Kerajaan Valerian

Keputusan Dewan - Bagian 2



Keputusan Dewan - Bagian 2

0Dia gemetar ketika tangan Alexander bergerak dari pinggangnya ke perutnya dan dengan perlahan tangannya bergerak lurus ke atas, jantungnya mulai berdetak kencang sebelum sampai ke lehernya.     

Saat melakukannya Alexander tetap memandang wajahnya untuk melihat ekspresi di wajahnya.     

Katie mengangkat wajahnya dan berdiri dengan ujung jari kaki dan Alexander menunduk untuk menciumnya di bibirnya. Alexander menangkap bibir bawahnya di antara giginya dan menariknya. Menarik dan menggigit dengan bercanda. Kedua tangannya menahan wajahnya saat dia memasukan lidahnya ke dalam mulut Katie.     

Katie mengerang dan mendesah saat berciuman sambil meletakan tangannya di kedua bahu Alexander. Alexander mencium sisi rahangnya kemudian lehernya, menggigit kulit dan menenangkannya dengan lidahnya. Sensasi bercampur aduk di dalam pikirannya.     

Alexander membawanya ke salah satu ujung bak mandi dan katei meletakan kedua tangan di atas lantai yang dingin. Nafasnya menjadi lebih cepat ketika Alexander mengibaskan rambutnya ke satu sisi dan dia dapat merasakan dadanya yang bidang berada dengan punggung nya.     

"Bukankah kita seharusnya mandi?" Dia bertanya tanpa bisa bernafas.     

"Hmm...bukankah kita sedang mandi," Alexander menyapukan hidungnya ke seluruh lehernya kemudian menekan bibirnya di tengkuk Katie, "Aku memandikanmu dengan cinta dan kasih sayang," Dia berbisik membuat mata Katie terbuka lebar saat mendengar perkataannya.     

Tetapi raja tidak memberikannya kesempatan untuk mencerna apa yang dikatakannya dan secara kasar menggigit lehernya membuat Katie berteriak karena kesenangan.     

"Sakit, R-raja Alexander," Alexander melepaskan gigitannya dan menciumnya dengan pelan sebagai gantinya gigitan.     

Katie melenguh ketika kejantanan Alexander memasuki kewanitaannya dari belakang tanpa peringatan apapun. Dia harus mencondongkan badannya agar bisa menyangga dirinya. Tidak seperti pertama kali di mana Alexander melakukannya dengan pelan, kali ini pergerakannya kuat saat kejantanannya masuk lebih dalam ke dalam dirinya.     

Dia melenguh saat mereka merasakan kepuasan.     

Alexander memenuhi tubuh dan pikirannya, setiap kata yang muncul dari mulutnya semuanya adalah nama Alexander.     

Alexander menggendong Katherine keluar dari kamar mandi setelah menolongnya mengeringkan diri saat dia masih linglung setelah apa yang mereka lakukan di kamar mandi. Dia meletakkannya di atas tempat tidur dan berbaring di sisinya.     

Melihatnya mulai tertidur Katie mencoba untuk membuka matanya dan Alexander mencium dahinya. Menariknya lebih dekat, dia jatuh tertidur di samping Alexander.     

Hari-hari berlalu dan Katie duduk dengan wajah muram sambil mendengarkan sesuatu yang dibicarakan sepupunya.. Besok pagi dia akan pergi ke daerah selatan dan hanya beberapa jam yang lalu ketika informasi itu masuk ke dalam kepala Katie. Memikirkan hal itu hanya membuatnya sedih.     

Betapa dia menginginkan Ralph untuk tinggal di tempat itu tetapi ada hal yang dilakukan sepupunya sehingga dia mencoba untuk mengerti apa yang terbaik baginya.     

"Ouch!" dia berteriak kesakitan ketika dia merasakan jentikan di dahinya.     

