Kerajaan Valerian

Penyihir Kegelapan – Bagian 1



Penyihir Kegelapan – Bagian 1

0Leroy menarik Katie ke sisinya dengan penjaga yang lain mengikat tubuhnya ke sebuah kursi. Dia merasa tali mengiris kulitnya, membuatnya sangat tidak nyaman. Dia membuka mulutnya dan matanya melihat ke arah Alexander sementara mata Alexander telah berpindah dan memandang ke arah dinding yang berada di depannya.     

Anggota dewan telah pergi setelah sebelumnya mengatakan bahwa mereka akan kembali lagi besok, Nyonya Ester berkata,     

"Tidakkah kau bahagia sayang, akhirnya kembali bersatu dengan pria yang kau cintai?" Dia bertanya dengan nada menghina.     

Baik Katie maupun Raja Alexander tidak mengatakan satu katapun, keduanya memilih untuk diam. Mereka mendengar langkah-langkah kaki menuju ruangan itu dan Raja Norman muncul dari balik pintu.     

"Raja Alexander," Raja Norman menyapanya dengan gembira, "Aku berharap kau akan menerima servis kami sesuai dengan keinginanmu. Aku telah meminta orang-orangku untuk memberikan perlakukan yang spesial," sebuah senyuman muncul di bibir Alexander.     

"Terima kasih, Raja Norman. Aku menghargai kebaikanmu tetapi kau tidak perlu melakukannya. Aku akan baik-baik saja."     

"Akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak melihat dirimu berada dalam keadaan seperti ini. Kau kelihatannya bersemangat untuk seseorang yang akan melewati penghakiman sebelum eksekusi," komentar Raja Norman.     

"Dia pastilah mewarisinya dari ibunya. Ibunya juga aneh. Tersenyum saat dia sedang di bakar," mendengar perkataan Nyonya Ester mengenai ibunya mata Raja Alexander bergetar untuk beberapa detik.     

"Apa yang bisa aku katakan, ibuku mempunyai jiwa yang kuat tidak seperti penyihir yang aku temui," Mata Raja Alexander menatap mata wanita itu.     

"Ibumu sangat egois dan tidak bijaksana, berpikir bahwa dia lebih baik dari kita dan lihat apa yang terjadi dengan dirinya jika dia mendengarkan kami, maka dia pasti masih akan hidup tetapi lihat apa yang terjadi. Dan di sini kau mengambil jalan yang sama dengan ibumu," Ester menggelengkan kepalanya dengan kecewa, "Siap untuk dieksekusi…"     

Raja Norman memberi tanda kepada Leroy, di mana penjaga yang berdiri di samping Katie berjalan ke depannya. Dia mengangkat tangannya dan memukul wajah Katie, membuat pandangan matanya berkunang-kunang untuk beberapa saat sebelum merasakan sakit di pipi dan rahangnya.     

Melihat Alexander tidak bereaksi dan tetapi tenang di tempat duduknya Raja Norman berkata,     

"Apa kau tahu apa yang istimewa tentang hukuman Mythwealds?" dia bertanya dengan sombongnya dan mengambil sebuah palu dari sisi meja dan menyerahkannya kepada penjaga.     

"Aku tidak akan merasa tertarik," Raja Alexander menjawab dengan tenang walaupun Raja dari selatan menanyakan pilihannya tentang rasa favoritnya untuk teh.     

"Aku memaksa," Melihat penjaga berjalan ke arah Raja Alexander, Katie merasa tangannya berkeringat tentang apa yang akan dilakukan Raja Norman. Raja selatan mengambil beberapa paku panjang di tangannya, "Kau akan menyukainya."     

Penjaga meletakkan ujung paku di tangan Alexander yang terikat di kursi sebelum memakukannya tepat ke tangannya, mendorong paku itu masuk ke dalam kulit Alexander membuatnya mengerang kesakitan. Satu demi satu dari ujung lengannya sampai ke telapak tangannya dipakukan. Penjaga itu kemudian berlutut dan meletakan dua paku yang lain di kaki Raja Alexander.     

"Bagaimana rasanya? Ini dibuat terutama untuk para vampire. Dibenamkan dan terbuat dari cairan suci. Mereka akan mencair dan akan memasuki dagingmu secara perlahan. Tidak lama rasa kesakitan akan masuk dan membuatmu kehilangan kekuatan vampirmu. Itu adalah perasaan yang tidak akan pernah kau lupakan.     

