Kerajaan Valerian

Kegelisahan - Bagian 2



Kegelisahan - Bagian 2

0Keluar dari ruangan penjara, Raja mulai berjalan sebelum dia berhenti.     

"Malphus," Alexander memanggil hantu itu.     

"Ya Tuanku Raja," hantu itu langsung menjawab tanpa menunggu lagi.     

"Tinggal di sini untuk malam ini," dia memerintahkan dan Malphus membuat ekspresi wajah yang bodoh. Walaupun dia seorang hantu dia tidak ingin tinggal di tempat mengerikan di mana pria dan wanita mati di situ, "Jika sesuatu terjadi, kau bisa memberitahukannya kepada kepala pelayan."     

"Tetapi dia tidak bisa melihatku," Malphus menjawab saat melihat Raja tersenyum.     

"Sementara itu kau bisa menolong para prajurit untuk menguburkan tubuh-tubuh itu di hutan," dan Raja meninggalkan tempat itu tanpa berkata-kata lagi.     

Mati untuk waktu yang lama, hal itu telah menyebabkan pemikiran Malphus menjadi pelan dan butuh waktu untuk menyadari bahwa Raja telah menyuruhnya untuk membantu penjaga menguburkan mayat karena mereka dapat melihatnya sekarang!     

Dalam istana, Katie berjalan ke sana kemari di ruangnanya karena gugup.     

Ketika Raja Alexander meninggalkan ruangannya, dia masih kaget dengan apa yang terjadi di kota dan perkataan Raja kepadanya.     

Kembali ke ruangannya setelah sadar dari keterkejutannya, dan untuk menghilangkan rasa kelelahan dia pergi mandi. Merendamkan dirinya dalam bak mandi dia keluar saat sadar bahwa dia membutuhkan udara untuk bernafas.     

Raja Alexander sangat marah kepadanya, hal itu wajar oleh karena dia telah memperingatkannya untuk tidak pergi sendirian ke kota. Tanpa pikir panjang, dia telah membunuh pria yang bernama Javier. Tanpa perasaan menyesal.     

Ini adalah dunia yang dia tinggali sekarang, orang dibunuh setiap hari. Wanita dan gadis-gadis muda diperkosa dan dikirim ke rumah bordil. Anak yatim hidup di jalanan tanpa makanan. Dia telah diberikan rumah oleh saudaranya bahkan Raja Alexander bersama Elliot dan yang lainnya, telah membiarkannya hidup di dunia mimpi di mana yang ada hanyalah kedamaian tanpa kebencian.     

Tetapi kenyataan jauh dari pada hal itu.     

Adalah hal bodoh untuk memikirkan bahwa Cynthia adalah orang yang baik. Dia telah mempercayai bahwa wanita itu telah berubah dari caranya bicara tetapi tidak. Dia telah menghancurkan kepercayaannya. Sebenarnya Katie yang merasa cemburu, kecemburuan terhadap wanita yang telah naik ke atas tempat tidur Raja dan sebelumnya dia telah memutuskan untuk mengerti beberapa hal jika waktunya akan datang.     

Walaupun dia tidak pernah berpikir untuk hari ini akan menjadi seperti ini     

Jika bukan karena Raja Alexander, dia pasti sudah dilecehkan sekarang dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika dia tidak diselamatkan.     

Pemikiran itu membuatnya gemetar oleh karena jijik.     

Ketika dia meletakan kepalanya di sandaran bak mandi, perkataan Raja Alexander menggema di pikirannya.     

'Aku akan memilikimu malam ini. Bersiaplah.'     

Bersiap-siap? Pikirannya masih mencerna perkataannya dan dia merasa jantungnya berdetak begitu cepat. Apakah dia benar-benar dengan perkataannya ataukah itu hanyalah untuk sesaat? Apakah dia…apakah itu artinya dia akan tidur dengannya?     

Dia menggeleng sambil memercikan air ke wajahnya. Dia berpikir untuk lari ke kamar para pelayan untuk menyelamatkan dirinya tetapi dia ragu jika itu adalah hal yang mustahil. Martin, kepala pelayan akan datang dan memintanya kembali ke kamarnya seperti seorang anak kecil yang harus tidur. Kemudian ada Cynthia. Dia tidak yakin jika wanita itu ada di sana atau tidak. Alexander telah bicara tentang menghadapi seseorang dan mungkinkah Cynthia yang sedang dibicarakan oleh Raja. Karena jika hal itu benar maka dia ragu wanita itu akan kembali untuk bekerja. Dengan hal yang dia lakukan pasti dia akan diusir dari kerajaan.     

