MENGEJAR CINTA

Pembohong Besar



Pembohong Besar

0Adelia pergi menuju rumah Jody. Dalam perjalanan Adelia mencoba menghubungi Jody tapi tidak jawaban dari Jody.     

"Jangan berpikir negatif," ujar adelia untuk menyemangati dirinya.     

Setelah beberapa saat kemudian, Adelia pun tiba di kediaman Jody.     

Ia melihat mobil Jody yang sedang terparkir di halaman. Ia pun segera turun dan memencet bel rumah.     

Seorang pelayan membukakan pintu untuknya.     

"Selamat malam nona Adel," sapa pelayan itu.     

" Malam bi, apakah Jody ada di dalam?" Tanya Adelia.     

" Tuan muda belum pulang nona,"     

" Belum pulang?? Tapi mobilnya berada didepan." Kata Adelia.     

" Maaf nona, sebab sejak tadi tidak ada yang memencet bel. Jadi saya pikir tuan muda belum kembali. Sebaiknya nona masuk kedalam, saya akan memanggil tuan muda di kamarnya," pinta pelayan itu mempersilakan Adelia masuk.     

Seorang pelayan lagi datang menghampiri Adelia dengan membawa segelas air untuk Adelia.     

"Maafkan saya nona Adel, karena saya tidak tahu apa minuman nona, saya hanya membawakan segelas air putih saja."ucap pelayan itu.     

"Hm, (sambil tersenyum) tidak masalah. Lagipula aku tidak sedang ingin minum saat ini."ucap Adelia.     

Pelayan yang pergi memanggil Jody pun menuruni tangga, lalu menghampiri Adelia.     

"Maaf nona Adel, tapi tuan muda tidak berada di kamarnya." Ucap pelayan itu.     

"Ah, tuan muda?"jawab pelayan yang satunya lagi.     

"Apakah kau melihat tuan muda?"tanya pelayang yang satunya lagi.     

"Itu...,tuan muda,"ucap pelayan itu dengan ragu-ragu.     

"Ada apa?" Tanya adelia yang panik.     

"Cepat katakan! Apakah terjadi sesuatu pada Jody?"lanjut Adelia yang semakin panik melihat tingkah pelayan itu.     

"Itu...,tuan, tuan,"     

Adelia menjadi kesal karena pelayan itu sangat berbelit-belit.     

"Baiklah, jika kau tidak ingin bicara! Aku akan mencarinya sendiri." Ucap kesal adelia. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap para pelayan di rumah Jody.     

Adelia pergi ke arah taman di ikuti oleh dua orang pelayan itu. Ia semakin curiga dengan gerak gerik mereka.     

Langka Adelia semakin memelan saat mendengar tawa seorang wanita dari halaman belakang.     

Wajah para pelayan tertunduk saat Adelia berbalik melihat mereka.     

Jantung Adelia berdetak kencang tidak karuan saat itu. Ia takut melangkah lebih dan nantinya ia akan kecewa dengan apa yang akan ia lihat nanti.     

"Siapa yang sedang bersama dengan jody di halaman belakang itu?"tanya adelia memandang kedau pelayan yang sedang berdiri di belakangnya.     

Mereka saling memandang dan takut menjawab pertanyaan Adelia. Namun suara yang sangat Adelia kenal memanggilnya dari belakang.     

"Adel?" Panggil suara itu yang tidak lain adalah Jody.      

Adelia segerah berbalik dan berlari kearah Jody saat melihatnya (Jody). Tapi sekali lagi langka kaki Adelia terhenti saat melihat sosok wanita yang sedang menggenggam tangan Jody. Adelia syok Melihat hal itu. Jody pun terdiam seribu bahasa saat melihat raut wajah Adelia yang berubah ketika melihat tangannya menempel dengan tangan wanita lain.     

"Apakah kau tunangan Jody?"tanya lantang wanita itu dengan wajah yang tidak senang.     

'Ah, dia tahu bahwa aku adalah tunangan Jody. Pasti wanita ini sepupunya atau saudara jauh Jody.'batin Adelia yang seketika melegah.     

"Iya, salam kenal. Aku Adelia, panggil saja Adel."sapa ramah Adelia pada wanita itu.     

"Salam kenal juga, namaku Alena. Calon istri Jody,"ucap wanita itu dengan senyuman lebar di wajahnya.     

Adelia sangat syok mendengar hal itu. Pandang Adelia tertuju pada Jody yang hanya diam saja tanpa bersuara sejak tadi.     

