Kerajaan Valerian

Permulaan - Bagian 2



Permulaan - Bagian 2

0

Di saat yang sama, Alexander dapat mengejar dan memojokan makhluk yang dikejarnya. Manusia setengah vampir menunjukan giginya yang tajam kepadanya dan kepada gadis kecil. Katie gemetar ketakutan ketika melihat giginya yang tajam.

"Jangan mendekat," Makhluk itu memperingatkannya.

"Siapa yang menciptakanmu?" Alexander bertanya dengan tenang, "Berikan aku jawaban dan aku akan membiarkanmu pergi". Makhluk itu tahu bahwa dia tidak punya kesempatan tanpa teman-temannya.

"Tuan Norman," Jawabnya sambil mendorong gadis kecil yang diculiknya dan bersiap untuk melarikan diri tetapi senjata yang ditodongkan padanya tidak pernah beralih darinya. "Maaf tapi aku tidak menepati janjiku," Raja Valerian berkata dengan tenang, "Sampai jumpa di neraka," dan dia menembakan seluruh peluru ke tubuh makhluk itu. Suara tembakan bergema di dalam gua membuat Katie tersentak.

Setelah suara tembakan berhenti dia membuka matanya dan melihat percikan darah di lantai bersamaan dengan sisa-sisa debu. Melihat tubuh yang tidak bernyawa dan kematian dari jarak dekat, membuatnya kelelahan. Pemikirannya yang masih muda belum mampu mencerna semuanya, dia menutup matanya dan tubuhnya perlahan jatuh ke depan, tetapi Alexander dengan sigap menangkap tubuhnya.

Alexander melihat ke arah gadis kecil di tangannya dengan kerutan di dahinya. Gadis itu pingsan oleh karena kelelahan. Dia tahu bahwa betapa rapuhnya gadis itu dan keputusannya untuk membawa gadis itu dengannya. Bertahan hidup di dunia vampir sangatlah sulit tetapi hanya waktu yang bisa membuktikan semua itu.

Dengan menggendong gadis kecil itu di tangannya, dia berjalan keluar dari gua dan melewati pepohonan berwarna hijau. Alexander memeriksa dengan cermat gadis kecil itu, dia menyadari kaki kanan gadis kecil itu berdarah. Makhluk itu telah melukai gadis kecil itu tanpa alasan. Matanya menjadi merah, amarahnya muncul.

Beberapa dari manusia setengah vampir adalah makhluk yang keji, campuran antara manusia dan vampir tetapi tidak berguna, tidak seperti mereka yang berdarah vampir murni.

"Apakah dia baik-baik saja?" Sylvia bertanya kepada Alexander ketika dia tiba.

"Pergelangan kakinya berdarah," Alexander menjawab, sambil masuk ke dalam kereta dan meletakkan anak kecil itu ke atas kursi dan duduk di arah yang berlawanan, "Gunakan ini," dia memberikan sapu tangannya sendiri ke Sylvia.

Elliot menutup pintu kereta dan mengambil tempat pengendara kereta sebelumnya, dia melihat ke arah sekelilingnya untuk melihat pergerakan yang mencurigakan. Debu-debu hitam menyisakan bau yang tidak enak di udara membuatnya merasa jijik. Dengan menghentakan kekang di tangannya, kuda-kuda penarik kereta akhirnya mulai bergerak. Di dalam kereta, Sylvia hampir selesai membungkus pergelangan kaki gadis kecil itu ketika Alexander membuka mulutnya,

"Cari tahu apa yang direncanakan Norman ketika kita sampai di kerajaan," Ujarnya sambil melihat ke arah jemarinya, memikirkan sesuatu dengan serius dan membungkuk untuk membersihkan darah yang menetes dari pergelangan kaki gadis kecil itu.

"Alex-" Sylvia tersentak melihat tuannya meletakan jarinya ke dalam mulutnya yang telah menyentuh darah, "Apa yang kau lakukan?!" dia berseru dengan ekspresi terkejut di wajahnya.

Setelah dia menjilati jarinya dia menatap Sylvia, "Menurutmu apa?"

Sylvia tidak tahu menjawab apa. Seorang Raja dan vampir berdarah murni meminum ataupun merasakan darah dari luka sangatlah tidak anggun/bersahaja. Mereka tidak mengetahui apakah luka itu terinfeksi ketika makhluk itu menculik gadis kecil itu. Sylvia mendesah dan menggelengkan kepalanya.

Ketika mereka sampai di istana, Katie dikirim ke ruangan perawatan sementara beberapa dari petinggi berkumpul di lantai bawah ruangan bawah tanah. Beberapa pertemuan penting diadakan di ruang utama, tetapi urusan yang sangat penting, mendesak dan sangat rahasia selalu di adakan di ruangan bawah tanah, yang tempat masuknya terletak di gudang istana. Ruangan bawah tanah itu terbagi dua, lantai atas dan lantai bawah.

