Kerajaan Valerian

Mengenang – Bagian 2



Mengenang – Bagian 2

0Malphus kemudian bertanya, "Apa kau baik-baik saja?" dia menggigit bibirnya merasa bahwa bibirnya masih gemetar dan akhirnya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.     

"Kemarilah, Katie," Malphus melambaikan tangannya melalui jarak antara jeruji..     

Penjara itu tidaklah besar dan dengan rantai yang pendek di kakinya dia masih bisa merangkak mendekati Malphus. Ketika dia meletakan tangannya ke atas tangan Malphus dai merasa pria itu meremasnya dengan lembut.     

"Maaf atas kehilanganmu. Jika kau ingin menangis kau bisa, nona kecil," Malphus bicara dengan begitu lemah lembut membuatnya tecekat tetapi dia menggelengkan kepalanya dengan keras kepala., "Kita semua akan meninggalkan tempat ini. Kita tidak membawa apa-apa, kita tidak mengambil apa-apa. Pikirkan seperti ini…waktunya telah dituliskan sebelum kelahiran dan akan diambil juga."     

"Tetapi diambil dengan cara yang sangat sadis. Mengapa orang yang selalu menawarkan kebaikan selalu berakhir dengan kesusahan?" dia bertanya, "Begitu banyak orang yang tidak bersalah dibunuh dan akan dibunuh, apa yang telah mereka lakukan sehingga pantas menerimanya?"     

"Ini adalah dunia tempat kita tinggal dan bagaimana dia bergerak. Kau tidak bisa bertanya bagaimana dan mengapa karena ini adalah bertahan bagi yang kuat. Kau hanya perlu untuk berkembang," Malphus berkata sambil menggosok ibu jarinya ke atas tangan Katie sebelum melepaskannya.     

Katie menceritakan tentang hal yang terjadi pada malam sebelumnya dan apa yang Ralph katakana padanya, "Aku tidak tahu apakah aku bermimpi," dia berkata sambil menatap lantai, "Satu menit aku sedang membuat makan malam dan menit berikutnya kau melihat darah mengitarimu," suaranya berakhir menjadi bisikan.     

"Mungkin kita semua. Pipimu lebam." Malphus bergumam dan dia menyentuh pipinya yang berdenyut sebelum meringis, "Apakah kau terlibat dalam perkelahian?"     

"Aku tidak ingat," dia mendesah dengan pelan. Dia begitu syok karena melihat sepupunya mati di tangannya sehingga dia tidak begitu ingat dengan apa yang terjadi sesudahnya.     

Dia berduka untuk sepupunya dalam diam, menutupi air matanya yang mengalir di pipinya dari Malphus maupun penjaga yang melewati ruangan penjara. Dia telah kehilangan semua keluarganya semua orang yang dia sayangi. semuanya diambil dengan dibunuh, dibunuh tanpa ampun. Menyapu pipinya dia menarik nafas untuk menenangkan dirinya dia menatap pada kehampaan saat waktu berlalu.     

Malam datang ketika dia melihat Malphus berdiri dari lantai untuk melihat melalui jendela kecil di dinding. Dia tidak menyadari sebelumnya tetapi kelihatannya tempat di mana mereka dipenjara dikelilingi oleh air ketika dia mendengar percikan air. Mengikuti pergerakannya dia ikut berdiri untuk melihat ke langit malam di luar jendela. Seperti perkiraannya mereka dikelilingi oleh air.     

Beberapa orang yang ditahan oleh kerajaan selatan berada beberapa sel dari mereka. Penjara itu sudah tua; besi jeruji sudah berkarat dengan beberapa warna coklat dan merah menghiasinya.     

Tempat itu begitu tenang. Begitu tenang kecuali suara langkah kaki penjaga dan air yang menyentuh dinding dari luar. Walaupun sudah lebih dari dua minggu dia datang ke Mythweald, dia tidak tahu bahwa sungai tersambung dengan kumpulan air yang begitu deras. Tangannya menyentuh sesuatu di dinding dan dia menunduk untuk melihatnya.     

Malphus 1833     

Apakah dia telah berada di tempat ini sebelumnya ataukah itu adalah nama orang lain?     

