Kerajaan Valerian

Ikatan Darah - Bagian 3



Ikatan Darah - Bagian 3

0Selesai makan malam Ralph mengucapkan selamat malam kepada Katie dan mengatakan bahwa dia akan keluar pagi sekali besok dan akan kembali pada malam hari.     

Melihat Ralph berjalan menyusuri koridor dan menghilang di salah satu ruangan tamu Katie berjalan kembali ke ruangannya     

Pagi harinya, Katie bangun kesiangan karena dia tidak mempunyai pekerjaan hari itu. Dia telah merencanakan untuk menghabiskan waktu dengan sepupunya tetapi sekarang dia telah pergi ke kota sehingga dia memutuskan untuk mengunjungi kuburan keluarganya.     

Melihat Raja Alexander di aula dengan Martin, dia menyapa mereka berdua     

"Selamat pagi Raja Alexander. Selamat pagi Martin."     

"Selamat pagi Nona Welcher. Permisi," dan Martin masuk ke dalam.     

"Selamat pagi, Katie. Berencana untuk pergi ke luar?" Raja Alexander bertanya kepadanya dan dia berbalik menatapnya.     

"Ah-benar. Aku akan pergi mengunjungi pekuburan"     

Raja Alexander menyuruh Samuel yang sedang lewat untuk menyediakan kereta.     

"Tidak perlu," Katie berkata dengan cepat, "Aku bisa berjalan ke sana. Aku tidak perlu kereta."     

"Gadis bodoh, aku akan menemanimu ke sana."     

"Mengapa? Apa kau punya keluarga di sana juga?" dia bertanya membuat Alexander tersenyum.     

"Aku tidak akan mengatakan keluarga. Seperti seseorang yang aku kenal di masa lalu, seorang teman. Aku telah berencana untuk mengunjungi nya tetapi tidak menemukan waktu luang," Alexander menjawab dan Katie mengangguk     

Setibanya di kuburan Katie memberikan penghormatan kepada orang tuanya, paman dan bibi. Mengetahui bahwa dia akan datang kembali dengan Ralph dia membuat percakapan singkat dan berbalik untuk melihat Raja berdiri di depan salah satu nisan sebelum berjalan menghampiri Katie.     

Dalam perjalanan kembali Katie berkata,     

"Raja Alexander?"     

"Ada apa?" dia berkata sambil memalingkan pandangan dari luar ke depan gadis yang duduk dengannya.     

"Siapa orang yang kau kunjungi barusan?" Dia bertanya dengan rasa ingin tahu tetapi melihatnya tidak menjawab dia berkata, "Kau tidak perlu menjawab jika kau tidak ingini."     

"Ketika aku masih kecil. Aku berteman dengan seorang rakyat jelata seumuranku. Dia anak yang sangat kurus," Dia melihat Alexander tersenyum saat membicarakannya, "Aku meminta Martin untuk memberikannya makan setiap kali dia datang ke istana dan tidak sampai dua bulan dia berubah menjadi anak yang gemuk. Keluarganya sangatlah miskin, tanpa ibu dan ayah yang sakit."     

"Dia pada awalnya pemalu tetapi kemudian dia berubah. Aku seharusnya menyadari hal itu tetapi emosi membutakanmu," Dia terkekeh," Manusia selalu berubah menjadi rakus."     

"Apa yang terjadi?" Dia bertanya dengan suara pelan.     

"Anak itu dibayar dengan memberikan informasi tentang keluargaku, mencoba untuk menjualnya ke seseorang tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dia lakukan. Itu adalah hal yang tidak akan aku toleransi. Hal itu membahayakan keluargaku dan aku membunuh anak itu," Dia mendengar Alexander mendesah.     

Dia membunuh anak kecil itu? Dia tidak tahu harus berkata apa.     

"Itu adalah saat dimana kebencianku terhadap manusia muncul. Aku tidak mempercayai anak-anak Adam karena pada akhirnya mereka rakus dan hanya mementingkan dirinya sendiri," Suaranya menjadi begitu dingin untuk sesaat dan untuk beberapa saat Katie menjadi khawatir.     

Melihat wajah Katie, Alexander mengangkat tangannya dan mengambil beberapa helai rambutnya dan meletakkannya di belakang telinga.     

"Kau terlihat ketakutan," dia berkata sambil condong kedepan, "Kau tidak seperti itu sehingga kau tidak perlu memikirkan hal itu, aku tidak akan pernah menyakitimu," Suaranya berubah menjadi sebuah bisikan dan dia mencium gadis itu.     

Ketika Alexander menggigit bibirnya membuatnya meringis sehingga dia menarik jaket Alexander. Setelah beberapa detik, dia menarik kembali untuk melihat nafasnya terasa berat.     

Katie merasa ibu jari Raja menyentuh bibir bawahnya yang digigit barusan sebelum menciumnya lagi, kali ini lebih lama.     

Dia menyadari bahwa mereka telah sampai di istana ketika Raja Alexander membukakan pintu kereta.     

Malam harinya dia mengunjungi Ralph di ruangannya yang sedang duduk di salah satu kursi dan menatap pada kekosongan. Dia terlihat kelelahan dengan perjalanan jauh.     

"Ralph?" dia memanggil tetapi sepupunya tidak mendengar, "Ralph?" dia memanggil sekali lagi dan kali ini matanya langsung memandanginya     

"Kate, kapan kau masuk?" Dia menegakan dirinya.     

