Kerajaan Valerian

Keputusan Dewan - Bagian 1



Keputusan Dewan - Bagian 1

0Beberapa jam kemudian Katie bangun dengan sedikit pusing, dia menggosok matanya dengan punggung tangan dan menyadari bahwa dia telah tertidur di ruangan Raja Alexander. Dia telah kehilangan kesadaran setelah Raja menghisap darahnya.     

Ketika taringnya masuk ke dalam kulitnya terasa sakit. Dia menyentuh daerah di mana Raja menggigitnya dan merasa kulitnya licin tanpa luka tetapi rasa sakit masih terasa jika dia menekan kulitnya.     

Adalah sebuah momen yang intim ketika dia melakukannya, menahan tubuhnya dekat dengan dirinya ketika dia menghisap darah dari lehernya.     

Dia masih bisa merasakan keinginan untuk disentuh oleh Alexander.     

Dia menunduk dan menemukan gaun depannya terbuka. Beberapa kancingnya hilang dan ada satu yang bergelantungan dengan seutas benang.     

Raja Alexander tidak berada di atas tempat tidur maupun di kamar. Melihat tirai tertiup angin oleh karena pintu balkon terbuka, Katie dengan cepat turun dari tempat tidur. Dia berjalan ke arah pintu yang terbuka dan menemukan Raja Alexander duduk dengan malasnya dengan sebuah rokok di tangannya, kakinya lurus dengan punggungnya bersandar di kursi ruang tunggu. Dia melihat Alexander menghisap rokoknya sebelum membuang asap rokok ke udara malam itu.     

Dia tidak pernah menyukai rokok maupun asap rokok. Walaupun rokok tidak membuat vampire sakit bukan berarti kesehatan manusia tidak akan terpengaruh. Dia tidak menyukai baunya dan hal itu membuatnya mengernyit ketika melihat seseorang dengan rokok.     

Tetapi hal ini berbeda dengan Raja Alexander saat dia memegang batangan rokok dengan jari-jarinya. Bahkan asap tipis yang keluar dari mulutnya terlihat begitu menggoda.     

Katie menghampiri Alexander, membuat Alexander mengubah pandangannya dari hutan ke arahnya.     

"Dengan jumlah darah yang aku hisap, aku ragu kau bisa terbanugn sebelum subuh," dia menatap Katie sambil mematikan sisa puntung rokok di tangannya di tempat rokok, "Bagaimana perasaanmu?"     

Mengulurkan tangannya, Katie menyambutnya dan duduk di pangkuannya, "Sedikit pusing," Katie menjawab sambil menjalin kedua jari mereka. Ketika Alexander menyentuh jari tangan Katie, dia melihat bibirnya terbuka dan napasnya berubah menjadi lebih cepat. Dengan pengalamannya Raja tahu bagaimana caranya membuat seorang wanita terangsang. Jari-jari tangan yang disentuh dengan benar bisa membuat sensai yang sama dengan ciuman di bibir.     

"Kau harus beristirahat. Ayo kembali ke tempat tidur," Katie menggelengkan kepalanya mendengar kata-kata Alexander. Melihat ini dia menjadi bingung, "Ada masalah?"     

"Hanya… hanya saja sedikit kesepian."     

"Kesepian?"     

"Di tempat tidur," dia menjawab dan menambahkan, "Maksudku itu tempat tidurmu. Aku seharusnya tidur di kamarku," dia menatap jemari mereka yang terjalin menyadari betapa kecilnya tangannya dibandingkan dengan Alexander.     

Merasa Alexander menarik tangannya dia menatap ke arah Alexander yang memberikannya senyuman membuat jantungnya berdebar dengan kuat.     

"Sayangku," Alexander berbisik sambil menariknya untuk mendekat dan mencondongkan badannya agar kedua hidung mereka bertemu. Ketika dia menutup matanya dia mendengar Alexander melanjutkan perkataannya, "Apa yang akan aku lakukan tanpa dirimu," Menikmati kedekatan mereka dengan begitu tenang pada malam itu membuat Katie mendesah dengan gembira.     

