Kerajaan Valerian

Kebohongan - Bagian 1



Kebohongan - Bagian 1

0"Kau juga dapat melihatnya?" Katie bertanya dengan berbisik.     

"Tentu saja aku bisa. Aku tidak buta. Dan kelihatannya seekor serangga telah menempel padamu," Raja Valerian menjawab dengan tajam sambil menatap hantu yang berdiri di samping Katie, "Siapa kau?"     

"Maafkan atas ketidaksopanan-ku, Tuanku Raja," Malphus membungkukkan kepalanya, "Namaku Malphus Crook yang berasal dari sebuah desa yang biasanya aku tinggal di dekat dengan perbatasan daerah Kerajaan Barat dan Kerajaan Selatan."     

"Biasanya?" Alexander menatap pria bernama Malphus dengan seksama.     

"Ya, tetapi sayang sekali aku tidak bisa menemukannya. Kelihatannya tempat itu kosong dan yang ada hanyalah pepohonan dan rerumputan atau mungkin aku yang salah arah," pria itu memberikan ekspresi bermasalah.     

Jika Alexander benar maka desa yang dimaksudkan pria itu adalah tempat di mana Katie dan kedua orang tuanya tinggal sebelum pembantaian terjadi beberapa tahun yang lalu. Setelah kejadian itu, Alexander telah memerintahkan untuk mengubur semua penghuni di satu tempat.     

"A-Apakah desa itu…" Katie kehilangan kata-kata saat mendengar perkataan pria itu.     

"Hmmm? Malphus menatap Katie dengan pertanyaan terpancar di wajahnya.     

"Apa kau tahu saat kau meninggal?" Raja bertanya padanya.     

Malphus berdiri diam, dia mencoba mengingat apa yang terjadi. Ketika dia terbangun setelah lama tertidur dalam kuburan dia tidak dapat mengingat apa-apa kecuali Namanya yang tertera di batu nisan. Dia tidak mempunyai semua ingatannya, sebagian besar terhalang seperti kabut dan ketika hari berlalu dia hanya mengingat potongan-potongan kecil.     

Áku sedang berjalan melalui hutan di malam hari saat segerombolan manusia setengah vampire menyerangku. Aku mencoba untuk membela diri tetapi terlalu banyak dari mereka dan salah satu dari mereka melukai perutku. Aku mencoba untuk melarikan diri dan kembali ke desa tetapi ada lebih banyak dari mereka. Hal itu bukanlah hal yang mengejutkan," Malphus berkata dengan wajah muram, "Ada seseorang yang berdiri di ujung desa – seorang wanita berdiri di sana dan melihat pria dan wanita dibantai. Aku tidak tahu apa yang terjadi sesudahnya."     

"Bisakah aku tahu alasanmu mengikuti Katherine walaupun sebenarnya kau bisa pergi ke mana saja?" Alexander bertanya dengan tenang dan Katie yang menjawabnya.     

"Maafkan saya, Raja Alexander. Itu adalah kesalahanku sehingga Malphus bagun dari kuburnya. Jika aku tidak membuat keributan saat membersihkan kuburnya, dia pasti masih beristirahat," ada penyesalan di nada bicara Katie.     

Dia tidak pernah bermaksud untuk membangungkan orang mati, lagipula dia tidak tahu jika hantu bisa bangkit. Dia memandang Alexander yang sedang berpikir sebelum akhirnya berkata, "Katie bisakah kau mengambil sebuah kunci yang terletak di laci kedua lemari kecil di sebelah tempat tidurku?" Mengangguk, Katie meninggalkan ruangan.     

"Aku belum mendapatkan jawaban tentang pertanyaanku sebelumnya," Raja mengingatkan hantu itu.     

"Gadis itu yang membangunkanku, sehingga dia bisa melihat dan mendengarkanku. Tidak ada seorangpun yang bisa aku ajak bicara walaupun aku dikelilingi oleh orang lain. Aku tidak tertarik padanya dan aku tidak bermaksud membahayakannya," Hantu itu membuat tanda salib di dadanya.     

"Jika mendapatkan teman adalah kebutuhanmu maka aku akan membuat mimpimu menjadi kenyataan," perkataan Raja Valerian menimbulkan harapan di mata pria itu, "Tetapi tidak ada hal yang gratis."     