"Mengapa kau terlihat begitu depresi? Aku tidak akan pergi perang," Ralph     

Menyemangatinya, "Aku akan sering mengunjungimu dan keluarga kita, dan kau bisa melakukannya juga," dia tersenyum dan dibalas dengan desahan sedih tetapi Katie tersenyum.     

"Tentu saja, aku tahu. Kau tidak perlu mengatakannya," Katie membalas sambil menggosok dahinya.     

"Jadi kau akan tinggal?"     

"Aku akan tinggal," Dia tersenyum sambil menatap horizon yang terbentuk karena pepohonan dan langit, "aku berencana tinggal di sini karena aku tidak tahu ke mana aku harus pergi dan tinggal untuk mencari keberadaanmu. Sekarang semuanya telah selesai, aku bisa menemukan pekerjaan di Valeria dan menggunakan pendidikanku untuk pekerjaan yang baik."     

"Aku senang mendengarnya. Aku tidak akan tahu apa yang harus kulakukan jika kau mengatakan bahwa kau akan melanjutkan pekerjaan sebagai pelayan. Walaupun sangat menarik untuk melayani dan membersihkan istana, kau tidak dapat menyangkal hal ini menjadi membosankan," dia meringis dan Katie juga ikut meringis. Sepupunya tidak pernah senang dengan membersihkan.     

Katie kemudian melihat dia menarik sesuatu dari sakunya itu adalah sebuah kertas yang dilipat dengan rapi.     

"Ini adalah alamat di mana aku akan tinggal. Ada juga alamat kenalanku jika kau tidak menemukanku di sini," Ralph memberikan kertas itu padanya.     

Di kejauhan, Katie melihat kereta sedang menuju ke arah istana.     

"Raja Alexander dan Elliot di sini," Dia berkata saat kereta mendekat     

Ketika Katie dan Ralph berjalan menuruni tangga, mereka melihat Malphus sedang berjalan dengan Langkah cepat ke arah kepala pelayan dan membisikan sesuatu padanya.     

Beberapa detik kemudian Elliot masuk ke dalam dengan kemejanya yang penuh dengan titik-titik dan garis merah. Tidak seperti dirinya yang Selalu gembira, kali ini wajahnya suram.     

Di Belakangnya adalah Raja Alexander dan kali ini tidak butuh Pengertian darinya untuk mengerti bahwa itu adalah darah yang terpancar kepada Elliot.     

Katie melangkah maju tetapi Ralph menghentikannya. Ketika dia melihat ke arah Ralph, dia menggelengkan kepalanya.     

Apa yang terjadi? Darah siapakah itu? Khawatir dia menggigit bibirnya saat melihat Raja berjalan ke kamarnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Elliot melakukan hal yang sama, kepala pelayan mengikuti di belakangnya.     

"Malphus," dia memanggil hantu itu dan berjalan ke arahnya, "Apa yang terjadi?" dia bertanya dengan bingung.     

Malphus merapatkan bibirnya kemudian membuka mulutnya untuk bicara,     

"Aku juga tidak yakin. Semuanya baik-baik saja ketika kami mengunjungi desa di bagian utara ketika manusia mulai menyerang kami entah datang dari mana," Dia mendesah, matanya terlihat tidak fokus.     

"Diserang manusia? Tetapi kenapa? Aku pikir itu adalah desa yang tenang di bawah kepemimpinan Raja Alexander?" Dia menjadi lebih bingung.     

"Bagaimana bisa kau tidak terluka sementara kedua orang itu tertutup dengan darah?" Ralph mempertanyakan pria di depan mereka.     

"Raja Alexander lebih menyukai aku menemaninya dalam bentuk hantu hampir setiap waktu aku pergi dengannya. Bersama kami ada Ebeneezer Tanner dan manusia mencoba untuk menyerangnya. Melindungi pria tua itu menyebabkan pertumpahan darah di tangan Raja dan Tuan Elliot. Raja mengatakan bahwa mereka menunjukan tanda-tanda disfungsional yaitu menjadi setengah vampir tetapi ketika kami memeriksa lagi kelihatannya sisi manusia mereka masih utuh," Malphus menjelaskan tetapi dirinya juga masih bingung.     