"Mengapa, apa kau pernah menggunakannya dalam dagingmu juga?" Raja Alexander tertawa. Raja Norman mengepalkan tangannya dengan marah, "Tetap bicara seperti itu dan kau-"     

"Sudah cukup sayang," Ester meletakkan tangannya di atas bahu suaminya, menariknya agar tidak menjadi agresif, "Ditahan sebagai pembunuh yang membunuh seorang anggota dewan tentu saja kau begitu berani dan penuh dengan kata-kata. Aku akan memastikan bahwa kematianmu akan begitu pelan tetapi sebelumnya wanita itu akan mati di depanmu," Dia berkata sambil memandang ke arah Katie.     

"Kau seharusnya berhenti melibatkan orang yang tidak punya urusan denganmu," Raja Alexander menyatakan membuat penyihir itu tertawa.     

"Apa kau merujuk pada pertunanganmu dengan wanita itu? Ataukah aku seharusnya mengatakan bahwa pertunangan yang diatur?" mendengar ini Katie menatap kepada penyihir yang berdiri di depannya, "Aku pasti lupa bahwa Silas adalah anakku. Apakah kau berpikir bahwa dia akan menghianatiku? Berpikir bahwa dia akan menghianatiku adalah sebuah hal yang bodoh. Seorang ibu yang telah menunjukan cinta. Jangan pernah menganggap remeh hubungan antara seorang ibu dan anak yang dibesarkan. Dia adalah anakku, aku mungkin tidak akan melihat apa yang dia lakukan barusan tetapi hal yang sama tidak berlaku dengan yang lainnya. Kau mempunyai keberanian untuk menghancurkan sesuatu yang telah aku kerjakan selama bertahun-tahun. Aku rasa kau tidak mengerti mengapa ibumu meninggal. Tidak lama tujuan kami selama ratusan tahun akan diselesaikan dan tidak akan ada orang lain yang akan menghentikan kita."     

"Nyonya Ester."     

Judith yang mengunjungi mereka di tempat itu. Matanya berbeda terakhir kali Katie melihatnya. Tidak butuh waktu yang lama baginya untuk menyadari bahwa gadis itu adalah salah satu dari mereka. Dia mulai bertanya-tanya berapa banyak lagi penyihir yang tinggal di istana itu.     

"Ada apa?"     

"Saudari-saudari telah tiba dan menunggu kehadiranmu untuk mendiskusikan tentang upacara."     

"Katakan pada mereka aku akan segera ke sana," Gadis itu pergi dan dia memandang kepada dua orang yang terikat di kursi sebelum meninggal kan ruangan itu dengan suaminya.     

Raja Alexander dan Katie dikurung dalam ruangan yang sama. Penjaga berdiri di luar ruangan. Ruangan itu dibuat dengan penjagaan ekstra dengan penjaga menunggu di setiap lorong dan di lantai bawah tempat mereka ditahan. Katie melihat ke arah Raja Alexander, matanya tertutup dan keningnya menggerutu oleh karena kesakitan. Darah mengalir dari jari-jarinya karena jumlah paku yang dipakukan di tangan dan kakinya, satu tetes darah mengalir jatuh ke lantai diikuti dengan tetesan darah yang lain.     

Alex, Katie memanggil namanya dalam pikirannya karena dia tidak bisa mengeluarkan satu katapun dengan pemandangan di depannya. Dengan apa yang dikatakan Nyonya Ester kelihatanya Silas telah berganti sisi. Dia berharap dia bisa mengeluarkan mereka dari sana. Tangan dan kakinya terikat seperti Alexander tetapi dengan keadaan yang lebih baik.     

"Apa kau baik-baik saja?" Alexander bertanya dengan prihatin, matanya terbuka dan menatapnya.     

Dia mengangguk, "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" Katie bertanya dengan khawatir. Sekarang dia telah membuka mulutnya, dia bisa merasakan darah di dalam mulutnya.     

"Tidak pernah lebih baik dari ini," Alexander memberikannya senyuman yang meyakinkan walaupun berada dalam situasi yang tidak menyenangkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.