Kerajaan Valerian

Rencana Pembunuhan - Bagian 1



Rencana Pembunuhan - Bagian 1

0Mendengar kata-kata Ralph, Katie tertawa berpikir bahwa itu hanyalah sebuah candaan sampai dia melihat sepupunya memasang wajah serius tidak seperti dirinya.     

"Apa kau serius?" dia bertanya dan mencoba untuk berargumen sepupunya, "Aku mengerti bahwa kenyataan adalah kebenaran yang pasti tetapi bagaimana kau bisa mengatakan bahwa Raja Alexander lah yang membuat tubuh-tubuh itu di sana? Bahkan jika dia yang melakukannya dia bukanlah pria yang ceroboh. Dia seorang yang pintar, dan seorang yang pintar tidak akan meninggalkan jejak untuk diikuti,' Dia membela Raja.     

Walaupun dia mempunyai begitu banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Raja Alexander karena dia mempercayai pria yang dia cintai. Dia mempercayai Alexander.     

"Kau benar tapi Katie Raja Silas-" Ralph berkata di mana Katie menginterupsinya.     

"Aku telah mendengar tentang Raja Norman dan Raja Alexander telah berselisih paham sejak lama. Yang satu mencoba untuk mendorong yang lain tetapi aku bisa memastikan bahwa Raja Valeria tidak melakukan apa yang telah kau lihat," Dia menjelaskan dan mengambil pisau dari tangan sepupunya dan meletakannya di meja, "Karena jika hal itu benar dia tidak akan menyelamatkan seorang manusia kecil tiga belas tahun yang lalu dan juga menyediakan perlindungan di tempat tinggalnya."     

"Dia memberikan orang tua kita pemakaman yang benar tepat di kerajaannya. Aku rasa seorang pria yang mempunyai begitu banyak kebencian akan melakukan hal seperti itu. Bukankah kau berpikir seperti itu?" Dia bertanya membuat sepupunya berdiri diam.     

Mempertimbangkan apa yang telah Katie katakan Ralph kemudian berkata, "Jadi kau mengatakan bahwa Raja kerajaan selatan mencoba untuk menjebaknya?" Dan Katie menggelengkan kepala.     

"Tidak. Jika demikian maka dewan akan berada di sini tetapi mereka tidak ke tempat ini. Kelihatannya bahwa mereka mencoba metode untuk menjatuhkan Raja dari barat. Dia mencoba untuk menggunakanmu. Ralph."     

Kelihatannya Raja Silas mencoba untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan mengotori tangan Ralphs. Jika Ralph berhasil dengan pekerjaannya, maka Norman akan bahagia. Jika sepupunya gagal maka mereka tidak rugi apapun.     

Katie mendengar Ralph mendesah dengan kuat sebelum menarik sesuatu dari bawah tempat tidurnya.     

"Apa yang kau lakukan?"     

"Mencoba berpikir diantara kebingungan yang terjadi," Ralph tertawa sebelum merebahkan diri ke atas tempat tidur, "Aku mencoba memikirkan semuanya. Aku merasa Raja Silas telah begitu baik dan dia tidak kelihatan seperti seseorang yang akan menggunakan orang lain untuk kepentingannya tetapi kau ada benarnya."     

"Oh ya, bagaimana Raja Silas tahu kau ada di tempat ini?" Katie bertanya dengan penasaran.     

"Dia hanya mengetahuinya begitu saja," Sepupunya menjawab sebelum menatapnya, "Maafkan aku karena membuatmu panik. Adalah salah mengatakan bahwa Raja Alexander yang melakukannya tanpa bukti," Ralph tertawa sambil menggaruk pipinya.     

"Aku senang kau telah berpikir jernih sekarang," Katie tersenyum sekarang dia menjadi santai.     

"Kedua Raja terdengar mencurigakan bagiku sekarang," Ralph bergumam sebelum memutar badannya di atas tempat tidur.     

"Bisakah kau berjanji untuk lebih berhati-hati ketika kau bertemu dengan dia?" Dia bertanya dengan hati-hati.     

"Raja Silas," Dan Katie mengangguk,"Aku akan berhati-hati, saudariku."     

Adalah salah untuk menyalahkan Norman ketika dia tidak begitu mengenalnya dengan dekat tetapi dari apa yang dia dengar dan coba mengerti, kelihatannya mereka telah menyelidiki sepupunya dan hal itu cukup untuk membuatnya mengikuti jalan untuk balas dendam.     

Merasa lega dengan ketegangan yang telah diuraikan, Katie duduk dekat sepupunya yang sedang berbaring. Apakah vampir dan manusia bisa hidup bersama-sama? Dia berharap mereka bisa hidup berdampingan tetapi mimpinya terasa jauh untuk diraih. Ada kemungkinan bahwa hal itu tidak akan terjadi. Lagipula keduanya berusaha untuk menjadi yang tertinggi dalam rantai makanan tetapi sangat jelas siapa yang mempunyai kelebihan, pikir Katie.     

