Kerajaan Valerian

Permainan Catur - Bagian 2



Permainan Catur - Bagian 2

0

Sesuai perkiraan, Alexander membatin. Dia memilih mengambil tempat duduk di sudut daripada duduk di mana raja berdarah manusia berada. Menggerakkan kepalanya seperti seekor burung hantu ke kanan dan ke kiri maupun sebaliknya bukanlah sebuah ide yang cemerlang.

"Ya, Raja Norman," Kepala dewan membuka suara.

"Memberikan kesempatan kepada setiap orang hanya akan memberikan kesempatan lebih kepada vampir daripada manusia," Norman berdiri dari tempat duduknya.

"Apa maksudmu," Desak seorang anggota dewan.

"Kita telah mempunyai 3 raja berdarah vampir dan hanya 1 yang raja berdarah manusia sehingga menciptakan ketidakseimbangan dalam pembagian pemerintahan," Norman menjelaskan.

"Dia benar," Alexander mengutarakan pendapatnya dan berhasil menarik perhatian semua orang.

Raja Nicholas yang sebelumnya tidak peduli dengan apa yang terjadi sekarang menaikan keningnya penuh pertanyaan. Sudah jelas sang raja manusia sangat membencinya, mengapa secara tiba-tiba Alexander mendukungnya? Bahkan Norman mengerutkan keningnya tanda ia kebingungan.

"Mempertahankan keseimbangan adalah penting ketika berbicara tentang kekaisaran dari 4 daerah ini. Sama seperti yang telah dikatakan oleh teman kita Norman, kita mempunyai 3 raja berdarah vampir dan 1 raja berdarah manusia. Mungkin kita seharusnya menyingkirkan raja berdarah manusia dan menggantikannya dengan seorang vampir untuk menjaga keseimbangan," Alexander mengusulkan dengan cermat membuat beberapa dari mereka tertawa tetapi Norman sebaliknya menjadi sangat marah.

"Beraninya kau mengancam gelarku sebagai raja?! Kau yang tidak pantas menjadi raja," Norman berteriak dalam kemarahan. Dia melangkah maju menuju ke arah Raja Valerian berniat untuk menyerangnya tetapi langkahnya terhenti oleh suara pemimpin dewan.

"Raja Norman,kembali ke tempat duduk anda. Kami sangat tidak mengharapkan kelakuan seperti hewan liar bahkan jika anda adalah salah satu raja. Jaga sikap anda sebelum anda diminta untuk meninggalkan ruangan ini," perintah pimpinan dewan.

"Tidakkah kau mendengar apa yang tadi dia katakan!" Norman bertanya dengan wajah penuh amarah.

"Raja Alexander hanyalah memberikan pendapat tentang hal itu dan setiap orang di sini diizinkan untuk mengutarakan pendapat daripada memberikan ancaman," salah satu anggota dewan mengutarakan dukungan kepada Alexander membuat Norman kembali duduk tetapi dengan perasaan marah.

"Raja Norman dengan mempertimbangkan kata-kata anda dan supaya ada keadilan maka suara dari raja-raja lain akan dihitung setengah suara sementara suara anda akan dihitung sebagai 1 suara," pimpinan dewan bicara dengan adil membuat Raja Norman tersenyum penuh kemenangan, "Apakah ada yang keberatan?"

"Tidak keberatan," Jawab Alexander diikuti oleh Nicholas, "Tentu saja tidak."

"Baiklah kalau begitu, mari kita mulai pemilihan calon," Sebuah kotak dibawa masuk ke dalam ruangan dimana mereka akan menuliskan nama yang akan diletakan dalam kotak tersebut.

Pria dan wanita menuliskan nama dan memasukannya ke dalam kotak sesuai dengan urutan. Setelah prosesnya selesai, para anggota dewan berkumpul untuk menghitung nama yang telah dipilih. Setelah mereka selesai, anggota dewan mulai mengumumkan nama dan jumlah hasil pemilihan. Mereka memilih 5 calon yang berhasil mengumpulkan suara terbanyak. Mereka akan memutuskan siapa nanti yang akan menjadi raja pengganti dalam beberapa hari ke depan.

"Katakan Alexander, siapa yang kau pilih?" Tanya Elliot ketika mereka berjalan meninggalkan Gedung.

"Cecelia."

"Wanita yang hanya mendapatkan 2 suara?? Maksudmu si wanita tua?" Elliot terkejut.

"Ya, si wanita tua," Jawab Alexander sambil berjalan menuju keretanya.

"Kau memberikan suara kepada wanita itu walaupun kau tahu dengan pasti dia tidak akan menang. Mengapa kau melakukannya?" Elliot bertanya sambil berpikir.

"Terkadang dalam bermain catur kau harus membuat gerakan yang tidak berguna," Alexander melangkah masuk ke dalam kereta dengan senyuman jahat.

Pada saat yang bersamaan ketika Alexander pergi untuk menghadiri pertemuan dengan anggota dewan, Katie ditinggalkan sendirian tanpa diawasi. Pelayan-pelayan pada umumnya adalah manusia tetapi ada juga pelayan yang berdarah manusia setengah vampir yang melayani bangsawan vampir. Beberapa dari tamu yang datang ke istana adalah tokoh politik penting, tetapi ada juga yang datang dengan menunggangi nama besar orang tua mereka. Giselle adalah salah satu vampir dari kalangan bangsawan yang bertujuan untuk menjadi istri dari Raja Alexander. Dia sangat tergila-gila dengan pria itu. Dengan bantuan ayahnya, dia dapat tinggal di istana dan menyediakan kepuasan seksual bagi raja kapanpun dia menginginkannya yang dengan senang hati dilakukannya.

