Kerajaan Valerian

Mawar Biru – Bagian 2



Mawar Biru – Bagian 2

0"Terkadang hal itu terjadi," Katie menjawab dengan kaku.     

Dia bukanlah gadis ceroboh tetapi dia tidak tahu mengapa dia selalu berakhir dengan jatuh atau terpeleset ketika berada dekat dengan raja. Mungkin itu adalah hal yang baik, pikirnya, jika bukan Alexander maka dia pasti telah menghantamkan wajahnya ke lantai atau memecahkan kepalanya.     

Seperti dirinya, Alexander basah dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Kulitnya telah berubah menjadi lebih pucat sehingga warna matanya menjadi lebih mencolok dan menampilkan warna matanya yang berwarna merah gelap. Di seluruh kerajaan, seseorang bisa tahu status seorang vampir berdasarkan dari pupil matanya. Walaupun beberapa dari mereka menyembunyikannya dengan memberikan tekanan pada mata mereka, yang lain bahkan tidak menyembunyikannya sama sekali. Setiap vampir mempunyai warna merah yang berbeda dan Raja Valerian mempunyai pupil yang berwarna gelap yang ditemui olehnya.     

"Apa kau menyukai hujan, Raja Alexander?" dia bertanya.     

"Tidakkah semua orang menyukai hujan?" Alexander menaikan alisnya tanda pertanyaan.     

"Dorthy tidak menyukainya," dia menjawab membuat Alexander mengganguk.     

Corey dan yang lainnya sering mengatakan bahwa Raja sangat pelit dalam memberikan pujian dengan memberikan senyuman tetapi dia telah tersenyum kepadanya lebih dari empat kali, dan hal itu disadarinya.     

"Bagaimana dengan dirimu?" Alexander bertanya saat melihatnya basah kuyup, tetesan air sekarang meleleh di lehernya, "Aku dengar kau telah bekerja di kandang kuda sejak pagi hari."     

"Apakah Martin melaporkan semuanya, semua yang dilakukan semua orang?" Katie balas bertanya.     

"Hanya sesuatu yang penting. Ini," Alexander mengangkat sebuah bunga mawar biru di depan Katie.     

Ada duri-duri tajam yang terlihat di tangkai bunga. Katie memandang Alexander dan memandang bunga di tangannya sebelum memandang Alexander lagi, dan melihat hal ini Alexander tertawa oleh karena dilema di wajah gadis itu sebelum dia mengambilnya dari tangannya. Walaupun bunga mawar itu diambil dari tanah dan tidak dipetik, Katie tidak yakin apakah tidak masalah mengambilnya, terutama rajalah yang memberikannya bunga itu sama seperti dia sedang memberikan sesuatu yang sangat berharga.     

"Aku lihat kau tidak meletakan bunga mawar ini sembarangan, hanya di ruanganku saja," Katie mendengar kata-kata Alexander saat mereka menatap hujan yang turun.     

"Mereka mengatakan bahwa aku seharusnya berhati-hati dengan bunga ini tetapi bunga ini sangatlah cantik, dan aku ingin bunga ini ada di ruanganmu. Maafkan aku jika aku berpikir demikian, jika kau tidak menyukainya aku tidak akan memetiknya dan membiarkannya mekar di taman," dia meminta maaf dan melihat Alexander menggelengkan kepalanya tidak setuju.     

"Tidak perlu seperti itu. Aku tidak menyukai orang yang merusak barang milikku. Lagipula hanya itu tanaman yang sangat aku sayangi," Alexander menjelaskan kepadanya dan melanjutkan kata-katanya, "dan aku pikir itu adalah perlakuan yang baik, membuatku merasa dipedulikan," Alexander menggodanya membuatnya memerah dan menatap lantai sebelum kembali menatap Alexander.     

Terkadang Katie menyadari bahwa Alexander menggodanya dan dia mencurigai bahwa Raja senang melihatnya malu.     

"Bisakah aku bertanya sesuatu, Tuanku Raja?"     

"Bertanyalah."     

"Apa kau tahu alasan cuaca hari ini?" Dia bertanya dengan rasa ingin tahu, "Kelihatannya hal ini sangat berbeda dengan kerajaan selatan. Aku tidak pernah melihat cuaca seperti ini seumur hidupku."     

"Hmm," dia mendengar Alexander berdengung sebelum dia bicara, "akankah kau percaya jika aku mengatakan bahwa langit sedang berduka tentang kejadian yang terjadi bertahun-tahun yang lalu?"     

Dia mencoba untuk mencerna perkataannya sebelum mengangguk. Walaupun dia tidak mengerti apa yang dikatakan Alexander, dia mengerti secara gamblang. Katie tidak bertanya lagi dan waktu berlalu dalam kesunyian.     

