Kerajaan Valerian

Gencatan Senjata Dari Selatan - Bagian 1



Gencatan Senjata Dari Selatan - Bagian 1

0"Pembantaian apa yang sedang kau bicarakan?" Raplh bertanya, keningnya hampir bertemu. Dia mengambil kertas dari tangan Malphus, "Ini hanyalah lingkaran-lingkaran dan garis-garis."     

"Ini bukanlah hal yang sederhana dan kau sendiri mengatakan bahwa kau melihat ini di rumah penyihir," Katie menggelengkan kepala, "Pada malam seisi kota dibantai ini lah yang ditemukan. Digambar di seluruh kota. Raja Alexander mengatakan bahwa hal ini yang dilakukan oleh para penyihir sebelum pembantaian terjadi sehingga mereka bisa mendapatkan energi dari mereka yang hidup."     

"Tetapi kota ini adalah kota terdekat dengan istana Raja Norman, bukan begitu?"     

"Jadi, apakah penyihir mencoba untuk membunuhnya beserta dengan yang lain? hal itu tidak masuk akal. Maksudku, bukankah para penyihir bekerja sama dengannya?" Katie bertanya pada mereka.     

Malphus yang sedang tenggelam dalam pikirannya, berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar untuk memeriksa apakah ada bukti orang berada di sekitar mereka.     

"Itu adalah informasi yang kita punya tetapi sekarang terlihat tidak seperti itu. Kau pikir raja tidak melihat tanda itu?" sepupunya bertanya dengan curiga dan Malphus membuka mulutnya,     

"Aku rasa dia tidak begitu bodoh. Setidaknya jika tentang keamanannya," dia mengumumkan kalimat terakhir, "Dalam hal ini tanda ini belum selesai."     

"Apa maksudmu?" Katie bertanya dan Malphus menjawabnya, "Ikut denganku. Aku akan menunjukan padamu."     

Ketiganya berjalan keluar setelah mengunci pintu rumah, mereka menaiki sebuah bukit kecil yang terletak di luar kota. Banyak dari penduduk kota telah pulang ke rumah masing-masih di jam itu. Mereka berjalan di bawah langit yang gelap saat jangkrik mulai bernyanyi di sekitar mereka.     

"Jadi bagaimana tanda normal penyihir?" Raplh bertanya saat mereka sedang berjalan.     

"Aku tidak yakin. Kemungkinannya hal ini digambar dengan ranting kayu," Katie menjawab dengan tidak yakin, "Um, Malphus, bukankah sulit melihat tanda jika kita berdiri jauh dari kota?"     

"Percayalah padaku ini adalah pemandangan paling jelas," hantu itu menjawab sambil berdiri diam di mana seluruh kota dapat terlihat jelas dari mana mereka berdiri, "Lihat."     

Ketika Katie melihat ke arah kota dari atas bukti dia menemukan tidak ada yang aneh. Hanya rumah-rumah dan pepohonan yang normal. Angin malam berhembus membuat beberapa helai rambutnya jatuh ke wajahnya membuatnya sulit untuk melihat. Memegang rambutnya dia mengaitkannya ke belakang telinganya, berkonsentrasi saat memandang ke depan.     

Ketika dia baru saja mau bertanya pada maphus tentang tanda ketika sesuatu menarik perhatiannya. Bukan tentang bangunan tetapi hutannya. Hutan yang mengelilingi kota berbentuk lingkaran dan bangunan-bangunannya berbentuk segitiga, jika disatukan bagunan dan hutan membentuk tanpa tetapi mereka terputus.     

"Mungkin ada kebetulan tetapi sangat sulit untuk tidak mempedulikan ini, tidak seperti kota lain dengan jalur bangunan yang lurus atau berantakan tetapi bangunan-bangunan di kota ini dibangun secara simetris. Tunggu….ada garis yang lain," Malphus menunjuk ke arah kanannya.     

Dia benar ada garis lurus lainnya yang terlihat seperti tanda salib.     

Dia tahu tentang penyihir mempunyai tanda-tanda dengan arti-arti yang berbeda. Dengan apa yang dia lihat kelihatannya tanda ini tidaklah lengkap, kemungkinan tanda ini sudah lengkap tetapi apa artinya?     

"Di mana kita bisa menemukan petunjuk tentang hal ini?" Katie bertanya dengan pandangan khawatir.     

"Aku tidak yakin kau akan menemukan sesuatu di utara tentang hal ini. Tidakkah kau lihat tentang wanita yang dibakar di tengah-tengah kota?"     

"Raplh benar. Semua petunjuk tentang mereka telah dihapuskan dari kerajaan selatan. Jika kau menemukan satu saja kau beruntung tetapi berhati-hati karena kota ini tidak bertoleransi dengan mereka yang menunjukan ketertarikan pada sihir," Malphus berkata saat mereka berjalan menuruni bukti, "Ada sebuah perpustakaan terlarang di belakang gereja."     

"Aku rasa pantas untuk dicoba jika kita menemukan sesuatu di sana. Siapa tahu kita mungkin menemukan petunjuk," Katie berkata saat mereka berjalan kembali ke rumah, "Kita bisa pergi besok," dia memutuskan saat menatap jalan dengan hati-hati saat awan mulai menjadi lebih gelap.     

