Kerajaan Valerian

Tamu Tak Diundang - Bagian 3



Tamu Tak Diundang - Bagian 3

0Rumah itu adalah sebuah rumah mewah dengan begitu banyak lukisan tergantung di dinding di seluruh rumah. Katie mendapatkan kabar bahwa nyonya Chapel sangat menyukai dan mengoleksi lukisan-lukisan dan suaminya membelikannya lukisan. Keduanya melihat lukisan yang telah mereka cari dan itu benar-benar sebuah mahakarya. Warna yang dipakai untuk melukis adalah warna dengan kualitas tinggi dan goresan di atas kanvas sungguh indah.     

Ketika mereka berjalan lebih jauh, Katie menyadari cara Lancelot menatapnya. Dia telah melihat bahwa pria itu telah melihat lehernya lebih dari tiga kali. Awalnya dia merasa itu hanya sebuah kebetulan tetapi hal itu terjadi berkali-kali. Hal itu membuatnya tidak nyaman sekarang dan mereka telah menghabiskan waktu di dalam rumah cukup lama.     

"Aku rasa kita harus kembali sekarang," Katie mengusulkan.     

"Kenapa terburu-buru?" dia mendengar Lancelot berkata, "Pestanya bahkan belum dimulai."     

"Apa?" dia bertanya dengan kebingungan.     

Dalam hitungan detik, Lancelot menariknya ke dalam sebuah ruangan kosong dan dia merasa punggungnya membentur dinding dengan cukup menyakitkan. Dia meringis kesakitan. Dia menutup mulut Katie dengan satu tangan dan dengan tangannya yang lain dia memegang tangan Katie dan mendorong tubuhnya di atas tubuh Katie.     

Mata Katie melebar ketakutan ketika pria itu menyentuhnya dengan tidak sopan.     

"Aku belum melakukan apa-apa dan kau ingin kembali?" Lancelot berbisik di telinganya dan tangannya dengan kasar menyentuh pinggangnya, "Kita baru saja akan mulai."     

Dia memberontak , mencoba untuk mendorongnya tetapi pria itu lebih kuat daripadanya. Dia merasa terpukul ketika pria itu mencium lehernya.     

Pria itu merobek atasan gaunnya sehingga bahunya kelihatan dan terus saja menciumnya.     

Ketika pegangan pria itu menjadi longgar, dia menggaruk wajahnya dan pria itu mengeluarkan kata-kata kotor. Tiga garis merah sekarang menghiasi wajahnya.     

"Kucing senang bermain," seringai di wajahnya membuat dia tidak mengenalnya sebagai Lancelot lagi. Dia mendorongnya ke tanah dan merobek gaun yang menutupi kakinya.     

"Hentikan! Alexander!," Dia berteriak ketika tangan pria itu menggerakan kakinya.     

"Memanggil rajamu? Dia pasti menikmati waktu ketika kau meneriakan namanya. Biarkan aku mencicipi dirimu juga," ujar Lancelot.     

Sebelum dia bisa bergerak lebih jauh, dia ditarik dari Katie dan dengan susah payah menghirup udara saat seseorang menahan lehernya di udara.     

"Alexander, hentikan! Kau akan membunuhnya!" Elliot berkata sambil mencoba melepaskan genggaman Alexander dari leher pria itu. Membunuh pria itu hanya akan menimbulkan pertanyaan yang tidak perlu, "Kau bisa mengurusnya nanti. Katie membutuhkanmu sekarang," dia berkata dengan lembut dan merasakan Alexander melonggarkan genggamannya.     

Melihat Katie, kemarahannya muncul sekali lagi. Dia membuat pria itu pingsan sebelum mendekati Katie yang sedang duduk.     

Dia duduk di atas lantai dengan pandangan kosong. Gaunnya sobek dan lengan bajunya tergantung di tangannya bukannya di bahunya. Rambutnya berantakan dan tangannya bergetar oleh karena ketakutan.     

"Katie?" Alexander memanggil namanya dengan lembut dan pandangan matanya perlahan memandang mata Alexander.     

Air mata memenuhi matanya, satu persatu jatuh ke pipinya diikuti dengan isakan.     

"Shhs, semuanya telah berakhir," dia meyakinkan Katie dan dengan hati-hati memeluk Katie yang dengan putus asa bergelantungan pada Alexander, dia sangat ketakutan oleh karena hampir saja dia diperkosa, "tidak apa-apa sekarang sayangku. Dia tidak akan menyakitimu," dia berjanji padanya saat Katie menangis di pelukannya.     

"Ini," Elliot telah keluar dari ruangan dan kembali dengan jubah Alexander. Dia mengambilnya dan membungkuskannya ke tubuh Katie, "Aku telah meminta Sylvia untuk mengambil kereta dan membawanya ke belakang rumah untuk menghindari pertanyaan dari para undangan. Seharusnya kereta itu sudah di sana sekarang."     

