Kerajaan Valerian

Kegelisahan - Bagian 1



Kegelisahan - Bagian 1

0Ketika Alexander memasuki ruangan bawah tanah, dia dapat mendengar dengan jelas teriakan seorang wanita diikuti dengan suara lecutan cambuk.     

Berjalan melewati penjara yang gelap dia melihat ke salah satu ruangan dimana darah terpancar seperti cat di dinding yang kelam. Dua mayat terkulai di lantai. Mereka adalah pria yang sama yang telah mengancam dan menyerang Katie ketika dia berada di kota.     

Dengan mengetahui ikatan yang dimiliki pekerja di kandang, sangatlah mudah untuk menemukan mereka yang melakukan pekerjaan aneh dan illegal di kerajaannya. Caviar telah bertumbuh di sisi gelap kota itu. Dia telah dipekerjakan Alexander setelah dia melihat pria muda itu berkelahi dengan pria yang lebih tua darinya.     

Kedua pria itu telah dibawa kepadanya sore itu dan butuh beberapa waktu baginya untuk mendapatkan kebenaran dari mereka. Alexander menaikan alisnya dengan heran ketika dia menyadari siapa orang di balik semua hal itu, terutama orang itu adalah pelayannya sendiri.     

Setelah mendapatkan informasi yang diinginkan, maka dia membunuh mereka dengan tanpa ampun seperti pembunuh dengan kedua tangannya sendiri.     

Dia berjalan lebih jauh dan berhenti di ruang tahanan di mana pelayan yang menjadi pelaku diikat dengan rantai di atas lantai, kehilangan kesadaran. Penjaga yang berjaga di luar membawa seember air panas sebelum memercikannya kepada pelayan itu, yang terbangun karena kaget dan kesakitan.     

Mata wanita itu terbuka lebar saat dia menyadari siapa yang berada di depannya selain penjaga. Ketika Chyntia meninggalkan Katherine di distrik merah dia telah merencanakan untuk kembali ke istana tanpa diketahui siapapun sebelum melanjutkan pekerjaannya.     

Tetapi dia dihentikan dan dipaksa naik ke atas kereta sebelum dilemparkan ke penjara bawah tanah. Saat dalam perjalanan ke penjara dia melihat dua orang pria yang dia kenal. Dia telah berhati-hati, bagaimana bisa dia tertangkap?     

Dan sekarang berdiri di depannya Raja Valeria dengan expresi damai.     

Mengetahui bahwa dia telah merencanakan semuanya, dia masih dapat keluar dari masalah itu. Bahkan jika pria yang melaporkannya sudah mati. Lagipula dia telah merencanakan tidak ada saksi mata yang membuktikan dia telah melakukan sesuatu. Dengan mulai bertindak, dia bertanya     

"M-mengapa aku di sini?" dengan nada bingung.     

"Aku juga menanyakan hal yang sama pada diriku," Alexander menjawab sambil memberi tanda untuk penjaga meninggalkan mereka berdua, "Jika kau dapat menghiburku maka hal itu akan menjadi hebat."     

"A-aku tidak mengerti apa yang kau b-bicarakan Raja Alexander. Aku pikir kau salah mengira tentang diriku dengan orang lain," Cynthia menjawab dengan hati-hati.     

"Bukankah kau artis kecil yang sangat cantik. Biasanya aku sering bersabar tetapi seperti yang kau lihat hari ini kesabaranku habis," dia berkata sambil terkekeh dan kemudian berkata, "Lalu mengapa kau tidak mulai bicara."     

Wanita itu menatapnya, mulutnya ditutup rapat. Melihat bahwa dia menolak untuk bicara dia mengambil beberapa langkah mendekatinya. Selalu ada cara untuk membuat orang bicara.     

Cynthia mencoba untuk menjauh tetapi tubuhnya tidak bisa digerakkan seolah-olah dia membeku. Dia merasa Alexander mengambil tanganya yang tergeletak di tanah. Hal itu membuatnya senang. Raja akhirnya melihatnya.     

Kemudian dia mendengar Raja bicara, "Akhir-akhir ini aku sedang berpikir cara untuk menginterogasi seseorang di penjaraku. Sayang sekali kita sedang tidak mendapat kunjungan," jari Raja menelusuri jarinya.     

Mengambil satu jari tangan Raja menyentuh kukunya, dan dengan perlahan mendorongnya sebelum mematahkannya dalam satu gerakan.     

"Ahhhhh!!!" wanita itu berteriak, ruangan penjara yang kosong memantulkan teriakan kesakitannya.     

Darah mengalir dari jarinya yang tidak mempunyai kuku lagi. Cynthia menangis dengan keras saat dia merasa Raja mencabut dua kukunya yang lain dari jari-jarinya.     

"Siap untuk bicara?" Alexander memiringkan kepalanya. Berdiri dia berjalan menyusuri ruangan tahanan itu dan berbalik untuk menatap wanita itu.     

"Aku tidak melakukan satupun hal sehingga pantas mendapatkan hal ini, Raja Alexander!" wanita itu menangis. "Mengapa aku diperlakukan seperti ini?"     

Alexander mendesah, yang satu ini kelihatan sangat keras kepala untuk membuat pengakuan, "Biarkan aku mengingatkanmu. Mengapa kau membawa Nona Welcher ke distrik merah?"     

Walaupun kesakitan Cynthia dapat merasakan kemarahan dan kebencian muncul ketika Raja membicarakan tentang wanita itu..     