"Jika kau ingin teman di atas tempat tidur, kau hanya perlu meminta," Alexander berkata, suaranya terdengar lucu tetapi disertai dengan senyuman licik, "Tetapi aku rasa kau tidak merasa mengantuk sekarang," Dia berkata sambil menyentuh leher di mana ada dua titik berwarna merah di atas kulitnya.     

"Kau tidak tidur lama," Katie berkata sambil menatap matanya, "Apakah hal ini telah menjadi sifat seorang vampire?", dia bertanya dengan nada ingin tahu.     

"Hmm, aku rasa tidak…aku rasa itu hanyalah kebiasaan yang terjadi beberapa tahun belakangan. Tidak ada waktu, siang atau malam ketika kau hidup sebagai makhluk malam. Semuanya terlihat sama dan duniawi."     

"Benarkah? Aku berpikir bahwa hal itu menarik," dia berkata sambil mengerutkan keningnya.     

"Bagaimana bisa?" Alexander balik bertanya.     

"Vampir hidup lebih lama daripada manusia, memberikan mereka keuntungan atas waktu. Ada begitu banyak hal yang bisa di lakukan, kau bisa melihat kehidupan baru yang datang…" Dia terhenti saat menyadari bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang telah dia hindari selama ini.     

Tetapi Raja Alexander melanjutkan, "Dan aku melihat kematian. Adalah waktu di mana hal itu tidak bisa dihindari. Ketika kau hidup untuk melihat hidup seseorang berakhir sampai hidupmu berakhir juga," dia berkata tanpa perduli dan mengambil tangan Katie dan meletakkannya di atas pahanya, sambil menyentuh pergelangan tangannya.     

Apa yang dikatakannya adalah benar. Itu adalah kelemahan bagi seorang vampire, untuk melihat manusia yang kau sayangi melalui hidup yang kau hidupi. Kehidupan seorang manusia sangatlah rapuh Sementara vampire hidup lebih lama dan menua lebih pelan. Seolah-olah makhluk malam adalah abadi, terutama vampire berdarah murni.     

Vampire berdarah campuran adalah mereka yang diubah oleh vampire yang lain. Lama kehidupan seorang vampire berdarah campuran tergantung pada siapa yang mengubah mereka. Kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari baik manusia maupun vampire.     

Aku adalah manusia, pikir Katie. Dia melihat ke arah pahanya dan segala kemungkinan yang telah dia pikirkan sebelumnya, termasuk hal yang dikatakan oleh sepupunya padanya.     

Katie adalah manusia, dengan sebuah kehidupan yang rapuh di dunia ini. Bahkan jika mereka berdua bersama, terlalu banyak ketidakmungkinan. Pria di sampingnya adalah seorang Raja untuk sebuah kerajaan. Terikat satu dengan yang lain berarti hidup dan mati di waktu yang bersamaan.     

"Aku seharusnya pergi berjalan-jalan," dia mendengar Alexander bergumam sebelum dia menarik lengan Katie ke bibirnya.     

Melihat caranya mengontrol napas dan rahangnya yang mengeras, Katie merasa bahwa Alexander merasa kesakitan. Dia ingin menawarkan darahnya jika hal itu dapat memberikan kelegaan padanya. Untuk beberapa saat, genggaman di tangannya terasa kencang sebelum dilepaskan kembali.     

"Apa kau pernah dengar cerita tentang seekor bebek yang menelurkan telur-telur emas?" Alexander bertanya padanya.     

"Aku sudah mendengarnya."     

Itu adalah sebuah cerita tua, sebuah cerita yang sering diceritakan pada anak-anak.     

"Bisakah kau menceritakannya kembali untukku? Dengan kata-katamu sendiri tentu saja, hal yang membuatmu nyaman," Mengangguk Katie memulai ceritanya.     

"Suatu waktu ada sepasang suami istri yang mempunyai sebuah peternakan di ujung kerajaan utara. Mereka tidak mempunyai anak tetapi mempunyai begitu banyak ayam dan induk ayam, angsa dan sapi-sapi. Di antara mereka ada angsa yang menelurkan sebuah telur emas sebelum matahari terbit. Suatu hari pasangan itu menjadi sangat rakus dan membunuh angsa tersebut," dia menutup ceritanya.     

