Kerajaan Valerian

Kegelisahan - Bagian 3



Kegelisahan - Bagian 3

0"T-tetapi aku tidak tahu, a-" Alexander meletakan jarinya di bibir Katie ketika melihatnya memerah ketika waktu berlalu.     

Dia telah memberikan seteguk anggur berpikir bahwa hal itu akan menenangkan sarafnya tetapi sepertinya hal itu belum dimulai.     

"Kau tidak perlu tahu," Alexander mendekapnya lebih erat, "Aku senang kau tidak tahu. Kau tidak perlu malu Katie. Kurangnya pengalaman akan membuat lebih mudah bagiku," bibirnya naik dengan rasa puas.     

"Aku akan mengubahmu menjadi wanita yang kusukai," Alexander berkata sebelum menariknya ke atas tempat tidur.     

Ketika jatuh ke atas tempat tidur, Katie merasa bibir Alexander menutupi bibirnya dan lidahnya dengan panas masuk ke dalam mulutnya dan menjadi basah saat lidah mereka bertemu. Ketika Raja menciumnya dengan penuh semangat, Katie merasakan Raja mencuri nafasnya dan kemudian merasakannya menghembuskan kembali kehidupan ke dalam dirinya lagi.     

Jemari Alexander menyentuh lengkungan tubuhnya, mulai dari lehernya turun ke bahu dan dengan pelan turun ke pinggannya. Dia mendesah ketika dia merasa Alexander menyentuh lengkungan payudaranya, gerakan tangannya dengan sengaja bergerak dengan pelan. Jemari kakinya menggulung karena sentuhannya.     

Alexander menciumi rahangnya. Satu per satu, kali ini dia menciumi leher jenjangnya. Alexander membiarkan bibirnya berdiam lama di kulitnya, dia tidak ingin terburu-buru saat mereka mempunyai waktu sepanjang malam.     

Katie merasa Alexander menyingkirkan rambutnya sehingga dia bisa mencium leher dan bahunya. Ketika dia merasa gigi Alexander menggigit kulitnya dengan pelan dia menjadi kaku.     

"Tenanglah," dia mendengar bisikan Alexander, "Aku tidak akan meminum darahmu malam ini," dan dia menjadi santai.     

Menggunakan ujung lidahnya dia menjilati bagian tubuh dimana leher dan bahu bertemu. Dia mencium dan menghisap membuat Katie menggeliat di tangannya, dan sebuah desahan keluar dari bibirnya.     

"Alex," Katie mendesahkan namanya dan kepalanya bersandar di bahunya sambil meramas kemejanya.     

Dengan menggigit sedikit kulitnya dia menghisap dan menjilati kulit yang lembut. Dia mencium bagian belakang telinganya dan menyentuhnya dengan hidungnya.     

Alexander menjauh sedikit untuk membuka kemejanya dan melemparkannya ke atas lantai. Katie menjadi sangat terpana melihat dada telanjangnya begitu dekat. Ketika Alexander mengambil kedua tangannya dan meletakkannya di dadanya wajah Katie menjadi merah padam.     

"Kau tidak perlu malu. Ke sini," Alexander berkata dan mengulurkan tangannya dan Katie menyambutnya.     

Alexander menciumnya lagi, kali ini dengan tangannya berada di dada Alexander. Kepalanya mulai terasa pusing ketika Alexander melanjutkan ciumannya. Sementara itu, Alexander membuka kancing depan gaunnya dengan tangannya yang lincah.     

"Angkat tanganmu," perintah Alexander dan dia menurutinya. Dengan satu tarikan Alexander melepaskan gaunnya.     

Ketika dia merasakan udara yang dingin di dadanya, Katie dengan cepat menarik tangannya mencoba untuk menutupi dirinya dari pandangan Alexander. Punggungnya sekarang menghadap Alexander Sementara jantungnya berdebar dengan cepat.     

Dia merasakan ciuman-ciuman kecil di lehernya membuatnya tertawa kecil dan ketika dia membalikan badan untuk menatap Alexander, dia merasa tangannya melingkar di pinggangnya dan menariknya lebih dekat sebelum mencium bibirnya lagi. Jemarinya membelai perutnya membuat dia merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan.     

"Biarkan aku melihatmu, Katie," Alexander berbisik di telinganya dengan nada menggoda dan ketika Katie menatapnya matanya telah berubah menjadi lebih gelap oleh karena nafsu.     

