Kerajaan Valerian

Manipulator Kerajaan - Bagian 3



Manipulator Kerajaan - Bagian 3

0Tidak tahu harus berbuat apa lagi, dia mengamati orang-orang ketika mereka berbicara satu sama lain.     

Katie melihat Alexander bicara dengan seorang wanita di kejauhan. Dia melihatnya mendekat ke wanita itu dan membisikan sesuatu di telinganya sebelum membuatnya tersenyum sebelum wanita itu mencium pipinya.     

Dia merasa cemburu. Semakin lama dia menatap ke arah Alexander lebih sakit hatinya. Vampire wanita sering mencium pikirnya.     

Berbalik dia meneguk seluruh seisi gelas anggur di tangannya.     

Di satu sisi dia merasa senang karena Elliot telah menemaninya, dan dia bisa bicara dengannya secara normal. Tetapi disisi lain dia merindukan Alexander.     

"Selamat malam. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku padamu," dia melihat ke sampingnya dan memandang seorang pria berdiri di sampingnya dengan rambut pirang bergelombang dan mata berwarna abu-abu dengan senyuman di wajahnya.     

Dia telah diperingatkan untuk tidak bicara dengan orang asing tetapi jika tidak menjawab akan menyinggung pria itu. Menjadi sopan dia menjawab.     

"Selamat malam, Tuan," dia membungkukkan kepalanya.     

"Apa yang dilakukan seorang wanita cantik sendirian di sini?" dia bertanya dengan mata yang dipenuhi pertanyaan.     

"Aku sedang menunggu pasanganku untuk kembali. Dia pergi untuk melakukan sesuatu," dia menambahkan sebelum pria itu menanyakan pertanyaan lain.     

"Oh begitu rupanya. Jika aku menjadi dirinya aku tidak akan menghabiskan waktu dengan bekerja dan akan menghabiskan waktu denganmu," pria itu berkata sambil meneguk minuman dari gelasnya.     

"Aku tidak akan menyukainya," dia menjawab dengan sopan.     

"Kau tidak suka?" pria itu bertanya dengan terkejut.     

"Lebih baik aku bersama dengan pria yang menghargai waktu dan melakukan hal-hal penting daripada kehilangan arah pandang." Dia menjawab dengan senyuman. Dia tidak tahu apakah itu karena alkohol tetapi pria itu terlihat tertarik dengan jawabannya.     

"Dan anda adalah Nona…" pria itu menunggu jawaban darinya.     

"Brown. Dorthy Brown," dia memberikan nama palsu, menggunakan nama keluarga dorthy dan corey. Dia tidak tahu tetapi dari caranya tersenyum dan bersikap terlihat baik tetapi terasa tidak benar.     

"Saya Silas Norman." Pria itu memperkenalkan dirinya. Mengapa nama itu terdengar akrab? Melihat dia memegang gelas kosong di tangannya , pria itu mengambilnya, "Maukah kau mengambil segelas yang lain?" dia bertanya.     

Dari sudut matanya dia menyadari seorang wanita lain berdiri di samping Raja. Dia akan minum segelas lagi, dan pemikiran itu membuatnya mengangguk.     

Saat mereka berjalan menyusuri ruangan ke meja di mana gelas-gelas berisi alkohol diletakan Alexander melihatnya. Keningnya berkerut ketika melihat pria yang berdiri di samping Katie. Pria itu adalah anak termuda Raja Norman.     

"Kau tidak mengatakan dari mana kau berasal," Katie mendengar Silas bicara saat menyerahkan sebuah gelas kepadanya.     

"Aku datang dari kerajaan selatan," dia menjawab sambil menatap gelas di tangannya.     

"Betapa aneh bahwa aku datang dari tempat yang sama. Aku belum pernah melihatmu sebelumnya," dia menjawab dan ekspresi wajahnya berubah menjadi masam ketika Katie merasa sebuah tangan melingkar di pinggangnya.     

Dia menengadah dan menatap mata Raja Alexander.     

"Tiga gelas sudah cukup untuk malam ini," dia berkata sebelum mengambil gelas di tangan Katie dan meletakan gelas itu ke meja.     

"Selamat malam Raja Alexander," Silas menyapa tanpa menyembunyikan ketidaksukaannya pada pria di depannya.     

"Malam, Silas. Ayahmu pasti sedang sibuk sehingga mengirimmu ke sini,     

Raja Alexander bicara dengan tenang sambil menarik Katie mendekat padanya.     

"Tentu saja. Lagi pula kami telah memperluas kerajaan," pria itu menjawab sebelum menatap Katie.     

"Merencanakan adalah suatu hal yang baik tetapi tanpa dasar dan sumber daya hanya akan menuju kepada kekosongan. Ayahmu dan dirimu seharusnya tahu tentang hal itu," perkataannya membuat kemarahan muncul dari pria itu.     

"Kau seharusnya melepaskan Nona Brown. Dia sedang menunggu temannya," pria itu berkata membuat Alexander menaikan keningnya sebelum bibirnya naik.     

"Aku yakin Nona Brown tidak akan keberatan jika aku membawanya. Bukan begitu Nona Brown?" dia bertanya sebelum membawanya pergi dari pria itu tanpa sepatah katapun lagi.     

Setelah mereka menjauh dari Silas Norman, Alexander memberikan segelas air.     

"Aku tidak suka wanita di tempat ini. Mereka terlalu menempel," Katie berkata sambil meneguk air dari gelas di tangannya.     

"Tentu saja mereka seperti itu. Sayang sekali aku tidak bisa memutuskan tangan mereka," perkataan Alexander membuatnya tersenyum.     

Raja Alexander dan selera humornya yang gelap, pikir Katie.     

Dia merasa Raja Alexander menariknya mendekat kali ini dengan tangannya di pinggangnya sebelum menunduk untuk mencium lehernya, membiarkan bibirnya untuk beberapa saat daripada hal yang seharusnya sebelum menarik dirinya.     

Pria dan wanita yang sedang sibuk berbincang satu dengan yang lain berhenti untuk melihat kejadian itu. Sebuah gerakan sederhana tetapi Raja Valerian tidak pernah mencium seorang wanita di depan umum dengan begitu intim.     

Banyak dari wajah-wajah di tempat itu menunjukan wajah syok atau terkejut termasuk Silas Norman.     

"Apakah dia pernah mendengarkan?" Elliot bertanya kepada Sylvia yang berdiri di sisi lain ruangan.     

"Kita semua tahu dia tidak. Ini ambil," dia berkata sambil memberikannya sebuah gelas.     

Katie sangat terkejut untuk mengatakan sesuatu. Dia tidak mengharapkan untuk mendapatkan ciuman dari Alexander.     

Apa yang dia pikirkan menciumnya di depan begitu banyak orang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.