Kerajaan Valerian

Permainan Catur - Bagian 1



Permainan Catur - Bagian 1

0

Tiga minggu telah berlalu sejak acara pertemuan di istana; perlahan Katie menjadi terbiasa dengan kehidupan di lingkungan istana. Dia menjadi terbiasa dengan pelayan yang menunjukan perhatian kepadanya maupun mereka yang tidak menganggapnya sama sekali. Tetapi ada juga yang menyembunyikan kebencian terhadapnya di balik senyuman mereka.

Katie mengunjungi kuburan orang tuanya dua kali selama dia tinggal di istana. Dia menghabiskan waktunya tanpa melakukan apapun dan hanya menatap kuburan orang tuanya sampai Eliot datang menjemputnya. Eliot dan Sylvia menjadi sangat sibuk begitu juga dengan Alexander sehingga Katie menghabiskan sebagian besar waktunya di kamarnya, di kandang kuda ataupun di dapur istana. Mengunjungi kubur orang tuanya memberikannya ketenangan, dengan berpikir bahwa mereka sedang beristirahat sama seperti terakhir kalinya dia mengunjungi orang tuanya, tanpa mengetahui bahwa satu hari nanti tidak ada lagi yang tersisa selain tulang belulang.

Di satu sisi dimana seorang anak yatim piatu bertumbuh tanpa mengetahui takdirnya di sisi lain terdapat 4 kerajaan besar yang sedang berada dalam konflik oleh karena raja dari Utara telah membuat keputusan untuk turun tahta. Raja tersebut tidak mempunyai keturunan sehingga begitu banyak laki-laki dan perempuan memperebutkan tahta kerajaan.

Daerah Barat berada di bawah kepemimpinan Delcrov, daerah timur dipimpin oleh Rune, daerah selatan dipimpin oleh Herbert dan yang terakhir adalah satu-satunya raja berdarah manusia, Norman yang menguasai daerah Utara. Untuk menjaga perdamaian maka keempat pemimpin membuat dewan perdamaian. Dari antara keempat raja tersebut, pemimpin berdarah manusia bernama Norman adalah orang yang rakus. Dia tidak menyukai para vampir dan jika diijinkan maka dia ingin menguasai seluruh kerajaan. Walaupun dia menjadi tua dan suatu hari nanti berubah menjadi debu, dia ingin menjadi satu-satunya penguasa.

Di sore hari, setelah mengelilingi kota daerah kekuasaannya, Alexander berada di kamarnya dengan seorang wanita di ranjangnya.

"Kau punya stamina yang hebat malam ini Tuanku," wanita tersebut mengerang ketika Alexander mendorong pinggulnya dengan kuat pada wanita itu. Wanita itu adalah salah satu pelayan di istana dan hampir sejam sejak mereka bercinta.

Alexander membenamkan giginya ke leher wanita vampir itu dan menghisap darahnya. Bukanlah masalah baginya jika dia meninggalkan bekas luka, dan dia menancapkan giginya lebih dalam.

Menjadi keturunan dari darah murni, dia dapat mengisap darah dari vampir untuk memenuhi keinginannya.

Untuk beberapa alasan darah itu tidak cukup untuk memenuhi keinginan nya sehingga dia menyobek daging dari leher wanita itu menyebabkan wanita itu terkulai tak bernyawa di atas tempat tidur. Seprai putih berubah menjadi merah oleh darah yang mengalir dari luka wanita itu.

Alexander melihat mayat di atas tempat tidurnya dan mengusap rambutnya. Dia menjauh dari tempat tidur dan mengambil jubah berwarna hitam yang terletak di atas sebuah kursi dan menutupi tubuhnya. Dia menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya sebelum menghembuskannya kembali dan duduk di jendela.

Dia memperhatikan bahwa matahari sudah hampir tenggelam dan yang terlihat hanyalah garis yang berwarna oranye.

Bertahun-tahun telah berlalu dan Alexander telah bertumbuh menjadi salah satu raja Vampir yang terkuat dan ditakuti orang lain. Pembawaannya yang tenang membuat orang takut lebih daripada mereka yang mempunyai temperamental pemarah. Seperti badai yang akan datang setelah masa yang tenang.

Sebuah ketukan terdengar di pintu. Pintu terbuka dan Elliot masuk sambil membawa sebuah buku yang bertuliskan "Dongeng sebelum tidur". Keningnya mengerut ketika dia mencium bau di udara dan melihat ke atas tempat tidur.

"Oh...Kau telah membunuh dua wanita sepanjang minggu dan satu lagi pada minggu yang lalu. Kau tahu kita tidak menumbuhkan perempuan seperti ayam di peternakan," Elliot tampaknya tidak terganggu dengan tubuh wanita yang telah meninggal dan memilih duduk di ujung tempat tidur.

"Perintahkan pelayan untuk membersihkan ini sebelum kita kembali dari pertemuan dewan," Perintah Alexander sambil menggerakan rokoknya.

"Tetapi apakah kau tahu apa yang akan diputuskan oleh dewan besok?" Elliot bertanya sambil memainkan jemarinya di leher mayat wanita itu.

"Bagaimana aku tahu," Alexander memandang ke arah kaki langit.