Dalam perjalan Katie akhirnya tertidur dan hal itu membuat mereka lebih gampang untuk mengobrol.     

"Siapa pria ini?" Elliot bertanya melihat pria yang tidak sadarkan diri terikat tangan dan kaki di lantai.     

"Aku mencoba bertanya kepada nyonya Letitia dan dia mengatakan bahwa pria itu datang dari daerah kerajaan selatan tetapi dia tidak diundang dalam acara itu. Dia adalah putra kedua keluarga Milford," Sylvia menjawab dengan khawatir sambil menapa Katie yang sedang tertidur, "bagaimana bisa dia melakukan hal itu," Sylvia berbisik dengan nada penyesalan.     

Alexander tidak melepaskan Katie sejak mereka meninggalkan rumah Chapel. Kereta itu dimaksudkan hanya untuk 4 orang saja dan mereka mempunyai satu lagi penumpang tambahan di lantai, sehingga Alexander membuat Katie duduk di pangkuannya dan merasa sangat nyaman dengan tangannya menggenggam bajunya dengan kuat – dia tidak mengeluh.     

Alexander merasa curiga mengapa dia tidak bisa mendengarkan suara Katie. Berasal dari keturunan keluarga vampir berdarah murni pendengarannya jauh lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Dia telah bertanya kepada Elliot dimana keberadaan gadis itu tetapi ketika dia mendengarkan teriakannya dia tersadar bahwa gadis itu berada dalam bahaya. Dengan cepat dia pergi ke tempat gadis itu berada dan pemandangan yang dilihatnya membuat darahnya mendidih.     

Bajunya sobek dan bukan hanya itu bahkan roknya ikut sobek. Dan dia memeluk Katie dengan erat. Ketika dia sudah memeluknya, rasa tenang menyelimutinya.     

Setibanya di istana, Alexander membawanya ke ruangannya dan meletakkannya di atas tempat tidur sebelum menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.     

Mengambil sebuah kursi di samping tempat tidur, Alexander duduk di kursi itu tidak ingin meninggalkan gadis itu sendirian.     

Ketika Katie terbangun, butuh waktu baginya sebelum dia mengingat semua hal yang terjadi padanya seperti aliran sungai yang mengalir begitu deras. Dia merasa kotor. Bahunya terasa sakit setiap kali dia bergerak.     

Mengapa hal itu terjadi padanya? Apakah dia telah memberikan kesan yang salah sehingga membuat pria itu melakukan hal seperti itu? Dia tidak melakukan apa-apa, jadi kenapa?     

"Minum ini," dia mendengar suara Alexander di sampingnya dan ketika tangan Alexander bergerak untuk menyentuh dahinya, dia bergerak mundur oleh karena shock.     

"Maafkan aku," Alexander meminta maaf. Katie mengambil gelas dari tangannya, "Aku seharusnya mencarimu dari awal. Hal itu tidak akan terjadi jika kita berhati-hati."     

Katie menggelengkan kepalanya dan bicara dengan pelan, "Kita tidak tahu hal seperti itu akan terjadi," tanpa menatap matanya. Alexander berdiri untuk meletakan gelas kosong dan kali ini Katie menjauh darinya lagi.     

"Apa kau takut padaku?"     

"Tidak," dia menjawab dan melanjutkan, "Diriku sekarang merasa malu dan kotor. Tolong jangan sentuh aku," dia mengakui dengan suara bergetar.     

"Lihat aku, Katie," Alexander bicara padanya dengan lembut. Dia mengangkat dagu Katie dan melihat air mata di matanya dia berkata, "Kau tidaklah kotor, tidak ada yang dapat membuatmu kotor selamanya. Aku berharap kau tidak akan pernah mengalami hal itu lagi dan aku senang tidak ada yang terjadi, aku tidak ingin membayangkan hal itu. Aku tahu bahwa ini sulit tetapi aku ingin kau melupakannya seolah-olah itu adalah sebuah mimpi buruk. Kau sekarang aman dan itulah yang terpenting."     

Dia menganggukkan kepalanya dengan lemah dan menyeka air matanya.     

"Tidak ada yang tahu apa yang terjadi selain Elliot, Sylvia dan kita berdua," Alexander menepuk kepalanya dengan pelan, "Mandilah. Kau bisa beristirahat selama yang kau suka. Aku akan meninggalkanmu sekarang," Alexander berdiri dan meninggalkan ruangan itu.     

Dia merasa aman seperti yang dikatakan Alexander, jika dia tetap berpikiran buruk maka hal itu hanya akan membuatnya trauma.     

Mimpi buruk, dia bergumam pada dirinya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.