Gadis kecil yang tiba beberapa minggu yang lalu menjadi pemandangan yang mengganggu. Tampaknya gadis kecil itu menjadi pusat perhatian dari Raja Alexander di hari pertemuan. Seorang gadis kecil yang nantinya akan menjadi gangguan di masa depan. Dia yang nantinya akan menjadi istri Alexander dan dia akan menyingkirkan siapa saja yang akan menghalangi tujuannya.

Sekarang Alexander tidak berada di istana, sehingga dia mempunyai kesempatan untuk melakukan hal yang telah lama direncanakan. Dia sangat membenci Katie dan menginginkannya keluar dari istana, tidak peduli anak itu hidup ataupun mati.

Katie duduk di atas tumpukan jerami dan menggendong seekor hewan seperti serigala. Para pekerja memandangnya dengan heran, bagaimana dia bisa menemukan hewan tersebut kecuali dia pergi ke hutan yang berada di belakang istana. Mereka tidak keberatan anak itu berada bersama-sama dengan mereka selama dia tidak mengganggu pekerjaan mereka.

Dia tidak pergi ke taman oleh karena disana terdapat banyak vampir berkedudukan tinggi berada.

Anak anjing tersebut menjilati jemari tangan dan wajahnya membuatnya tertawa geli. Anak anjing tersebut berwarna krem dengan bintik coklat. Saat dia sedang bermain dia tidak menyadari ada sepasang vampir yang berjalan mendekati kandang kuda.

"Anda harus melihat kuda-kuda yang kami pelihara di peternakan kami, anda pasti akan menyukainya saya yakin nyonya Magdalene," pria di samping wanita itu berkata.

"Hal ini pasti akan sungguh menyenangkan," jawabnya.

Ketika mereka mendekati kandang mata wanita itu tertuju pada Katie yang sedang bermain dengan seekor anak anjing. Wanita itu adalah wanita yang sama yang dihina oleh Elliot pada malam pertama Katie tiba di istana dengan memanggilnya seekor sapi. Katie menjulurkan kakinya saat dia duduk dan Nyonya Magdalene dengan sengaja berjalan melintasinya dan jatuh dengan sengaja.

"Gadis yang sangat tidak sopan," Pria yang berjalan dengannya bergegas membantu nyonya Magdalene berpikir bahwa gadis itu melakukannya dengan sengaja.

"Tidak apa. Dia hanyalah seorang manusia tanpa etika," Komentar Nyonya Magdalene membuat anak anjing di tangan Katie mengeram, menunjukan giginya yang kecil, "apakah itu seekor serigala?" dia terkejut dan berlindung di balik teman vampirnya.

"Sepertinya begitu. Satu gigitan dari serigala bisa berakibat fatal dan gadis itu membawanya ke sini. Dia pastinya seorang mata-mata!" Pria itu menuduh gadis kecil itu berkonspirasi.

"Tuan anak anjing itu jinak, kami-" salah seorang pekerja mencoba membantu dan mendapatkan tatapan yang tajam dari Nyonya Magdalene.

"Apa kau mencoba untuk melindungi gadis kecil ini yang membawa hewan berbahaya di tempat ini?!" Pria itu bertanya dan menggelengkan kepalanya.

"Kami punya beberapa anak anjing yang-"

"Sudah cukup!" jawab pria tersebut sambil mengangkat tangannya, "hal ini haruslah dilaporkan secepatnya."

Katie terlihat takut sehingga dia memeluk anak anjing itu dengan erat. Dia tidak mengerti mengapa pria itu berteriak kepadanya.

Ketika mereka mencapai aula, mereka mendengar ada keributan. Ketika mereka sampai mereka melihat dua vampir berdiri dengan kedua pelayan mereka, salah satunya adalah Gisele sendiri.

"Itu dia pencurinya!" Gisele menuduh saat melihat mereka. Vampir yang lain mendekati Katie dan menamparnya, meninggalkan bekas di pipinya.

"Apa kau berpikir kami tidak akan tahu bahwa kau mencuri perhiasanku?" dia bertanya dengan mata yang dipicingkan.

"Ya Tuhan! Inilah perbedaan antara kita dan manusia yang miskin," Nyonya Magdalene menggelengkan kepalanya dengan jijik.

Sylvia yang baru saja kembali dari kota melihat kejadian tersebut dengan bingung.

"Apa yang terjadi di sini?" dia bertanya sebelum dia melihat tanda merah di pipi Katie.

"Gadis kecil ini mencuri perhiasanku," vampir yang menampar Katie menangis dan Sylvia mengerutkan keningnya.

"Nona saya rasa anda salah. Katie tidak akan melakukan hal tersebut," dia menjelaskan dan berjalan mendekati anak kecil itu. Mata Katie dipenuh dengan air mata dan pandangannya menjadi kabur.

"Bagaimana kau bisa menjelaskan tentang perhiasan yang kami temukan di bawah bantal di dalam kamarnya?" Gisele memberikan penjelasan

"Lagipula, sekarang dia memelihara seekor serigala di kandang," nyonya Madgdalene memperkeruh suasana.

Sekarang orang lain yang berada di dalam istana telah berkerumun untuk melihat apa yang terjadi di aula utama. Sangatlah jelas bagi Sylvia bahwa nyonya Magdalene dan Gisele telah menjebak gadis kecil itu walaupun gadis kecil itu tidak bersalah.

"Anak ini perlu dihukum atas kelakuannya," pria yang menemani nyonya Magdalene bicara dengan lantang.

"Tapi-" Sylvia mencoba memprotes tetapi secara kasar dipotong oleh Gisele.

"Tahu tempatmu pelayan. Satu kata lagi dan aku akan memisahkan kepalamu dari badanmu," dia mencemooh Sylvia dan menatap gadis kecil itu, "Dia telah melakukan kesalahan jadi dia harus menerima akibatnya."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.