"Aye, tetapi bukankah kau lebih tau apa yang akan terjadi atau telah terjadi di kerajaan-kerajaan ini?," Orang ketiga kepercayaannya bertanya dan tertawa. "Aku mengenalmu begitu lama, dan aku percaya bahwa kau telah merencanakan sesuatu dengan hasil yang kau inginkan," kata-katanya membuat sang vampir tertawa.

"Kerajaan ini seperti bermain catur," Alexander menghisap rokoknya sebelum membuangnya ke luar jendela, dan berjalan menuju lemari pakaiannya, "dimana pria dan wanita bertempur untuk menjadi seorang pemimpin. Aku telah mengatur bidakku di tempat di mana permainan ini akan dimulai," dia tersenyum.

"Ternyata begitu. Aku akan pergi ke ruangan sebelah," Elliot menepuk buku yang di tangannya dan berjalan menuju pintu keluar sebelum berhenti di tengah jalan, "Dan ada baiknya kau mengganti ruangan Katie mengingat aktivitas yang kau lakukan di sini?" Dia menganggukan kepalanya ke arah tempat tidur.

"Ruangan ini kedap suara. Kenapa? Kau ingin ruangannya di samping ruangan itu?" Alexander bertanya sambil memicingkan matanya ke arah Eliot yang mengangkat tangannya tanda menyerah.

"Hanya sekedar bertanya. Lagi pula, dia masihlah anak yang lugu," Elliot berkata sambil meninggalkan ruangan itu.

Keesokan paginya, Alexander dan Elliot meninggalkan istana ditemani oleh beberapa pria untuk mengantarkan mereka ke pertemuan dewan. Mereka menempuh 2 hari perjalanan oleh karena tempat tujuan mereka berada di pegunungan yang diselimuti kabut tebal yang berada di atas bukit. Jalannya tertutup oleh kabut pada saat mereka tiba di tempat tujuan. Bangunannya sudah tua dan terbuat dari marmer murni. Ada 2 pilar yang terletak di depan pintu masuk, dengan atap setinggi langit. Mereka yang menjalankan pertemuan para dewan adalah campuran antara manusia dan vampir, untuk menjaga keseimbangan. Ketika mereka masuk ke dalam bangunan, mereka melewati sebuah ruangan dimana seluruh laporan pekerjaan dilakukan oleh manusia-manusia yang duduk di meja mereka masing-masing.

Tiba di ruang pengadilan, mereka memasuki aula besar di mana raja Norman telah tiba, dan mencoba mendapatkan perhatian dari Matthias yang adalah salah satu anggota dewan.

"Selamat siang, Raja Alexander. Saya berharap perjalananmu baik-baik saja," Matthias menyapa Alexander dengan sopan saat raja Valerian muncul di hadapannya, mengabaikan seluruh perkataan dari Norman.

"Tentu saja, sama seperti hari ini yang akan berjalan dengan baik," Alexander menjawab sambil memperhatikan sekelilingnya, "Raja Norman, senang melihatmu di sini dan aku berpikir bahwa ini akan menjadi terakhir kali aku melihatmu," sambil tertawa.

Mendengar hal ini, mata Norman menyala oleh karena amarah tetapi dia menutupinya dengan senyuman. "Salam untukmu juga Raja Alexander. Apa yang bisa aku katakan, bumi ini bulat sehingga kita harus bertemu seperti ini," Dia menjawab, "Sepertinya pertemuan ini akan dimulai."

Dapat terlihat kebencian yang dipancarkan oleh raja itu kepada sang Vampir. Baik dalam adu kekuatan, keabadian ataupun wajahnya, Alexander melebihi semuanya itu.

"Raja Alexander apakah hal ini penting untuk membuatnya marah dan mendengarkan apa yang ada di kepalanya. Terutama Laki-laki seperti dia," Mattias bertanya saat melihat Raja Norman berjalan pergi.

"Tentu saja aku menemukan kepuasan melihat laki-laki seperti dia menjadi marah dan mengatakan apa yang ada di pikirannya terutama laki-laki seperti dia," jawab Alexander.

"Kau pikir itu menghibur tetapi kami sebagai penasihat, yang harus tahan dengan orang seperti itu," Jawab Alexander dengan wajah lelah. Dia melihat kepala dari Dewan masuk dan duduk di tempat duduknya, "aku rasa sudah saatnya bagi kita untuk mengambil tempat duduk."

Pemimpin dewan duduk di sebuah kursi yang lebih tinggi sementara 5 anggota dewan duduk 1 tingkat di bawah petinggi dewan. Dan anggota dewan dan para raja duduk di depan para pemimpin dewan.

"Selamat siang untuk semua yang telah hadir di ruangan pengadilan ini," Reuben, kepala dewan menyapa semua yang hadir, "Saya percaya setiap orang telah hadir di tempat ini. Kita tahu bahwa raja Herbert telah meletakan jabatannya setelah 100 tahun memerintah atas daerah bagian timur."

"Adalah adat bahwa keturunannya lah yang seharusnya melanjutkan jabatannya tetapi raja Herbert tidak mempunyai keturunan secara langsung sehingga posisi ini terbuka bagi siapa saja yang merasa dirinya pantas. Juga terbuka bagi mereka yang mempunyai keberanian. Apakah ada orang yang menolak hal ini?" dia bertanya dengan jelas dan cukup terdengar oleh semua orang.

"Saya keberatan," terdengar suara dari tengah-tengah tempat duduk yang berhadapan dengan pemimpin dewan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.