Kerajaan Valerian

Manipulator Kerajaan - Bagian 5



Manipulator Kerajaan - Bagian 5

0Katie sangat terkejut sambil melihat pria itu berjalan di antara kerumunan yang sedang menunggu kereta mereka. Dengan pasti pria itu telah melihat ciuman Raja Alexander dan di sini dia mencoba untuk mendekatinya. Sesuatu yang tidak beres dan seperti yang dia katakan dia sangat capek. Tersenyum dan berdiri tegak sepanjang malam agar bisa berbaur dengan kerumunan membuatnya Lelah.     

Menempatkan tangannya di mulut dia menguap, menguap yang menimbulkan sedikit air mata di matanya.     

"Seberapa sering dewan mengadakan acara seperti ini?" Katie bertanya pada Sylvia.     

"Empat kali dalam setahun. Kepala dewan mempunyai impresi bahwa semuanya berjalan dengan baik," Sylvia menjawab sambil menggosokan kedua tangannya oleh karena udara dingin di malam itu.     

"Dan tidak seperti itu," Katie berkata dibalas dengan anggukan.     

"Hal itu benar. Sama seperti pria tua itu menutup mata karena situasi lebih buruk daripada yang kelihatannya. Itulah mengapa para Raja telah melakukan semua pekerjaan," kemudian dia mengganti topik pembicaraan, "apa kau merasa baikan sekarang??"     

"Ya. Mengapa kau bertanya?"     

"Kau mungkin tidak menyadari tetapi kau berjalan sedikit aneh ketika kau ke kamarku sore ini," Sylvia tertawa ketika melihat wajah Katie berubah menjadi merah sampai ke ujung telinganya, "Sungguh gadis yang polos," dia menepuk punggung Katie.     

"…"     

Ketika mereka kembali ke istana pada tengah malam, Katie langsung menuju ke kamarnya setelah mengucapkan selamat malam sementara Alexander dan Elliot pergi ke ruangan belajar.     

Melepaskan gaun yang dipinjamnya dari Sylvia, dia meletakan gaun itu di atas tempat tidur sebelum berjingkrak ke kamar mandi. Dia sangat beruntung mempunyai air panas di kamar mandinya sementara para pelayan hanya disediakan dengan air dingin.     

Dengan memutar keran air, dia berdiri di depan kaca. Dia menyentuh tanda di bahunya di mana warnanya telah berubah. Gaun sore itu telah menutupi tanda itu tetapi sekarang dia berdiri hanya dengan pakaian dalam, tanda itu sangatlah jelas di kulitnya yang pucat.     

Apakah benar dia berjalan dengan cara yang aneh? Tetapi itu bukan kesalahannya atau mungkin itu kesalahannya. Menerima kejantanan Raja Alexander dalam dirinya bukanlah hal yang mudah. Dia merasa tubuhnya akan terbelah ketika dia memasukinya. Dia telah menangis oleh karena rasa panas terbakar dan sakit yang disebabkan tetapi pria itu telah begitu sopan.     

Pemikiran tentang kejadian semalam mengingatkannya tentang Alexander dan dia merapatkan kakinya.     

Ketika dia melihat ke arah kaca lagi, dia merasa jantungnya melompat keluar dari rusuknya ketika melihat Raja Alexander berdiri tepat di sampingnya.     

"Raja Alexander," dia terkejut dan membalikan badannya hanya untuk didorong ke arah dinding yang dingin membuatnya gemetar.     

"Apa kau butuh sesuatu?" dia bertanya dengan gugup dan melihat senyuman di bibir Alexander.     

"Aku butuh begitu banyak hal tetapi aku rasa kau tidak bisa menyediakannya. setidaknya untuk sekarang," dia melihat sesuatu di mata Alexander membuat dirinya memerah.     

"Jika tidak penting bisakah kau pergi? Aku akan mandi," dia mencoba mengumpulkan pemikirannya dengan wajah tanpa ekspresi.     

"Aku bisa melihatnya," Alexander melihat pakaian dalam yang dia kenakan, semuanya berwarna putih.     

Pakaian dalam yang dia kenakan adalah gabungan benang dan kain yang berbentuk seperti jaring fashion. Berpikir bahwa dia sedang mengenakan sesuatu seperti itu di balik gaunnya.     

Dia terlihat sama sangat menarik sekarang ini dengan caranya menutupi tubuhnya dengan tangannya.     

Alexander menatapnya tanpa sepatah kata dan menemukan kepalanya diangkat sehingga dia bisa menatapnya sebelum mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya, kali ini sedikit kuat saat giginya menggigit bibir bawahnya.     

Tangan Alexander yang sebelumnya berada di kedua sisi tubuhnya sekarang berpindah di pinggangnya. Alexander menyelipkan lidahnya ke dalam mulutnya dan menciumnya tanpa henti membuatnya mengerang walaupun tangannya mencoba mendorong dada Alexander. Dia gemetar di dekapan Alexander ketika tangannya turun untuk meremas pantatnya dan menariknya lebih dekat ke tubuhnya.     

Katie merasa bisa bernafas lagi setelah Alexander menghentikan ciumannya dan meraba bibir bawahnya dengan ibu jarinya.     

Ketika dia merasa kabut nafsu menghilang dari kepalanya dan akal sehatnya telah kembali, dia mencoba untuk berbalik dan mengambil handuk yang terletak di sudut ruangan tetapi Raja tidak mengizinkannya. Dia telah terperangkap di tangannya.     

"Kau terasa sangat manis di bibirku. Seperti obat yang membuat ketagihan di mana aku tidak bisa berhenti memikirkannya," dan sekali lagi dia mendekat dan berbisik tepat di bibirnya, "Bernafas sayang. Aku tidak ingin kau sekarat oleh karena tidak ada oksigen, bukan begitu."     

Dia tidak menyadari bahwa dia telah berhenti bernafas.     

Katie merasa tidak adil dengan cara Alexander bicara. Dia telah menutupinya secara fisik dan mental dengan perkataan dan tubuhnya dan hal itu sangat sulit untuk ditolak.     

Alexander mundur meninggalkan tubuhnya yang begitu terangsang.     

"Aku datang ke sini untuk mengatakan bahwa sepupumu Ralph akan berada di sini keesokan hari dengan Oliver," Alexander berkata sambil melangkah mundur darinya.     

Katie mengambil handuk dari sudut ruangan dan membungkus tubuhnya.     

"Oh begitu," Katie tidak dapat menunggu untuk bertemu sepupunya.     

Alexander meninggalkan ruangan. Mendengar suara klik di pintu, dia berjalan keluar untuk mengunci pintu kamar sebelum kembali untuk melanjutkan mandi.     

Setelah dia berpakaian, dia pergi untuk menutup jendela ketika melihat seseorang duduk di taman. Dia memperhatikan lebih jauh dan melihat bahwa Malphus yang duduk sambil memegang buku di tanganya.     

Bersiap untuk memanggil nama Malphus dia membuka dan menutup mulutnya. Berteriak di tengah malam terdengar tidak pantas jadi dia memandang ke sekitar ruangannya untuk menemukan sesuatu untuk dilemparkannya. Tidak dapat menemukan satu barang pun dia melemparkan sisirnya yang kena tepat di wajahnya dan dia mengernyit.     

"Aduh," dia berbisik ketika Malphus menatapnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.