Lantai bagian atas dijaga oleh beberapa pria dan serigala sementara lantai bawah tanah digunakan untuk menahan para tahanan yang melanggar peraturan.

"Tuan Elliot, mengapa kami di panggil di tempat ini?" Seorang pria bertanya kepadanya, "Kita telah mengadakan pertemuan dua hari yang lalu.".

"Kau belum mendengar serangan yang terjadi tadi malam di desa?" seorang wanita yang berdiri memunggungi dinding berbicara, pandangannya terfokus pada kuku jemarinya yang berwarna hitam.

"Serangan apa?" seorang pria tua bertanya.

"Aku dengar darah mereka dihisap sampai habis. Para penduduknya," seorang pemuda menjawab. Suara-suara bisikan terdengar ketika informasi diberikan. Suara-suara dengungan menjadi lebih gaduh mempertanyakan sebenarnya apa yang telah terjadi.

"Diam," Alender masuk ke dalam ruangan bawah tanah. Dia diikuti oleh seorang pria dengan kacamata bundar, "Semalam seluruh penduduk desa dibunuh oleh para vampir bajingan. Kami telah menangkap salah satu dari mereka dan akan diadili minggu depan."

"Minggu depan?" tanya seorang tua

"Ya," Jawab Alexander. "Sampai saat itu dia akan diinterogasi. Ada hal yang lain yang akan dijelaskan oleh Oliver ketika aku pergi," Alexander menoleh ke pria yang mengikutinya masuk dan memberikan anggukan kepadanya.

Di sisi lain dari istana, Katie duduk di depan Sylvia, dia sedang minum semangkuk sup yang diberikan.

"Apa kau menyukainya?" Sylvia bertanya dengan siku yang berada di pahanya untuk menyangga dagunya dengan kedua tangannya, "Aku bisa menyuruh mereka untuk mempersiapkan yang lain jika kau tidak menyukainya."

Katie menggelengkan kepalanya, "Aku menyukainya," dia menjawab dengan suara pelan.

"Aku senang mendengarnya," wajah Sylvia berseri. Setelah beberapa detik, Katie menatap wanita itu dengan ragu-ragu di matanya. "Ada apa, Katie?" Sylvia bertanya, merasakan keraguan gadis itu

"Um-apakah kau melihat kelinciku?" Katie bertanya dengan pelan dan senyuman Sylvia sedikit menghilang.

"Alexander membawanya ke dokter hewan," Sylvia memberikan informasi kepada Katie yang membalasnya dengan anggukan dan melanjutkan kegiatannya meminum supnya. Senyuman Sylvia menghilang ketika gadis kecil itu menundukan kepalanya untuk meminum sup nya.

Memang hewan itu telah dibawa ke dokter hewan tetapi dia meragukan keselamatannya. Cakar dari manusia setengah vampir pasti telah melukai kelinci itu ketika dia menarik gadis kecil dari dalam kereta. Mereka harus mengganti kelinci itu dengan kelinci yang lain jika hewan itu tidak selamat.

Setelah Katie selesai dengan makannya, Sylvia mengantarkannya ke lantai dua istana sehingga dia bisa menunjukan ruangan di mana gadis kecil itu akan tinggal untuk saat ini. Ruangan itu terletak dua kamar dari tuan Alexander dengan alasan keselamatan karena mereka mempunyai tamu vampir lainnya di dalam istana. Katie belum diperkenalkan kepada siapapun dan menjadi seorang manusia tidaklah aman. Bahkan jika diperingatkan tetap ada saja vampir yang ingin menghisap darahnya. Dari 12 ruangan yang ada hanya 4 ruangan yang ditempati, dan sisanya adalah ruangan kosong.

"Katie, ruangan ini akan menjadi kamarmu sekarang," Sylvia mendorong pintu kamar yang terbuat dari kayu jati. Ruangan itu dilukis dengan warna putih dan mempunyai sebuah tempat tidur yang diletakan hampir di tengah ruangan tetapi diletakkan dekat dengan dinding. Tempat tidur itu dilapisi dengan kain satin berwarna putih. Katie terkejut ketika dia mendengar suara petir di luar jendela.

"Ahh, aku tidak percaya di luar hujan," Sylvia bergumam sambil menutup jendela-jendela. Petir terlihat bercahaya di langit dan kelihatannya hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Saat ia membalikan badannya, dia melihat gadis kecil itu sedang menatap sebuah vas bunga dengan bunga yang diletakan di dalamnya.

Mereka telah membawa gadis ini ke dalam dunia mereka. Jika dia bisa selamat dari semua ini, Sylvia tersenyum, masa depannya tidak akan menjadi sulit.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.