Tidak membiarkan emosinya emosinya terpancar di wajahnya dia mencoba untuk tetap berakting.     

"D-dia yang memintaku untuk membawanya ke sana. Dia ingin mendapatkan pengalaman dengan pria lain dan aku membawanya sesuai dengan permintaannya Tuanku Raja," dia menjawab dengan airmata di wajahnya, "Aku tidak mengerti mengapa aku dihukum padahal dia yang memintanya," dan ketika bisa bergerak dia menaruh tangannya di dadanya.     

"Apakah dia juga meminta untuk diperkosa juga?" Raja bertanya lagi.     

Pelayan itu memandang Raja, dia senang mendengarnya. Katie yang malang, pikirannya, sekarang dia sudah kotor.     

"Aku bertanya jika Katie ingin ikut denganku mengambil barang dari temanku tetapi dia mengatakan bahwa dia akan menungguku di sana," wanita itu menjawab dan bertanya, "Apakah dia baik-baik saja?" seolah-olah peduli.     

Menghiraukan perkataan wanita itu, Alexander berkata, "Seekor burung mengatakan padaku bahwa kau tidak akan bertemu dengan kenalanmu dan kau meninggalkannya sendirian. Kau juga mendorongnya dari tangga," ujar Raja.     

Wajah wanita menjadi pucat, "Apa yang sedang kau bicarakan?"     

"Mengapa kau mendorongnya dari tangga?" Raja bertanya lagi sambil menatap matanya.     

"Itu tuduhan tidak berdasar! Seseorang mencoba untuk menuduhku untuk hal yang tidak aku lakukan," dia berkata dengan putus asa, "Apa yang akan aku dapatkan dengan melakukan hal itu padanya?"     

Malphus berdiri di luar penjara, punggungnya disandarkan di dinding saat dia mendengar pembicaraan Raja dan wanita itu. Dia sedang keluar di pagi hari dan ketika dia kembali Katie sedang berada di kota.     

Ketika dia mencoba untuk mencari Katie, dia menemukannya bersama dengan wanita yang dicurigainya. Dia adalah wanita yang sama yang berada di loteng. Dan ketika dia mencoba bicara dengan Katie, dia menyadari bahwa dia tidak bisa melihatnya atu mendengarnya. Seolah-olah dia tidak ada.     

Melihat Raja Alexander, dia mencoba untuk mendapatkan perhatian dan hal itu berhasil. hal itu membuatnya bertanya mengapa dia tidak bisa mendapatkan perhatian Katie saat berada di kota.     

Melihat sekilas kejadian di depannya, dia menyadari untuk tidak berada di sisi buruk Raja. Bukan karena dia menginginkannya. Dalam jangka waktu tiga jam Raja telah membunuh tiga orang dan akan bertambah menjadi empat. Pria ini dimaksudkan untuk ditakuti, dan Sekarang dia benar-benar telah berubah menjadi setan.     

Melihat ke tangannya dia mengerutkan keningnya. Dia mengingat waktu ketika dia masih hidup dan betapa sakitnya ketika dia memotong kuku lebih daripada yang dibutuhkan.     

Pemikirannya tentang jari kukunya dicabut satu per satu seperti kelopak bunga membuatnya meringis.     

"Mengancamnya dengan surat-surat dan menyakitinya secara fisik sehingga dia meninggalkan istana. Kau pastinya mempunyai keberanian untuk melakukan hal ini didepanku. Apakah kau pikir kau akan berhasil membuatnya keluar dari istana selama aku berada di sini," itu bukanlah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan.     

"Mengapa dia?" wanita itu berbisik dengan kesakitan, sakit bukan karena kukunya yang dicabut. Raja Alexander tidak pernah memberikan perhatian lebih kepada siapapun kecuali Katie.     

Alexander menatap pelayannya yang menundukan kepala sambil memegang roknya, gemetar.     

"Aku tidak berbeda dengannya. Aku adalah seorang gadis yang murni dan aku memberikan diriku ketika kau memintanya tanpa perlu bertanya," dia menangis, matanya dipenuhi dengan air mata, "darahku, tubuhku dan hatiku. Jadi, mengapa dia begitu berbeda denganku?! Aku telah mencintaimu selama ini!" dia mengakui perasaannya.     

"Tolong pilih aku," dia memohon, "aku akan menjadi wanita yang kau inginkan. Aku akan –"     

"Sangat bodoh," Alexander berkata dengan nada bosan, "Kau lupa dengan tempatmu, seorang pelayan seharusnya tidak bertanya kepada Rajanya dan tidak mengaharapkan lebih. Apakah kau sudah lupa aturan di tempat ini? Berpikir bahwa aku akan memberikan diriku untukmu?"     

"Mengapa dia? Dia tidak lagi perawan tetapi seorang wanita yang telah dirusak!"     

Dalam sekejap tangan Alexander meremas leher wanita itu membuatnya terengah-engah untuk menarik nafas.     

"Jika begitu kau tidak akan bertahan selama ini," dia terkekeh, jarinya menggenggam dengan lebih kuat, "Aku seharusnya telah membunuhmu lebih awal," wanita itu mulai kehilangan udara yang dibutuhkannya.     

Tangan wanita itu mendorong tangan Alexander mencoba untuk bebas tetapi waktu berlalu dan dia menjadi lebih lemah. Melihat wanita itu tidak bergerak lagi saat dia melemparkan tubuhnya ke atas tanah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.