Kerajaan Valerian

Pemalas - Bagian 2



Pemalas - Bagian 2

Katie sekarang berdiri diam di ruangan Elliot saat pria itu berdiri di depannya sibuk dengan pemikirannya sendiri dan kerutan menghiasi wajahnya. Dia mengatakan bahwa dia mempunyai hadiah untuknya seperti Sylvia tetapi pria itu tidak mengatakan satu katapun setelah mereka memasuki ruangannya.     

Ingin tahu dia akhirnya bertanya,     

"Um Elliot?"     

"Aku ingin kau melupakan perasaanmu kepada Alexander," dia berkata dengan serius. Elliot yang biasanya sangat riang sekarang terlihat sangat serius.     

Katie tidak tahu bagaimana harus bereaksi dengan permintaannya. Dia sangat bingung.     

"Tetapi kenapa?" dia bertanya dengan pelan.     

"Jangan salah sangka tetapi aku pikir kalian berdua tidak cocok," adalah kata-kata yang keluar dari mulutnya dan Katie menurunkan pandangannya ke lantai.     

Katie tidak berharap Elliot akan menunjukan kenyataan secara terus-terang.     

Dia tahu bahwa mereka berdua berasal dari dua dunia yang berbeda. Itu adalah pemikiran yang dia dorong jauh-jauh. Dia ingin bersama dengan Alexander.     

Dia kemudian merasakan sebuah tangan di kepalanya.     

"Itulah mengapa," dia mendengar Elliot bicara kepadanya dan dia mengangkat wajahnya dan melihat pria itu tersenyum lembut kepadanya, "Alexander bukanlah orang yang mudah. Dia sangat cepat merasa bosan dan sebelum kau mengetahuinya orang lain akan menggantikan. Dan walaupun hal itu bisa diatasi, dia seorang vampire dan kau seorang manusia. Waktu akan berlalu dan kau akan menjadi tua dan semuanya akan menjadi sulit. Mengetahui hal ini apa kau yakin kau ingin melanjutkan semuanya ini?" dia bertanya.     

"Kalau begitu aku akan tinggal selama yang diijinkannya," Katie menjawab membuatnya tersenyum.     

"Aku hanya tidak ingin kau terluka, oke?" Elliot bicara dengan nada khawatir dan berkomat-kamit di bawah nafasnya, "Aku pikir kau pantas mendapatkan pria yang lebih baik darinya."     

Dia tahu bahwa Raja menyayanginya tetapi cinta adalah sesuatu yang tidak diyakininya. Tapi mungkin Alexander akan berubah kali ini. Lagi pula Katherine tidaklah seperti wanita lainnya.     

Membuka salah satu pintu lemari dia mengeluarkan sebuah hadiah yang dibungkus, "bukankah aku mengatakan bahwa aku mempunyai hadiah untukmu," dia menyeringai dan sifat riangnya telah kembali.     

Penasaran dia mengambilnya dari tangan Elliot dan pria itu memintanya untuk membukanya.     

Melepaskan bungkusan dia menemukan sebuah botol gelas yang diisi dengan air. Melihat lebih dekat dia menyadari ada putri-putri duyung kecil beserta istana dan kerang-kerang. Isinya sangatlah mendetail dan sesuatu yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.     

Dia merasa matanya berair ketika dia memegang botol gelas itu. Elliot telah membuatkan benda itu untuknya.     

"Terima kasih," dia berbisik dan memeluk Elliot dan Elliot menggosok punggungnya.     

"Aku rasa aku hanya khawatir tentangmu. Sama seperti memberi hewan kesayanganku sebagai korban untuk hewan pemakan daging," Elliot memasang wajah khawatir saat mereka melepaskan pelukan.     

Setelah kembali dari ruangan Elliot, Katie dengan berhati-hati menyimpan hadiah yang diterimanya dari Elliot dan Sylvia di ruangannya, barulah dia turun untuk makan siang.     