Berpikir jika itu adalah cerita yang diinginkan Alexander dia akhirnya bertanya,     

"Apakah ini cerita yang kau minta?"     

"Benar cerita itu. Telah begitu lama sejak aku merasakan darah seseorang begitu memuaskan. Untuk di minum sampai tetesan darah terakhir," Alexander berkata sambil mendesah.     

Katie tidak tahu bagaimana dia harus bereaksi saat dia menyamakan dirinya dengan angsa dalam cerita tersebut.     

Melihat ke arahnya, Alexander tertawa, "Jangan khawatir aku tidak akan membunuhmu. Aku tidaklah berpikiran pendek seperti pasangan itu. Aku akan menjagamu."     

Waktu seperti inilah Katie mendapatkan bahwa Raja Alexander benar-benar berbahaya. Seolah-olah dia sedang berjalan di atas es yang tipis.     

Saat angin malam berhembus, Katie gemetar, angin yang bertiup membuatnya merinding. Raja Alexander membawanya kembali ke dalam ruangan, menutup pintu balkon sehingga angin tidak masuk ke dalam ruangan.     

Leading her to the bath, Lord Alexander turned the faucet, letting hot water fill the large bath. Was the Lord planning to take a bath now? At this odd hour? But then she remembered his words. Time didn't matter in the world he lived in.     

Ingin memberikannya waktu pribadi, Katie berbalik untuk keluar tetapi dia mendengar suara Alexander.     

"Ke mana kau akan pergi?" mata Alexander yang menghantui menangkap matanya, "Kita akan mandi bersama," Adalah kata-katanya saat Alexander melangkah ke arahnya.     

"Aku rasa aku baik-baik saja," Dia berkata dengan gugup sambil melangkah mundur sebelum Alexander meraih tangannya.     

"Tentu saja, kau akan baik-baik saja," Alexander bergumam, jarinya telah bekerja untuk membuka kancing gaunnya, "Aku membutuhkanmu," Dan itu adalah hal yang dibutuhkannya untuk membawanya ke bak mandi dengan Alexander.     

Sekarang dia berdiri di tengah bak kamar mandi yang berisi air hangat, punggungnya menghadap Alexander sementara uap panas naik di sekitarnya. Alexander telah melihat tubuhnya tetapi mereka tidak pernah mandi bersama. Hal yang memalukan baginya dan bahunya menjadi tegang dengan matanya terbuka lebar seperti seekor burung hantu yang menatap ke arah uap.     

Kamar mandi Raja Alexander begitu menarik, dengan lilin-lilin yang menyala di setiap sudut ruangan memberikan cahaya keemasan di seluruh ruangan. Tinggi air tidak sampai di lehernya melainkan hanya sampai di atas pinggangnya untuk menutupinya dari pandangan Raja Valeria. Ketika Raja Alexander melepaskan pakaiannya dia telah membagi rambutnya di kedua sisi bahunya untuk menutupi dadanya sebelum masuk ke dalam bak mandi.     

"Apa yang kau lakukan berdiri begitu jauh?" Dia mendengar tawa Raja Alexander tepat di belakangnya. Merasakan tangannya berada di kedua bahunya , dia merasa darah langsung naik ke atas kepalanya, "Tenang sayangku. Aku tidak ingin kau pingsan dalam bak kamar mandi. Tarik napas dalam," Alexander berbisik di telinganya.     

"Kau meminta hal yang mustahil, Tuanku Raja," dia menjawab di bawah napasnya tetapi Alexander mendengarnya dan hal itu membuatnya tertawa.     

"Aku tidak menyangka bahwa bernapas adalah hal yang sulit," Alexander berkata," biarkan aku meniupkan sedikit napas kehidupan padamu," Dia membalikkan tubuh Katie dan tangannya bergerak dari bahu turun ke kedua tangannya sebelum berhenti di pinggannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.