"Aku baru saja sampai. Bagaimana perjalananmu ke kota? Kau terlihat sangat diam sepanjang makan malam," Katie berkata dan mendengarnya mendesah.     

"Duduk," Dia berkata dan Katie mengikuti arahannya.     

"Ada masalah apa? Kau membuatku takut," Dia bertanya. Semalam dia sangat bahagia tetapi sekarang dia kelihatan gugup dan tegang saat menggerakkan kakinya ke lantai.     

"Aku menemukan siapa di balik pembantaian, yang membunuh kedua orang kita yang menolong para penyihir," Ralph berkata sambil memegangi rambutnya," A-aku pergi ke kota untuk menemui Silas Norman dan ketika kami mengobrol dia mengatakan fakta yang tidak diberikan oleh dewan"     

"Siapa itu Ralph?"     

"Dia adalah Raja Valerian."     

Mendengar hal ini jantung Katie berhenti, "Apa? Tidak. Hal itu tidaklah benar. Itu hal yang konyol!" Dia menyangkal tetapi Ralph menggelengkan kepalanya.     

"Aku tahu itu kedengaran bodoh tetapi itu adalah kebenarannya. Pada awalnya aku tidak ingin mempercayainya tetapi apa yang akan di dapat Raja Silas dari berbohong?"     

"Raja Silas pastilah berbohong. Raja selatan penuh dengan kebohongan."     

"Dan bagaimana kau tahu tentang itu?" Ralph bertanya dengan mengerutkan wajahnya     

"Karena aku mengetahuinya. Raja Alexander dan Elliot telah mengatakan hal-hal tentang dia."     

"Dan bagaimana kau tahu mereka tidak memberikan kebohongan padamu? Aku tahu kau menyukai pria itu tetapi tolonglah berpikir tanpa hal itu. Raja Norman mencoba untuk membagi manusia dari vampir karena dia ingin menyelamatkan mereka. Apa kau tahu begitu banyak tubuh ditemukan mati dengan leher mereka patah. A-aku melihat mereka sebelum datang ke sini, tubuh-tubuh yang dibuang tanpa perasaan di hutan Valeria. Semua merujuk padanya."     

"Apa maksudmu?"     

"Bertahun-tahun yang lalu ibu Raja Alexander dibunuh oleh manusia oleh karena dicurigai sebagai penyihir kegelapan tetapi dia bukan penyihir. Apa kau pikir dia punya rasa belas kasihan kepada kita? Dia telah berkonspirasi melawan semua manusia bersama dengan penyihir dengan menolong pembantaian terjadi."     

"Dia tidak akan pernah melakukan hal itu Raja Alexander dan lainnya tidak seperti itu. Pastilah ada kesalahpahaman karena mereka menolong dewan untuk menangkap para penyihir yang - "     

"Mengatasi beberapa penyihir yang tidak penting bukanlah hal yang sulit baginya. Hal itu tidak membuat perbedaan ketika kau mengambil beberapa tetes dari laut. Vampir telah makan dari manusia dan membuang mereka seolah-olah mereka itu hanyalah sebuah benda. Mereka yang telah mati seharusnya dikuburkan dengan benar. Mengapa begitu banyak tubuh berada di sana kalau begitu? Mengapa dewan tidak mengambil tindakan? Dia bukanlah orang yang kelihatannya. Kita hanyalah boneka." Dia kemudian berbisik, "Dia mencoba untuk menyatukan seluruh kerajaan di bawah naungannya dan dia tidak akan berhenti. Dia membuat ibunya terbunuh demikian juga ayahnya, Katie. Tanpa ampun," Suaranya bergetar dan Katie memeluknya.     

Dia terlalu kaget dengan apa yang dikatakan sepupunya. Apakah hal itu benar? Apakah Raja Alexander telah membunuh keluarganya?     

Dia mencoba mengingat kejadian-kejadian yang terlihat mencurigakan tetapi tidak ada yang aneh. Tetapi kemudian dia menyadari sesuatu dan merasa tidak lagi menginjak tanah     

Tidak...tidak benar tetapi kenyataan berada di sana.     

Malphus. Raja Valeria telah menghidupkan kembali orang mati, hantu yang hidup dimana orang bisa melihatnya lagi. Tidak ada orang yang bisa melakukan hal itu kecuali seorang penyihir. Dia telah membantu seorang penyihir.     

Jika perkataan Ralph benar maka dia tidak tahu apa yang harus di lakukannya lagi. Lebih keras dia berfikir maka lebih gemetar tangannya. Dia memberikan hatinya kepada pria yang telah membunuh keluarganya tanpa rasa belas kasihan.     

"Ralph…" dia berbisik sambil menatap sepupunya yang matanya telah berubah merah karena menahan air matanya.     

"Raja Silas berkata bahwa dia akan menolong kita keluar dari sini. Aku tidak bisa membiarkan pembunuh hidup dengan tenang tanpa melakukan apapun." dia menyatakan sambil berjalan menuju sebuah tas yang terletak di bawah tempat tidur, "Raja Alexander menyukaimu dan penjagaannya akan diturunkan dimana adalah hal yang baik untuk kita. Aku ingin kau menolongku dengan sesuatu."     

"Apa?" Dia bertanya merasakan jantungnya berdebar begitu kencang sehingga dia bisa merasakan detakan di telinganya saat melihat benda yang berada di tangan Ralph.     

"Kita harus membunuhnya," Ralph berkata sambil meletakan sebuah pisau pendek berwarna hitam di tangannya membuat keningnya terangkat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.