Alexander menciumnya lagi sambil mendorongnya ke atas tempat tidur .     

Dia mencoba untuk menutupi payudaranya dengan kedua tangannya, wajahnya memerah oleh karena malu. Pandangan matanya ke arah Alexander hanya membuat pria itu lebih menginginkannya.     

Alexander merasa kejantanannya mengeras saat melihat pandangan di depannya. Instingnya ingin menyobek sisa pakaian yang dikenakan gadis itu dan membuatnya menjadi miliknya sekarang juga tetapi yang satu ini berbeda dengan wanita lain.     

Gadis ini sangat berharga baginya. Dia ingin mengikatnya dengan dirinya sehingga dia tidak akan pernah meninggalkan istana. Atau dirinya.     

Perjuangan gadis itu untuk menutupi tubuhnya tidak berhasil tetapi membuatnya lebih bernafsu. Bahkan pengendalian dirinya mulai terlepas dari jemarinya.     

Walaupun Katie masih mengenakan pakaian dalam yang menutupi tubuh bagian bawahnya, tubuh bagian atasnya terbuka di mata Raja Alexander. Alexander menciumnya lagi, kali ini memasukan lidah ke dalam mulutnya dan menciumnya dengan nafsu sementara Katie mencoba untuk mengimbanginya.     

Alexander memegang kedua tangannya dan menahannya di atas tempat tidur sambil mencium kulitnya perlahan menuju ke bagian bawah.     

"Tunggu!"     

"Gadis bodoh, semakin kau mencoba untuk menyembunyikan dirimu semakin ingin aku melihatnya," Alexander merespon ketika Katie mencoba untuk protes atas ciumannya.     

Alexander mencium lekukan payudara Katie sebelum memasukan putingnya ke dalam mulutnya, dan mendengar desahan dari Katie. Dengan tangannya yang bebas dia meremas payudara yang lainnya yang pas dengan telapak tangannya. Katie mengerang ketika lidahnya memutar di putingnya yang berwarna merah gelap sebelum dia menghisap dan menggigitnya dengan pelan. Dia menggigit cukup untuk membuat rasa sakit kemudian menenangkannya dengan lidahnya yang basah.     

Katie merasa panca inderanya menjadi kacau dengan apa yang dilakukan Alexander dengan mulut dan tangannya. Ketika Alexander merengangkan pegangan tangannya dia meramas kain seprai saat mulutnya turun ke perutnya.     

Alexander mengangkat wajahnya untuk melihat hasil pekerjaannya. Rambut Katie menjadi berantakan tetapi sangat menarik, dan dia meletakan punggung tangannya di atas mulutnya saat dia mencoba untuk mengatur nafasnya yang memburu. Ketika dia menyentuh kakinya dia mendengar perkataan Katie.     

"Alex tunggu! Berhenti!" dia memohon dan Alexander mengerutkan keningnya. Dengan terpaksa dia melepaskan kaki gadis itu.     

"Ada masalah?"     

"Aku – um, apa kau yakin?" Katie bertanya dan Alexander memiringkan kepalanya tentang apa yang dimaksudkannya, "Apa kau yakin kau menginginkanku?" dia bertanya dengan pelan.     

Dia mengingat saat Alexander menolaknya ketika dia mencoba untuk menciumnya. Dia tidak ingin Alexander melakukannya jika dia pikir bahwa dirinya seorang anak kecil yang butuh pelajaran yang harus dipelajari setelah apa yang terjadi pada hari itu. Dia ingin Alexander melihatnya sebagai seorang wanita.     

Alexander meraih tangan Katie dan meletakkannya di tonjolan celananya, dan melihat keterkejutan di wajah Katie.     

"Apa kau mengerti. Inilah yang kau lakukan padaku, sehingga jangan meragukan dirimu," Alexander berkata sambil mengangkat kaki Katie sehingga dia bisa menciumnya dari pergelangan kakinya yang halus,     

"Kau mempunyai tubuh yang indah. Dan aku merasa bangga menjadi pria pertamamu. Tubuh yang akan dipuja oleh para lelaki tetapi kita tidak akan bicara tentang laki-laki lain. Ingatlah bahwa hanya aku yang akan melakukan hal ini padamu.," Alexander berkata di antara ciuman yang dilekatkan di kakinya, "aku lembut malam ini tetapi jangan mengharap kan hal yang sama di lain hari," dia berkata sambil menatap mata gadis itu.     