"Tetapi bagaimana?"     

"Aku punya caraku sendiri," kata Alexander dengan tenang.     

Tentu saja, Pikir Malphus. Pria di depannya bukanlah orang biasa. Dia adalah seorang Raja dan kelihatannya ada lebih banyak yang ada padanya daripada yang dia tunjukan. Beberapa hari yang dihabiskannya di sekitar istana, dia bisa mengerti mengapa Katie telah jatuh cinta dengan Raja.     

Tetapi tawaran yang diberikan kepadanya lebih dari menggoda, untuk dapat dilihat dan didengar lagi adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Untuk menjadi bagian dari kehidupan daripada dunia yang sepi sekarang.     

"Apa penawaranmu?" dia bertanya dengan hati-hati.     

"Kau bisa bicara dengan mereka yang hidup tetapi tidak boleh menyentuh mereka dan menghilang seperti yang kau lakukan sekarang." Pria ini menakutkan, pikir Malphus.; dia adalah hantu dan dia tidak merasa perlu untuk mengecek lingkungan sekitarnya, tetapi pria ini tahu apa yang harus dilakukannya, "Sebagai gantinya, kau akan bekerja untukku. Satu hal lagi. Aku tidak ingin kau berada di sekitar Katherine tanpa tujuan seharian kecuali ketika dia pergi ke kota sendirian atau aku memintamu untuk menemaninya."     

"Oh, aku tidak akan bersikap seperti itu Raja Alexander. Aku tidak akan menjadi orang ketiga juga," dia menundukan kepalanya dengan patuh.     

"Bagus. Gagal untuk mengikuti semua ini maka kau akan kembali tidur secara abadi. Apa sudah jelas?" Raja Valerian membuat pria itu mengangguk; dan pada saat bersamaan Katie mengetuk pintu.     

"Dengan jelas," Malphus menjawab dan menghilang.     

"Aku tidak bisa menemukan kunci di laci," Katie berkata saat masuk ke dalam ruangan dan Malphus tidak ada di mana saja.     

"Aku pasti salah menempatkannya. Bagaimana perasaanmu hari ini?" Alexander bertanya padanya sambil berdiri dari tempat duduk dan berjalan mendekatinya.     

Katie merasakan jemarinya menyentuh pipinya dengan wajah yang serius yang kemudian berubah menjadi sebuah senyuman ketika mata mereka bertemu     

"Sudah lebih baik," jawab Katie dengan senyuman, "Terima kasih karena telah memberikanku hari libur."     

Dia mencondongkan badannya kepada Alexander saat dia melangkah mendekat dan mencoba untuk menciumnya ketika Alexander bicara.     

"Maukah kau makan malam denganku?" Alexander bertanya dan meraih tangannya dan berjalan keluar dari ruangan.     

"Apakah dia hanya membayangkan bahwa Alexander menolaknya ketika dia mencoba untuk menciumnya? Dengan menutupi kekecewaan di wajahnya dia menjawab,     

"Um – aku tidak tahu jika itu akan menjadi hal yang baik," dia menjawab sambil menatap Alexander. Seorang pelayan yang makan malam bersama dengan Raja di aula akan membuat gosip yang tidak perlu.     

"Jangan khawatir, kita akan makan di balkon di ruanganku," Alexander menjawab seolah-olah tahu apa yang ada di pikirannya. Dia memanggil kepala pelayan yang sedang berdiri di bawah tangga untuk memerintahkan makan malam di bawa ke ruangannya.     

Ketika makanan telah tiba, mulut Katie menjadi berair ketika melihat menu yang disajikan. Setelah selama ini dia hanya membantu menyiapkan dan melayani mereka. Katherine dan Alexander duduk berhadapan di mana sebuah meja kecil diletakan di luar balkon.     

Daisy lah yang membawakan mereka makanan dan melihat Katie dia tersenyum sebelum menganggukan kepalanya. Ketika wanita itu pergi meninggalkan mereka berdua, Katie memandangi gelas ramping yang berisi minuman yang menyerupai minuman yang dimilikinya selama mereka mengunjungi teater malam.     

