Kerajaan Valerian

Mata Berwarna Hijau - Bagian 2



Mata Berwarna Hijau - Bagian 2

0Mendengar hal ini kepala pelayan yang sedang berdiri seperti patung di ruangan itu memandang pada pria itu sebelum memandang kepada Rajanya dan kembali memandang ruang kosong.     

"Terima kasih atas tawaranmu Tuan Barton tetapi kami mempunyai metode disiplin tersendiri," Raja Alexander berkata tanpa memandang pria itu sambil memotong daging di atas piringnya menjadi potongan tipis, sebuah potongan yang elegan.     

"Sayang sekali," Tuan Barton tertawa dan mengganti topik pembicaraan, "Maaf jika menyela tetapi anakku kelihatannya menyukaimu sehingga membawaku ke istanamu. Dia menceritakan hal yang baik tentang dirimu."     

"Saya tersanjung mendengar anakmu perempuan bicara tentang aku," perkataan Raja Alexander membuat Nona Caroline tersipu.     

"Itu adalah kehormatanku, Raja Alexander" Nona Caroline berkata menatapnya dengan malu-malu sebelum melanjutkan kembali ke makan siangnya di mana dia hampir tidak menyentuh makanannya.     

Wanita dengan status seperti Caroline harus bersikap bersahaja dan sopan. Dan mereka sering makan sedikit saat pertemuan dengan para pembersan, yang juga membantu mereka kelaparan untuk menjaga tubuh halus mereka.     

Katie mengantar pria itu ke kamar mandi, sekarang dia berdiri di luar ruangan sambil menunggu pria itu selesai membersihkan sepatunya. Dia bernafas lega ketika pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dan merasakan kepanikan dan energy keluar dari dirinya.     

Raja Alexander memasang wajah yang tidak terbaca ketika mata Katie telah memandangnya sepersekian detik dan meninggalkan ruang makan.     

Sejak semalam dia telah menjadi begitu gugup untuk menghadapi Alexander tetapi kelihatannya dia berpikir hal yang tidak berguna Sementara dia duduk di kursinya tanpa terpengaruh sama sekali.     

Dia menegur dirinya sendiri oleh karena terlalu berpikir hal yang seharusnya tidak dipikirkannya.     

Dan apa yang dimaksud dengan 'membersihkan kekacauan' dia menatap pilar yang berada di sampingnya dan yang lebih parah dia hampir saja menunduk untuk membersihkan sepatu pria itu seperti orang bodoh. Tetapi bukankah hal itu yang harus dilakukan seorang pelayan? Dia menggelengkan kepalanya dengan dilemma.     

Sepatu kulitnya, Katie mengerang dalam hatinya saat memikirkan hal itu, bukannya di lantai tetapi di atas sepatunya.     

Dia membenturkan kepalanya dengan pelan di pilar, berharap untuk menjernihkan pikirannya dan mendengar tawa pelan di belakangnya membuatnya sangat malu.     

"Aku harap aku tidak mengganggu," dia mendengar seorang pria bicara saat dia membalikkan badannya.     

"Aku sungguh-sungguh minta maaf-" Katie mulai menundukan kepalanya tetapi dihentikan oleh pria itu.     

"Seperti yang aku katakan sebelumnya seharusnya aku yang berhati-hati. Itu hanyalah sebuah sepatu, tidak perlu membesar-besarkan masalah sepele," saat dia berbalik untuk mengantarkan pria itu kembali ke ruang makan dia berkata, "Bisakah kau mengantarkanku ke taman> aku ingin beristirahat dari politik," dia meminta dengan sopan.     

Dalam perjalanan ke taman Katie menyadari pandangan Dorthy yang sedang lewat di koridor memberikannya pandangan penuh tanda tanya secara diam-diam saat mereka berpapasan. Sesampainya di taman Katie berhenti untuk melihat pria itu duduk di sebuah pohon besar.     

Tidak seperti Nona Caroline dan ayahnya yang bersuara besar dan mengancam, dia terlihat seperti seorang yang sangat tenang.     

"Jika saya boleh tahu, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" pria itu bertanya kepadanya dan dijawab dengan gelengan kepala,     

Kau pasti baru di sini, benar begitu? Aku tidak melihatmu sejak kedatanganku yang terakhir di sini," dia berkata dengan senyuman.     

Pria itu mempunyai rambut berwarna coklat yang lebih panjang di satu sisi yang menutupi sebagian matanya yang berwarna hijau pucat sementara sisi lain lebih pendek.     

Mengingat bahwa pria itu bertanya kepadanya dia menjawab, "Sudah beberapa bulan sejak aku bekerja di kerjaan Valerian, Tuan," dia menjawab langsung pada sasaran.     

"Begitu rupanya," dia bersenandung, "Sayaaya Quill Travers, siapa namamu?" dia bertanya lagi setelah memperkenalkan dirinya.     

"Katherin Welcher, Tuan," dia menjawab sedikit bingung dengan nama keluarga pria itu. Bukankah nama keluarganya seharusnya Barton jika dia adalah saudara dari Nona Caroline?     

Mereka menghabiskan beberapa menit di taman, Quill duduk di bawah sebuah pohon Sementara Katie berdiri beberapa meter darinya, menunggunya untuk kembali ke aula. Ketika mereka kembali, mereka dapat mendengar tawa Tuan Barton yang mencoba untuk menghibur Raja yang kelihatannya bosan dengan perkataan pria itu.     

Melihat Quill berjalan melalui pintu dengan pelayan mengikutinya dari belakang, Tuan Barton berkomentar dengan sombong, "waktu yang lama kau habiskan di kamar mandi."     