Saat dia duduk di samping Dorthy dia merasa beberapa pelayan, terutama para wanita, melihatnya secara sembunyi-sembunyi sambil bicara diantara mereka sendiri. Pada awalnya dia tidak memperhatikan tetapi saat dia makan dia merasa kaku dengan begitu banyak mata memandangnya.     

Dia tidak perlu menebak tentang hal apa yang mereka bicarakan. Para pelayan tentunya banyak bergosip.     

"Kau sangat terkenal di sini," Komentar Matilda sambil makan.     

"Para pelayanan tidak pernah bisa berhenti bicara tentang kau dan Raja Alexander yang kembali saat tengah malam" Dorthy yang duduk di sampingnya berbisik, "Sepertinya salah satu pelayan melihatmu dan begitu banyak cerita yang berkembang. Seperti, cerita aneh yang kau tidak ingin dengar."     

"Aku rasa aku tidak ingin mendengar hal itu," Katie tersenyum sambil menghiraukan tatapan yang ditujukan padanya dari pelayan yang lain.     

"Seseorang mengatakan bahwa kau seorang penyihir hitam yang telah memantrai Raja dan tidak lama lagi kau akan dibakar di tengah-tengah kota," Chyntia ikut dalam pembicaraan.     

"Dia bukanlah penyihir hitam. Kita tahu bahwa Katie tidak dapat melukai seekor lalat," Dorthy memberi dukungannya.     

"Terima kasih telah mengatakannya," Katie berkata dengan masam.     

"Wajah bisa menipu. Seorang yang kelihatannya tidak bersalah adalah orang yang harus kau waspadai," Cynthia berkata dengan suara yang cukup keras untuk didengar oleh yang lain.     

"Aku pikir sebuah pembicaraan samp-" Dorthy mulai bicara dengan nada keras tetapi Katie memegang tangannya dengan kuat saat melihat Martin memasuki tempat itu.     

Walaupun kepala pelayan itu bertubuh kurus, dengan matanya yang kecil dan berkerut dia adalah seorang pria yang menakutkan. Menyebabkan masalah yang tidak perlu akan membuat mereka menghabiskan tiga malam di penjara beserta dengan hanya-Tuhan-yang-tahu-hukumannya.     

Sepupunya Ralph telah mengajarkannya dasar bela diri yang diperlukannya dan mencobanya di sini bukanlah hal yang direncanakannya. Dan itu bukanlah seekor lalat, tetapi serangga yang lebih besar yang sangat tidak menyenangkan.     

"Aku rasa aku sudah selesai makan," Katie berkata sambil mengangkat piringnya dan meninggalkan ruang makan.     

Saat dia berjalan melalui koridor dia merasa bahwa seseorang sedang mengikutinya dan ketika dia berbalik tidak ada siapapun kecuali dirinya sendiri. Dan itu bukanlah pertama kali dia merasakannya.     

Menggelengkan kepalanya dia berjalan keluar dari istana menuju ke kandang kuda. Karena waktunya untuk makan siang, hampir tidak ada orang di sekitar kecuali hewan-hewan. Sambil mendesah keras dia pergi ke tempat serigala berada dan melepaskan rantainya tanpa mengecek apakah kalungnya terikat atau tidak; dan kalungnya tidak terpasang.     

Tiba-tiba dia merasa serigala besar menerkamnya, membuatnya jatuh ke atas tumpukan jerami sebelum serigala itu menjilati wajahnya membuatnya tertawa.     

"Kau satu-satunya wanita yang aku lihat tertawa ketika wajahnya penuh dengan air liur serigala," seorang pria muncul di belakangnya, "Biar aku membantumu," dia menarik serigala kembali ke kandangnya.     

Sepanjang waktu dia bekerja di istana dia belum pernah melihat pria itu sebelumnya. Pria itu kelihatannya berumur dua puluhan tahun, rambut pirang bergelombang menutupi dahinya dan matanya berwarna abu-abu.     