Dia melihat ke sisinya untuk melihat sepupunya sedang menatap langit-langit ruangan.     

Sepupunya bukanlah pria yang jahat. Dia adalah seseorang yang mempercayai orang sebagaimana yang dia lakukan mempercayai orang lain.     

Sepertinya Ralph harus pergi tengah malam nanti untuk bertemu orang suruhan Silas sebelum melanjutkan rencana mereka, tetapi sekarang dia tidak akan pergi sehingga tidak ada yang perlu di khawatirkannya.     

"Seberapa jauh pekuburan di sini?"     

Dia bertanya, sekarang matanya tertutup sementara tangannya menutupi matanya.     

"Sekitar dua puluh menit berjalan kaki dan lebih cepat jika kita menggunakan kereta," Katie menjawabnya dan bangun dari tempat tidur, "Kau pastilah capek. Pergilah tidur sekarang."     

"Mm. Tentu saja. Terutama dengan hal-hal yang telah aku lihat," Dia berkata sambil bangun dari tempat tidur dan bertanya, "Bagaimana bisa kau begitu mempercayainya?"     

"Terkadang harapan dan keberanian lah yang tertinggal," Dan sepupunya tersenyum, "Selamat malam, Katie."     

"Selamat malam, Ralph," dia membalas, meninggalkan ruangan itu dan saat dia sedang berjalan melalui koridor yang remang-remang, sebuah bayangan melewatinya.     

Manusia hidup dengan vampire tetapi hantu dan bayangan bukanlah sesuatu yang biasanya. Bayangan biasanya disebut sebagai kesialan.     

Sampai dia bertemu dengan kepala pelayan yang sedang memegang lilin dia menghembuskan napasnya yang tidak disadarinya ditahan.     

Martin kelihatan seperti hantu dengan cahaya yang terpantul di wajahnya yang penuh dengan kerutan. Dia berjalan menyusuri ruangan sebelum menghilang di dapur. Saat seperti ini dia bertanya-tanya jika pria tua itu masih hidup. Dia jarang bicara maupun bersuara.     

Berpegangan pada pegangan tangga dia mulai berjalan menaiki anak tangga dengan pemikiran tentang apa yang terjadi di ruangan tamu.     

Dia merasa bersyukur bahwa bibi dan pamannya tidak pernah membedakannya ketika dia datang ke keluarga itu. Dia telah mendapatkan perhatian sama seperti yang didapatkan Ralph ketika mereka tumbuh bersama. Mereka saling menyebut saudara kandung.     

Keluarga Desmond adalah keluarga yang paling baik yang mereka bisa temukan di selatan dan mereka telah melakukan hal yang sama dengan anak-anak mereka. Ralph dan Katie adalah sepupu yang saling melindungi kesalahan satu dengan yang lain ketika yang satunya mengakui kesalahan walaupun dilakukan yang lain.     

Satu tangan di pegangan tangga dan yang lain memegang lilin yang dia ambil di aula. Dia mendengar suara mengeong dari tangga dan melihat Areo menggoyangkan ekornya sambil menatapnya. Tersenyum kepada kucing itu dia menunduk dan mengusap kepala kucing itu dan menerima dengkuran puas.     

Menatap ruangan Raja dia bertanya apakah dia berada dalam ruangan nya ataukah dia telah keluar untuk berjalan-jalan yang biasanya dia lakukan di malam hari.     

Berdiri tegak, dia memutar pegangan pintu kamarnya. Setelah dia masuk ke dalam dia mengambil pisau yang telah dia ambil dari ruangan Ralph beserta dengan sarungnya untuk berjaga-jaga. Melepaskan dari sarungnya dia melihat ke arah pisau hitam dengan ujung berwarna abu-abu. Dia tidak pernah melihat hal seperti itu sebelumnya dan pisau itu kelihatan bukanlah pisau biasa.     

Ketika dia menaikan tangan untuk mencoba ketajaman pisau itu dia mendengar suara seseorang di ruangannya.     

"Hati-hati dengan benda itu atau kau akan melukai jarimu,"     

Dia mendongak dan melihat Raja Alexander dengan Areo yang duduk di samping kakinya.     

"Raja Alexander..." Dia membisikan namanya. Dia telah memutuskan untuk membuang pisau itu sehingga tidak ada seorangpun yang bisa menemukannya atau menggunakannya tetapi mata Raja menatap pisau itu sambil menimbang-nimbang benda yang ada di tangannya.     

"Apa yang sedang kau lakukan dengan pisau di tanganmu?" Raja bertanya sambil berjalan menuju arahnya.     

"Aku hanya melihatnya," Dia menjawab ketika Raja berdiri tepat di depannya. Mengambil pisau di tangannya, dia menyentuh sisi pisau itu.     

"Hmmm, pisau yang baik tetapi tidak cukup baik," Alexander berkata pada dirinya sendiri sebelum bibirnya tersenyum, "Dan di sini aku berpikir bahwa tidak ada hal yang lebih baik untuk mati di tanganmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.