Mendengar hal ini mata Alexander bergerak dari Quill ke Katie, menyadari bahwa Tuan Barton hanyalah memperkirakan apa yang terjadi.     

"Aku yakin kau tahu bahwa kamar mandi digunakan untuk hal-hal berbeda, ayah," Quill menjawab sambil memperbaiki mansetnya.     

Tuan Barton tidak mengindahkan perkataan anak laki-lakinya berbalik dan menatap Raja Alexander dan bicara, "Seperti yang sudah aku katakan, aku akan menjemput anak perempuanku besok pagi dan membawa kertas yang sudah ditandatangani soal akusisi yang telah kau minta," dan keduanya berdiri dari tempat duduk masing-masing.     

"Tentu saja," jawab Raja Alexander dan mereka mulai berjalan keluar dari ruangan.     

Ketika kereta kuda datang, hanya Tuan Barton yang naik ke dalam kereta dan meninggalkan Nona Caroline dan saudaranya Quill di istana.     

"Maafkan telah mengganggu waktumu dan terima kasih telah menerima permohonan ayahku," Caroline membungkuk.     

Kalau begitu kau seharusnya tidak meminta pada ayahmu, Alexander berkata dalam hatinya Sementara tersenyum pada Caroline.     

"Tentu tidak. Sebuah keberuntungan bagi seorang Nona sepertimu untuk datang dan melihat pembukaan teater hari ini," dia memberikan pujian membuat wanita itu tersipu malu.     

Jika bukan karena ayahnya dia tidak akan memberikan sedetikpun bagi wanita ini tetapi Tuan Barton mempunyai koneksi yang menguntungkan dalam bisnis dan pertukaran-pertukaran, dan Alexander tahu bagaimana mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri dan satu hal yang dimintanya hari ini sangatlah penting. Setelah pria itu tidak lagi berguna maka dia akan melemparkannya keluar demikian juga dengan anaknya.     

Katie yang sedang berdiri dan memegang tas kecil Nona Caroline membuka matanya. Apakah mereka sedang membicarakan teater yang diminta Alexander kepadanya untuk ikut?     

Jadi apakah Nona Caroline datang jauh-jauh ke Valeria hanya untuk membuat Raja Alexander menemaninya ke teater?, memikirkan hal itu membuatnya mendesah sehingga Quill menatapnya dengan penuh pertanyaan.     

Katie telah meminta hari libur dari pekerjaannya dan telah berencana untuk beristirahat sebelum bersiap untuk pergi ke teater tetapi sekarang Alexander akan membawa Caroline bersamanya dan sekarang dia duduk di lantai menggosok bulu Areo di ruangannya.     

Walaupun merasa gugup dengan apa yang terjadi sebelumnya dia telah menunggu untuk pergi ke teater dengan Raja Alexander. Dia mengingat percakapan antara mereka berdua.     

Melihat Nona Caroline dan saudaranya pergi ke bagian barat istana untuk beristirahat di ruang tamu Alexander bicara padanya,     

"Oleh karena keadaan ini hari ini aku akan menemani Nona Caroline hari ini. Aku akan membawamu kesana minggu depan. Aku minta maaf atas perubahan rencana ini," Alexander memasang wajah permohonan maaf.     

"Kau tidak perlu meminta maaf, Raja Alexander. Aku mengerti," dia menundukan kepalanya.     

Dia merenungkan apakah Raja menyukai wanita seperti Nona Caroline, dengan rambut yang lurus dan halus, tubuh yang ramping untuk dipegang seperti gelas. Dan dia berasal dari kalangan atas.     

Tidak lupa tentang gosip yang menyebar di antara mereka yang menyatakan keduanya adalah pasangan. Mungkin yang terbaik adalah melupakan perasaanya tentang laki-laki itu sebelum dia terluka, dia berpikir sambil menggigit bibirnya dan meringis ketika dia menggigit terlalu kuat.     

Dia memeluk kucing itu yang dibalas dengan 'meow'. Waktu berlalu saat Katie bermain dengan kucing dan sebuah ketukan terdengar di pintu. Membukanya dia menemukan saudara Caroline berdiri di depan pintu.     

"Hallo," Quill menyapanya, "Aku sedang mencarimu."     

"Apakah ada yang kau butuhkan Tuan Travers?" dia bertanya-tanya jika ada yang diinginkan pria itu.     

"Tentu," jawab pria itu sambil menggaruk tengkuknya…     

Malam itu, adalah waktu untuk berangkat dan Nona Caroline adalah yang paling pertama bersiap sama seperti seorang anak kecil yang girang berdiri dekat dengan kereta kuda.     

Raja Alexander Selalu tepat waktu, ketika dia menuruni tangga dia melihat kedua bersaudara sedang bicara satu dengan yang lain dekat dengan kereta. Quill datang untuk mengunjungi Raja dengan bisnisnya sendiri Sementara saudaranya telah pergi untuk beristirahat.     

"Apakah sudah waktunya untuk berangkat?" Nona Caroline menjadi tidak sabar untuk pergi ke teater.     

"Aku sedang menunggu seseorang, mengapa kau tidak pergi duluan?" Quill berkata sambil melihat ke arah pintu masuk.     

"Aku pikir kau tidak tertarik dengan teater, Quill. Siapa yang akan kau bawa?" saudarinya bertanya.     

"Kau akan lihat sendiri," adalah kata-katanya dan ketika wanita yang dimaksud datang mata Alexander menyipit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.