"Ibuku, dia lahir hari ini dan dia meninggal hari ini juga," Alexander menyatakan.     

"Maafkan aku," Katie minta maaf, menyesali keingintahuannya.     

"Tidak perlu, lagipula sudah puluhan tahun yang lalu sejak-"     

"Aduh!" Katie menyatakan melihat darah mengalir dari jaringanya. Tanpa sadar jarinya bergerak sepanjang tangkai bunga mawar dan jarinya kena pada duri, sehingga darah mengalir keluar.     

Sebelum darahnya mengalir lebih banyak, Alexander mengambil jarinya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

"R-Raja Alexander," dia tergagap.     

Bibir Alexander yang pucat terbuka dan setelah beberapa saat melepaskan jarinya, jantungnya berdebar dengan cepat dan pipinya menjadi merah.     

Alexander menatap wajahnya, "Di bawah matamu ada kantung mata. Kau tidak tidur dengan benar," dia memperhatikan hal itu, apakah benar-benar kelihatan? Katie bertanya-tanya.     

"Mimpi buruk? Alexander bertanya lagi dan di jawab dengan anggukan, "Kau ingin menceritakannya?"     

Raja Valerian selalu memberikan pilihan kepada semua orang, pilihan dimana dia ingin mereka memilih hal yang diinginkannya. Jika mereka tidak memilih maka selalu ada cara lain untuk mendapatkan informasi. Dia tahu bahwa Katie sangat tidak nyaman ketika petir muncul di malam hari tetapi dia merasa bahwa ada hal yang lain yang mengganggunya.     

"Aku tidak tahu mengapa tetapi Tuan Weaver sering mengunjungi mimpiku dan setiap kali mimpi itu membuatku hampir menjadi boneka hidup," dia menjawab dan tanpa sadar dia menggosok bekas luka di tangannya, "dan boneka itu membuatku terbangun."     

"Boneka?" Alexander bertanya kebingungan.     

"Boneka bermata biru yang sedang duduk di ruang tamu," dia menegaskan.     

"Aku tahu" Alexander mulai memikirkan hal itu, "Kau bisa tinggal dengan Areo untuk beberapa malam. Dia kelihatan tidak berbahaya, tetapi dia akan menyingkirkan mimpi-mimpi burukmu."     

"Terima kasih," Katie membungkukkan kepalanya tanda terima kasih.     

"Dengan semua yang terjadi aku tidak bisa membawamu ke teater. Aku punya undangan yang lain, maukah kau ikut denganku Katherine?" Alexander bertanya dengan nada sopan, "kau tidak perlu khawatir dengan pakaian karena aku telah meminta Sylvia untuk mengaturnya."     

"Ini akan sangat menyenangkan," dia menjawab dengan senyuman yang dibalas juga dengan senyuman.     

"Kau harus berganti pakaian kering sebelum kau kena flu, yang aku takutkan kau pasti kena," Alexander memandang rambut dan bajunya yang basah, bagi seorang vampir hal itu bukanlah masalah tapi bagi seorang manusia hal itu akan menjadi masalah.     

"Alex," Katie mendengar suara Elliot di belakang mereka saat dia berjalan melalui pintu, "Selamat siang Tuan putri," dia menyapa.     

"Selamat siang, Elliot," Katie balas menyapa.     

Melihat keduanya basah dengan air hujan, Elliot mengangkat alisnya tetapi hal dia melupakannya karena ada hal penting yang harus dibicarakan dengan Alexander.     

Perut Katie berbunyi dan ketika tersadar matanya terbuka lebar. Dia telah lupa tentang pesta makan!     

"Um, permisi," dia berkata sambil membungkukan kepalanya dan masuk ke dalam.     

Setibanya di ruangannya, dia meletakan mawar berwarna biru di sebuah vas dan dengan cepat mengganti pakaiannya untuk menghindari rasa dingin yang mulai merasukinya.     

Raja Alexander telah mengatakan bahwa tanaman itu sangat berharga baginya dan dia mencoba menebak jika ibunya sendiri yang telah menanam bunga itu ataukah bunga itu membawa sebuah kenangan yang indah.     

Ketika dia sampai di mana Dorthy dan yang lainnya berada, dia mendapatkan makan siang yang sangat enak yang telah disiapkan oleh Nyonya Hicks dan pelayan yang lain. Ada cukup makanan bagi mereka sehingga semua. Ketika Katie sedang lewat, Cynthia hampir menumpahkan saus panas kepadanya jika Corey tidak menariknya agar terhindar dari saus itu.     

Dia tidak tahu mengapa tetapi terasa seperti Cynthia dengan sengaja menumpahkan makanannya ke arahnya tetapi dia melupakan hal itu dan menikmati makanannya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.