita pujaannya hanya mempermainkannya lagi.     

Jody yang turun terlebih dahulu, ketiky hendak membuka pintu mobil untuk Adelia, terkejut ketika sang mamy memeluk dirinya dari belakang.     

" Jodyku, kau kembali juga rupanya . "     

Jody berusaha melepaskan tangan sang mamy karena melihat ekspresi wajah Adelia yang terkejut.     

Adelia pun langsung turun dan membuka pintu mobil itu.     

Jody berhasil melepaskan pelukan sang mamy dan hendak menjelaskan pada Adelia, namun ia lebih terkejut lagi saat Adelia menarik tangannya dan berdiri tepat di hadapan sang mamy.     

" Maaf nona, tapi dia milikku. Sebaiknya nona menjauh darinya. "     

Kali ini semuanya begitu terkejut lagi, bahkan sang mamy tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Adelia.     

Jody tidak memberitahukan pada sang mamy bahwa ia akan membawa Adelia ke rumah, laream ingin memberika surprise/kejutan untuk sang mamy.     

Namun hasilnya malah gagal dan kacau seperti ini.     

" Dia, dia milikmu ? " Tanya mamy Jody pada Adelia dengan menujuk Jody.     

" Iya, dia milikku. "     

Jody makin tersipu malu mendengarnya.     

Sang mamy terkejut melihat ekspresi wajah Jody, dan melihat lagi wanita itu.     

( Mungkinkah ini Adelia ? Baiklah, mari kita bermain sedikit.)     

Gumam sang mamy.     

" Orang bodoh ini milikmu ? Hahaha, asal kau tahu saja nona, dia sudah di tolak ratusan kali oleh wanita yang ia sukai. Hahahaha "     

Ucap sang mamy sambil tertawa.     

Jody hanya bisa menggelengkan kepalanya, sementara Adelia tidak bisa berkata apa-apa, selain bersedih mendengar perkataan mamy Jody.     

Adeli merasa bersalah karena, dirinya hingga Jody jadi bahan olokan wanita lain.     

" Iya, aku menyukai pria ini. Tapi satu hal yang ingin aku katakan pada nona, bahwa dia bukanlah pria bodoh tapi waniy yang menolaknya itulah yang bodoh, dan kini ia hanya bisa menyesali kebodohannya itu. "     

Ucap Adelia dengan nada yang sedih, jody memeluk Adelia karena melihatnya bersedih.     

" Mamy. Tuhkan, Adel sedih. Jika tahu seperti ini, aku tidak akan mengajaknya kemari. "     

Adelia segera mendorong tubuh Jody darinya.     

" Mamy ???? " Tanya Adelia dengan ekspresi yang begt terkejut.     

Jody pun menganggukkan kepalanya.     

( Sial. Hari pertama bertemu dengan calon mertua tapi aku malah berebut Jody dengannya. Ke kacauan macam apa ini Tuhan. )     

Mata Adelia berkaca-kaca melihat Jody, dengan wajah imutnya yang hampir menangis karena merasa bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.