"Jadi mereka mengagetkan Tuan Tanner?" Dia bertanya lagi.     

"Kelihatannya demikian tetapi bukan hal itu yang kita harus khawatirkan sekarang," Malphus berkata sambil memandang ke arah ruangan Raja, "Kami mendengar bahwa para anggota dewan sedang dalam perjalan ke tempat ini dan itu pastilah ada hubunganya dengan keselamatan manusia dan vampire."     

"Kedengarannya tidak baik," dia merasa tidak nyaman dengan perkataan Malphus.     

Seperti yang diharapkan malam itu, tiga anggota dewan mengunjungi istana di mana Raja Alexander tinggal.     

Raja Alexander sekarang sedang duduk di ruangan belajarnya dan berhadapan dengan anggota dewan. Sejarah telah berulang, pikir Raja sambil menatap pria di ruangannya.     

Menjadi setengah vampire, Lionel, tangan kanan dari dewan tidak banyak berubah. Ada juga Mathias yang datang beserta dengan dua anggota dewan lainnya.     

"Kami minta maaf atas kedatangan tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya," Lionel meminta maaf.     

"Tidak perlu begitu formal. Aku yakin ini adalah hal yang penting yang harus disampaikan," Raja Valeria tersenyum pada mereka.     

"Aku senang kau mengerti, Raja Alexander," Pria yang lain berkata dan Raja tetap tersenyum.     

"Jadi apa yang bisa aku bantu?" Alexander bertanya pada mereka.     

"Ini dari Reuben," Lionel menyerahkan sebuah surat kepada Raja, "Semua isi dan detailnya ada di dalam surat ini. Ini tidaklah permanen, ini adalah hal yang diputuskan oleh dewan selama satu bulan untuk melihat apakah ada perubahan."     

Membaca isinya, ekspresi wajah Raja Alexander tidak berubah.     

"Aku berharap kau menyetujui akan hal ini."     

"Tentu saja," dia menjawab, dan setelah bertukar kata Raja berdiri dari tempat duduknya dan tamu-tamunya melakukan hal yang sama.     

Setelah bersalaman, para pria itu pergi. Setelah mereka pergi, Raja Alexander memanggil Katie.     

Katie sedang berjalan bolak balik di kamarnya, dia terkejut ketika kepala pelayan datang untuk menjemputnya, mengatakan bahwa Raja telah memintanya untuk menemuinya.     

"Silahkan masuk, Katie," dia berkata saat merasakan wanita itu berada di balik pintu, "Bagaimana harimu?"     

"Tidak buruk," Katie menjawab, "Aku dengar anggota dewan datang ke sini."     

"Ya. Aku ingin bicara padamu tentang hal yang sama," Dia berdiri dekat dengan jendela, "Kelihatannya pembagian antara manusia dan vampire telah dibuat sebagai percobaan, selama satu bulan. Instruksinya adalah semua manusia yang berada di kelas menengah dan kelas atas harus tinggal di tanah manusia sekarang."     

"Aku percaya bahwa seseorang telah meniupkan kabar tentang kejadian hari ini dan memberitahukan dewan tentang hal ini. Sekarang pertimbangan tidak akan bekerja karena aku telah membunuh begitu banyak orang," Alexander menjelaskan.     

"Tetapi itu karena kau membela diri," Perkataan Katie membuatnya tersenyum, "Bagi dewan kematian adalah kematian, tidak peduli apa penyebabnya," dia mendesah.     

Katie tidak ingin mendengar apa yang selanjutnya akan didengarnya karena dia telah tahu alasan mengapa dia dipanggil ke ruangan belajar Alexander.     

"Sayang sekali sebagai Raja, aku harus mengikuti keputusan dewan untuk sekarang," Dan dia berkata, "Katie, kau harus meninggalkan istana dengan Ralph besok."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.