Menciumi pinggiran pakaian dalam jari Alexander menyusuri sampai menemukan tempat basah yang telah terbentuk di kain kapas putih. Dia menjajaki dengan lembut sebelum jarinya menghilang di balik pakaian dalam. Kedua kakinya mencoba untuk bersentuhan ketika jari Alexander menyentuh kewanitaannya.     

Nafas Katie menjadi lebih panas. Melihat matanya yang tidak fokus, Alexander melepaskan sisa pakaiannya dan melemparkannya ke lantai. Dia melebarkan kakinya dan menunduk untuk melihat kewanitaannya. Katie sudah basah untuk dirinya. Sedikit lagi dan dia akan siap, pikir Alexander.     

Menundukan kepalanya, Alexander menjilat lipatan bibir bawah Katie, sebelum memasukan lidahnya ke dalam vaginanya. Katie mengeluarkan erangan kesenangan saat Alexander melanjutkan aktivitasnya. Semakin dalam lidah Alexander masuk semakin keras erangan Katie. Katie menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan suara-suara aneh dari mulutnya.     

Alexander melepaskan mulutnya dari vaginanya, "Kau akan membuat tanganmu lebam. Jangan tahan eranganmu. Tidak ada yang lebih memuaskan daripada mendengar teriakanmu di atas tempat tidurku," Alexander mulai membelai leher Katie dan turun di antara belahan payudaranya sebelum turun ke vaginanya yang berdenyut.     

Alexander memasukan satu jarinya ke vaginanya dan dia berteriak, mencoba untuk terbiasa dengan intrusi. Dia sangatlah sempit, pikir Alexander. Dengan menahan diri dia akan memberikan semua waktunya agar dia terbiasa dengan hal ini. Satu jari bertambah menjadi dua kemudian menjadi tiga.     

"Apa kau mempercayaiku?" Alexander bertanya dengan serius dan Katie mengangguk.     

"Lebih dari segalanya," mendengar ini matanya menjadi lembut.     

"Aku tidak akan berbohong bahwa hal ini tidak akan sakit, tetapi aku berjanji hanya saat ini saja akan terasa sakit," Alexander melanjutkan sambil membuka resleting celananya dan membebaskan kejantanannya.     

Katie menelan ludah. Raja Alexander cukup diberkati. Kejantanannya besar dan panjang dan bohong jika dia merasa tidak takut.     

Melebarkan selakangannya, Alexander memposisikan kejantanannya di depan vaginanya. Alexander mendorong kejantanannya masuk dengan perlahan saat Katie menjerit kesakitan. Awalnya Katie berpikir untuk menahan rasa sakit tetapi rasa itu begitu hebatnya sehingga air matanya jatuh. Alexander berbisik padanya dengan kata-kata yang menguatkan, menciumi bibirnya dan membiarkannya menggaruk punggungnya oleh karena sakit yang tidak bisa dihindari.     

Ketika seluruh kejantanannya masuk dia membiarkan Katie untuk menyesuaikan sebelum bergerak dengan pelan.     

Katie merasa sakit mulai menghilang perlahan saat Alexander menggerakan kejantanannya, menggantikan rasa sakit itu dengan rasa puas. Itu adalah rasa sakit yang manis. Dengan setiap dorongan yang meningkat, Katie berpegangan pada pungunggunya. Katie mengerangkan nama Alexander saat Alexander membuatnya mencapai puncak kenikmatan. Dan setelah beberapa menit Alexander membiarkan dirinya mencapai puncak setelah dia merasakan Katie mencapai puncak kenikmatan untuk kedua kalinya.     

Katie terengah-engah, dia masih berada di awan-awan.     

"Aku mengantuk," Raja mendengar bisikan Katie sebelum menariknya mendekat di dadanya. Matanya hampir saja tertutup.     

"Tidurlah sayang," dia berkata sambil menarik kain untuk menutupi tubuh mereka berdua.     

Menyingkirkan rambut Katie ke samping dia melihat tanda bekas gigitannya. Dia mengingat perkataan pelayannya tentang menyingkirkan Katie dari istana, dan dia terkekeh atas hal itu.     

Sekarang dia telah merasakan tubuh wanita di tangannya, dan dia tidak akan melepaskannya. Bahkan jika wanita itu menginginkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.