Katie tidak ikut makan malam melainkan hanya makan sebuah apel karena dia sangat gugup yang datang setiap menitnya. Hampir empat jam sejak Raja Alexander meninggalkan ruangannya. Apakah cukup waktu untuk menenangkan dirinya? Katie bertanya pada dirinya sendiri.     

Bukannya dia tidak menginginkan Raja. Jauh dalam lubuk hatinya dia merasa sangat senang ketika mengetahui dia sangat marah dan cemburu padanya. Tetapi dia takut dengan ketidakmampuannya oleh karena tidak berpengalaman sehingga dia mendapatkan masalah karenanya.     

Saat sedang menyisir rambutnya dia mendengar ketukan di pintu.     

"Siapa itu?" dia bertanya dan mendengar kepala pelayan bicara.     

"Raja Alexander meminta kehadiranmu di ruangannya."     

"Ah. Tentu. Aku akan kesana," dia menjawab, tangannya menjadi basah oleh karena keringat saat mendengar langkah kaki martin semakin menjauh.     

Ketika Katie pergi ke kamar Alexander, dia berdiri di depan pintu untuk beberapa detik sebelum mengetuk. Mendengar Alexander memintanya masuk, dia membuka pintu dan segala keraguan sebelum masuk ruangan terbang keluar jendela.     

Raja sedang berdiri di depan jendela yang besar, menulis sesuatu di bawah cahaya rembulan. Dia mengenakan celana panjang hitam dan kemeja dengan beberapa kancing terbuka membuat dadanya yang bidang terlihat.     

Dia dapat mencium bau sabun. Dia baru saja selesai mandi. Rambutnya berantakan dan ujung rambutnya hampir kering.     

Pemandangan itu cukup membuat hatinya berdetak begitu cepat dan Alexander mengangkat wajahnya dari pekerjaannya dan menatapnya. Alexander tersenyum dan merasa tenang ketika perasaan tegangnya menghilang.     

"Maukah kau minum anggur?" dia mendengar tawaran Alexander dan dia membuka sebuah botol yang terlihat berisi seperti air, "Aku mendapatkannya sebagai hadiah dari salah satu anggota dewanku," dia mendengarnya berbicara.     

"Aku baik-baik saja," dia menjawab dengan kerutan kecil di wajahnya.     

Raja Alexander menjadi dirinya sendiri, menawarkannya anggur dan dia telah tersenyum untuknya. Mungkin dia tidak marah setelah perkataannya barusan.     

Dia merasa resah tanpa alasan.     

Dia telah melihatnya mengambil beberapa tenggukan dari gelas dan meletaknnya di meja. Dia kemudian berjalan melalui ruangan itu ke tempat di mana dia berada.     

Tanpa sepata katah Alexander menundukan kepalanya dengan pelan dan dia mengangkat wajahnya saat bibir mereka bertemu untuk sebuah ciuman. Ketika dia membuka mulutnya dia merasa cairan pahit tetapi manis melewati mulutnya.     

Alisnya mengerut karena rasa anggur itu dan ketika mereka selesai ciuman dia melihat Alexander dengan wajah yang puas.     

"Pahit," dia memprotes.     

"Aku juga berpikir demikian. Anggur itu terbuat dari nanas dan asam tartarat," Alexander berkata sambil meminum sisa di gelasnya.     

Memikirkan mengapa Alexander memanggilnya keruangannya, dia berbalik untuk pergi,. Tetapi dengan tiba-tiba dia merasa Alexander menahan pergelangan tangannya dan menariknya mendekat.     

"Dan kemana kau akan pergi?" Alexander bertanya sambil menatap matanya.     

"Aku…" dia begitu tersesat di matanya, mengingat apa yang barusan di tanya. Dia mempunyai mata yang menawan sehingga sulit untuk berpaling.     

Dia merasa jarinya membelai bibir bawahnya sehingga dia tidak berani menatapnya lagi.     

"Apa kau lupa apa yang aku janjikan padamu beberapa jam yang lalu," Alexander bertanya dan dia kembali menatapnya untuk melihat ekspresi serius kembali di wajahnya yang tampan, "Jangan takut," dia berbicara dengan lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.