"Terima kasih atas bantuannya. Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau baru disini?" dia bertanya sambil berjalan ke sebuah drum besar berisi air untuk membasuh wajahnya.     

"Benar. Aku baru tiga hari di sini," pria itu menjawab.     

"Oh begitu," dan Katie kembali ke pekerjaannya. Ketika dia sedang membersihkan setumpuk alat-alat yang dia temukan, dia menemukan bahwa pria itu menatapnya dengan senyuman dan dia menaikan keningnya dengan tanda tanya, "ada apa?"     

"Kau orang yang sangat bersungguh-sungguh dengan pekerjaanmu. Adalah pemandangan yang langka untuk melihat seorang pelayan tidak bekerja ketika tidak ada orang lain di sekitar," pria itu berkomentar sambil memandangnya.     

"Yah, kau ada di sini juga," Katie mengingatkannya membuatnya mengangguk," Aku rasa kau seharusnya mulai membantu. Jika Martin menemukanmu sedang bermalas-malasan dia akan melaporkanmu."     

"Pelayan tua? Aku tidak takut dengannya," dia berkata sambil melompat untuk duduk di atas sebuah papan.     

Hari berlalu dan Katie menemukan dirinya diikuti kemanapun dia pergi oleh pria yang kelihatannya sangat menikmati waktunya di istana tanpa melakukan apa-apa selain bicara dan tidur. Terkadang dia menemukannya sedang menatapnya sama seperti di kandang sebelum dia membersihkan tenggorokannya dan memandang ke arah lain.     

Di kandang terkadang dia terlihat sedang tidur dengan santainya dan Katie bertanya-tanya mengapa dia tidak pernah tertangkap oleh Caviar ataupun Martin.     

Hari itu adalah hari Kamis dan dia pergi mengunjungi kuburan keluarganya seperti biasanya. Berpikir bahwa akhirnya dia mempunyai waktu sendirian dia mendesah saat duduk di depan kuburan orang tuanya.     

"Kau mendesah terlalu sering," dia mendengar suara pria di belakangnya dan dia menoleh menemukan pria itu bersandar di sebuah pohon.     

Dia bisa merasakan bentuk sakit kepala ringan oleh karena pria itu mengikutinya sampai ke pekuburan.     

"Apa ada seseorang yang kau sayangi di sini?" Katie bertanya sambil meletakan bunga di ladang pekuburan.     

"Aku tidak tahu. Sudah begitu lama. Mungkin aku punya seseorang," jawab pria itu.     

"Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya tetapi aku berpikir kau seharusnya berhenti mengikutiku," Katie akhirnya mengatakannya pada pria itu.     

"Tetapi hanya kau yang bicara denganku," pria itu mengerut saat memandangnya.     

"Itu karena aku belum mencoba bicara dengan orang lain," dan dia mulai berjalan.     

"Aku tidak bisa," pria itu berkata dengan sedih dan pria itu mengikutinya ke sebuah makam dengan batu yang retak.     

"Aku tahu bahwa kau orang baru di istana tetapi bicara dengan orang lain akan lebih baik daripada hanya bicara denganku. Ada begitu banyak orang baik di sana," dia berkata kepada pria itu, "Dan kau benar-benar harus berhenti mengikutiku."     

"Jika kau tidak bermaksud agar aku mengikutimu ke mana saja berhenti meletakkan bunga itu di kuburanku!" dia bicara dengan putus asa.     

"Kuburanmu?" dia bertanya terkejut dengan perkataannya dan dia menatap pria itu dengan bingung.     

"Ya, milikku," dia membalas sambil menyentuh batu nisannya dengan wajah mengerut sebelum menyeringai menunjukan susunan gigi rapi dan putih beserta taring yang tajam, "aku rasa aku lupa mengatakan namaku."     

Dan sebelum dia bisa berkata-kata dia merasa darahnya terkuras dari wajahnya saat dia melihat ke atas batu nisan.     

"Malphus Crook," keduanya berkata bersamaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.