Katie melihat Malphus sedang melihat keluar jendela, matanya tidak berkedip dan dia menyadari tidak seperti dirinya tangannya yang dirantai. Merasakan sebuah tatapan ditujukan padanya, Malphus membuka mulutnya,     

"Tidakkah kau ingin tahu tentang apa yang mereka bicarakan?"     

"Tentu," Katie menjawab sambil duduk kembali ke atas lantai. Telah begitu banyak informasi dan kejadian yang telah terjadi dalam waktu dua puluh empat jam sehingga dia masih menganalisa hal apa yang telah terjadi.     

Bukanlah sifatnya untuk mencari tahu latar kehidupan orang lain dan mengetahui bahwa Malphus bukanlah orang yang akan mengatakan sesuatu tentang masa lalunya, dia telah diam. Dan sangat tidak baik untuk bertanya padanya walaupun dia mempunyai begitu banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan.     

Dengan apa yang dia dengar sekarang, dia yakin bahwa Malphus tidak sejalan dengan keluarganya. Tidak seperti ayahnya maupun adik laki-lakinya. Sekarang dia berpikir tentang hal itu, dia mengingat kembali saat dia telah mengikuti Silas saat mengunjungi gereja. Malphus begitu terkejut saat itu.     

Malphus meninggal tiga puluh tahun yang lalu di selatan sehingga artinya bahwa Silas yang Sekarang berumur dua puluh tahunan pastilah sangat muda waktu itu, seorang anak kecil.     

"Sama seperti beberapa vampire berdarah murni yang kelihatannya hanya dikelilingi oleh vampire, kerajaan Mythweald selalu mempunyai jalan dan secara tidak langsung hanya menerima manusia di tanah mereka," Malphus mulai bicara sambil menatap keluar, tangannya memegang salah satu jeruji jendela di mana udara masuk.     

"Ayahku, Esdras Norman menikahi ibuku, seorang wanita dari kelas rendah oleh karena paksaan. Dia tidak pernah menginginkan untuk menikah dengan nya tetapi dia melakukannya karena paksaan orang tuanya. Manusia sama halnya dengan vampire ketika datang kepada emosi seperti cinta diri, dengan tidak peduli dengan orang lain. Raja sebelumnya juga baru saja meninggal dengan keegoisan di pikirannya."     

"Ibuku di bawa ke istana Norman dan dia melahirkanku setahun kemudian. Aku diperlakukan dengan baik oleh karena darah Norman mengalir dalam nadiku tetapi tidak demikian dengan ibuku," dia menggenggam jeruji dengan kuat, membuat tangannya menjadi putih karena mencoba untuk mengontrol kemarahannya.     

Dia menatap ibunya dengan tanda merah di wajahnya. Dia naik ke atas pangkuan ibunya dan menyentuh pipi ibunya dengan rasa ingin tahu dan melihat senyuman ibunya.     

"Apa ini, mama?" dia bertanya dengan matanya yang berwarna abu-abu.     

"Hanya goresan kecil sayangku," dia menyisir rambut Malphus saat dia menolongnya naik ke atas tempat tidur di ruangannya, "Bagaimana dengan harimu? Aku dengar dari kepala pelayan bahwa kau duduk di atas seekor kuda hari ini."     

Anak kecil berumur lima tahun tersenyum padanya dengan riang, "Tentu saja, mama. Si kuda coklat mengizinkanku untuk duduk di atasnya. Suatu hari nanti aku akan naik kuda dengan papa," dan ibunya terus saja tersenyum.     

"Tentu saja kita akan melakukannya," dia menjawab sambil menarik selimut untuk menutupinya sebelum mendengar suara di luar ruangan, "Tidurlah, anakku. Selamat malam," dia mencium kening anaknya sebelum berdiri dan keluar dari ruangan.     

Malphus mendengar suara benda jatuh dan dia turun dari tempat tidurnya dan membuka sedikit pintu kamar dan mengintip keluar. Dia melihat ayahnya dan seorang wanita yang bergelayut di tangannya sementara ibunya berada di lantai sedang menangis.     

"Lihat dirimu yang begitu menyedihkan sebelum menunjuk diriku kau sampah. Seorang tanpa pengetahuan harus melakukan apa di depan umum. Menjauh dari kamarku dan jangan mempertanyakannya mengapa! Kau dengar!," ayahnya meneriaki ibunya sambil membawa wanita di tangannya ke kamarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.