"Ah, ini bercandakan say..,"perkataan Adelia terhenti dan berganti dengan linangan air mata saat melihat diamnya Jody.     

Adelia berjalan maju mendekat Jody yang mematung sejak tadi.     

"Apa yang sedang kau lakukan?"tanya geram wanita itu pada Adelia. Ia pun menarik tangan Adelia, di saat itulah Jody bereaksi.     

"Lepaskan tangannya!"bentak Jody pada Alena.     

"Tapi sayang..,"rengek manja Alena pada Jody yang membuat hati Adelia semakin hancur.     

"Tinggalkan kami sebentar, aku akan menyelesaikan masalah kami."pinta Jody pada Alena.     

"Mana mungkin aku meninggalkan mu bersamanya, bisa saja hatimu berubah."ucap kesal Alena yang tidak ingin membiarkan mereka berdua sendirian.     

"Semua tergantung sikapmu!"ancam Jody pada Alena. Alena yang takut Jody semakin membencinya memilih untuk pergi saat itu, namun sebelum pergi. Alena menyempatkan untuk mengecup pipi Jody. Hal itu membuat tubuh Adelia gemetar menahan amarah. Ia ingin mendengar penjelasan dari Jody sebelum mengambil tindakan pada mereka.     

"Aku akan menunggumu dengan sabar di kamar,"kata Alena dengan senyuman jahat di wajahnya. Ia sengaja memperdengarkan itu pada Adelia.     

"Kau tetaplah wanita tidak berguna selamanya! Tidak heran dia lari padaku,"bisik Alena pada Adelia saat melawatinya.     

Perasaan kesal,marah, sedih dan bahwka putus asa bercampur saat itu.     

"Apakah hatimu telah berubah?"tanya Adelia pada Jody yang berdiri mematung menatap Adelia.     

"Maafkan aku,"     

"Bukan kata maaf yang ingin aku dengar darimu, tapi penjelasan dan juga jawaban atas pertanyaanku,"     

"Aku yang salah,"     

"Kau memang salah, aku tidak buta! Tapi mengapa? Mengapa? Bukankah kau pernah berjanji padaku untuk menjagaku seumur hidupmu?"     

"Janji itu tidak pernah berubah, aku akan menepatinya."     

"Tapi bagaimana caranya? Bagaimana caramu menepatinya?!"     

"Maafkan aku," jawab singkat Jody. Hanya itu yang dapat ia katakan.     

"Brengsek!! Aku minta jawaban darimu."teriak Adelia pada Jody dengan linangan air mata. Ia tidak menyangka bahwa ia akan di kecewakan oleh Jody seperti ini.     

"Kau berhak memakiku atau memukulku, aku terima semuanya. Tapi aku mohon jangan bersedih terlalu lama karena aku,"     

Ucapan Jody di sambut tawa oleh Adelia.     

"Ha-ha-ha..., ha-ha-ha...,"      

Seketika tubuh Adelia lunglai jatuh kelantai. Jody dengan cepat membantu Adelia untuk berdiri namun Adelia menepis tangan Jody.     

"Jangan sentuh aku,"     

"Adel," panggil Jody syok karena Adelia seperti itu.     

"Jangan panggil namaku! Kau pembohong, Kau pembohong." Teriak Adelia pada Jody. Tangisan Adelia membuat para pelayan ikut bersedih.     

Jody pun ikut menangis melihat Adelia seperti itu. Tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa.     

"Kau berhasil menipuku selama ini, ternyata kau hanya ingin membalaskan dendammu padaku. Aku tahu aku salah, tapi ini sungguh keterlaluan Jody. Kau membuatku mati untuk kedua kalinya!" Kata Adelia yang masih menunduk saat itu.     

"Selamat atas kesuksesan besarmu, saat ini kita impas dan tidak saling berhutang."lanjut Adelia. Ia pun berusaha bangkit lalu berjalan pergi meninggalkan Jody yang masih terdiam saat itu.     

"Oh iya, selamat atas pernikahanmu. Maaf aku tidak bisa ikut berbahagia,tapi doaku tulus padamu, sebagai bentuk terima kasih ku padamu." Ucap Adelia yang menghentikan langkahnya. Ia pun berbalik dan pergi.     

Sementara Jody, ingin berlari menyusul Adelia. Namun Langkanya terhenti saat melihat sang mamy menatapnya dari lantai atas.     

Sementara Alena berbahagia melihat kekacauan hubungan Jody dan Adelia yang sudah berakhir.     

"Dia milikku dan selamanya akan jadi milikku!"gumam bangga Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.