Raplh harus pergi kerja tetapi Malphus dan dirinya bebas, sehingga mereka bisa menggunakan waktu untuk menemukan sesuatu yang berguna, pikirnya.     

Keesokan paginya, Katie dan Malphus pergi ke gereja. Langit begitu gelap dan tanah basah oleh karena hujan di tengah malam. Memegang gaunnya agar tidak terseret di atas tanah dia berjalan di samping Malphus tanpa seorangpun yang bisa melihatnya. Ketika dia melalui pintu gereja dia agak skeptis jika hantu bisa masuk tetapi ketika Malphus bisa masuk ke dalam gereja dia mulai bertanya-tanya jika manusia salah dalam berpikir tentang bagaimana alam semesta bekerja.     

Dia menyadari bahwa tidak banyak orang di gereja dan dia duduk di salah satu kursi di sudut. Pendeta berjalan keluar dari kotak pengakuan dosa dan dari sisi yang lain seorang pria keluar. Melihat siapa yang keluar dari kota itu, mata Katie terbuka lebar. Dia menjatuhkan sapu tangannya ke tanah dengan sengaja dan membungkuk menunggu pria itu meninggalkan tempat itu.     

Merasa seseorang telah lewat dia akhirnya duduk dengan lurus lagi.     

"Mengapa kau melakukan hal itu?" dia mendengar Malphus bertanya dengan alis yang dinaikan.     

"Pria tadi adalah Norman" dia maju ke depan untuk berbisik walaupun tidak ada orang di sekitar mereka.     

"Pria muda itu? Terakhir kali aku melihatnya Norman adalah pria berumur lima puluhan tahun bukan dua puluhan tahun, kecuali dia meminum obat untuk membalikan umurnya."     

"Bukan yang tua," Katie menjawab tanpa menggerakan bibirnya ketika sepasang pria dan wanita duduk di bangku yang lain, "Dia adalah anaknya, Silas Norman," dan mata Malphus melebar sebelum memutarkan badannya melihat ke pintu di mana Raja Silas baru saja keluar.     

Malphus mengatakan bahwa dia bekerja untuk raja beberapa tahun yang lalu sehingga dia mungkin tidak tahu tentang raja muda dari selatan. Tentu saja dia telah mati beberapa tahun yang lalu sehingga dia tidak mengetahui bahwa anak raja silas telah bertumbuh besar sekarang.     

"Sangat aneh. Aku merasa aku terbangun dari tidurku untuk melihat 30 tahun waktu lewat begitu saja," Malphus berkata dengan wajah bermasalah, "Aku akan kembali ke rumah," dan dengan itu dia pergi. Hal itu membuat Katie bertanya-tanya jika Malphus mendapat masalah.     

Tadi malam setelah mereka kembali ke rumah Malphus telah mencoba untuk masuk ke dalam perpustakaan tetapi tidak bisa. Sepertinya bangunan itu dilindungi dari makhluk lain kecuali untuk manusia.     

Duduk untuk beberapa menit berikutnya dia berpikir tentang arti tanda itu. Tentu saja ada arti untuk setiap garis dengan kutukan seorang penyihir tetapi yang dia dengar adalah pembantaian dilakukan oleh sekelompok penyihir karena mereka butuh energi untuk dihantarkan. Dia menarik nafas dalam sebelum membuangnya lagi.     

Dia masih sangat muda ketika pembantaian itu terjadi. Ketika dia hidup dengan saudaranya pembantaian terjadi lagi. Bukan hanya pembunuhan massal telah terjadi di kerajaan lain tetapi jika bukan karena Malphus yang menunjukan sebuah garis yang lain dia pasti telah menjuluki dirinya sebagai pembawa kutukan. Tetapi berpikir lebih dalam dia menyadari Malphus juga ikut terlibat ketika seluruh penduduk desa dibunuh oleh penyihir. Dia telah mati dan Raplh hidup, termasuk dirinya. Dia dan sepupunya sungguh beruntung.     

Dia telah mendapatkan izin untuk pergi mengunjungi perpustakaan karena tempat itu terlarang. Kelihatannya dengan apa yang dipelajarinya bahwa perpustakaan itu hanya bisa diakses oleh raja dan beberapa perdana Menteri yang bekerja di selatan dan ini hanyalah satu-satunya perpustakaan di seluruh kota. Apakah gunanya jika rakyat biasa tidak bisa menggunakannya? Buat dirinya, hal itu kelihatan bahwa orang-orang penting di komunitas tidak mengijinkan untuk kelas bawah bertumbuh.     

Dia berjalan ke arah pendeta gereja dan mulai mengobrol dengan nya dengan mengatakan betapa indah gereja itu dibandingkan dengan yang berada di valeria. Menjadi orang tua dengan nial tradisional yang tinggi membuatnya bicara mengapa gereja-gereja seharusnya tidak boleh dibangun di tanah para vampire. Pria itu merasa hal itu sangatlah tidak suci. Tanpa mengatakan apapun tetapi mendengarkan perkataan pria itu membuat pipinya menjadi sakit karena harus tersenyum selama obrolan berlangsung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.