"Aku meminta Martin untuk mendapatkan anggur ini oleh karena kau kelihatan sangat menikmatinya saat kau meminumnya," perkataan Alexander membuat Katie menatapnya dengan curiga , "Ada apa?"     

"Mn, kau selalu saja tahu apa yang aku pikirkan. Apa kau punya kemampuan untuk membaca pikiran?" dia mendengar Alexander tertawa oleh karena kekhawatiran di nada bicaranya.     

"Tidak sayangku. Tentu saja tidak. Ini hanyalah tentang sudut pandang, sadar dengan keadaan dan orang-orang di sekitar," dia menjawab dengan senyuman terkesan, "Mengapa kau khawatir jika aku akan membaca isi pikiranmu?"     

"T-Tidak tidak!" Katie menjawab dengan cepat sambil mengambil gelas anggur dan meminum seisi gelasnya. Menggunakan garpu dia mengambil salad dari piringnya sebelum memasukannya ke dalam mulutnya.     

"Aku hanya ingin tahu mengapa kau tidak memberi tahu tentang hantu yang mengikutimu," dia mendengar Alexander bicara saat dia memotong daging dari sebuah piring besar dan memberikannya padanya.     

"Aku tidak memikirkannya," dia menjawab dengan jujur, "Mengapa kau tidak mengatakan padaku bahwa kau bisa melihatnya?" dia memiringkan kepalanya.     

"Kelihatan lucu dan pada akhirnya aku melakukannya," Alexander menjawab sambil mengisi kembali gelasnya dan melihat Katie tidak menyentuh daging di piringnya.     

"Bisakah aku bertanya sebuah pertanyaan?"     

"Kau bisa bertanya lebih dari sekali," dia menjawab dengan menarik.     

"Bagaimana kau bisa melihatnya? Maksudku dengan apa yang aku lihat dia Selalu berjalan melewati orang-orang dan tidak ada yang menyadari kehadirannya," Katie bertanya dengan keingintahuan seorang anak.     

"Aku juga bertanya pada diriku sendiri. Ini adalah pertama kalinya aku melihat seorang hantu dan semuanya oleh karena kau. Aku tidak ingin kau membersihkan kuburan. Jika kau merasa kurang pekerjaan, aku bisa meminta Martin untuk menambahkan pekerjaan untukmu," dan mata Katie terbuka lebar.     

"Aku tidak akan melakukannya," dia menjawab dengan cepat. Hal yang terakhir yang ingin dilakukannya adalah hantu yang lain mengikutinya.     

Raja Valerian menatapnya dengan pandangan puas dan melanjutkan makan di bawah cahaya bulan. Dia adalah seorang Raja dan dia yang melayani dan menuangkan anggur di gelasnya.     

Dia terlalu baik padanya, pikir Katie.     

Dia telah mengatakan bahwa dia tidak akan menyentuh wanita yang lain selama dia berada di sana tetapi dia tidak ingin mengganggu keinginannya untuk menghisap darah. Dia telah membaca buku-buku tentang bagaimana vampire sangat menikmati minum darah segar daripada darah yang telah disimpan. Bibinya telah mengatakan padanya darahnya kurang oleh karena kuku dan telapak tangannya begitu pucat. Dia tidak peduli jika Raja mengambil darahnya tetapi dia terlalu malu untuk mengatakan soal hal itu.     

"Ngomong-ngomong aku telah menerima kabar tentang keberadaan sepupumu," perkataannya membuat Katie langsung menatapnya, "Tinggi, dengan rambut coklat kemerahan?"     

Katie mengangguk dengan cepat, "Di mana dia? Apakah dia baik-baik saja? Bisakah aku pergi menemuinya?" dia bertanya dengan cemas.     

"Dia baik-baik saja. Oliver menemukannya di kerajaan timur dan akan membawanya ke sini dalam beberapa hari lagi," Alexander dapat melihat kebahagiaan muncul di wajahnya setelah mendengar perkataannya.     

"A-aku…terima kasih," Matanya berkaca-kaca dengan kebahagiaan.     

Dia sangat senang mendengarnya. Satu-satunya keluarganya yang masih hidup dan berada di tempat aman. Dia tidak bisa menunggu untuk menemuinya.     

Katie sebenarnya ingin mengunjungi temannya Annabelle tetapi sekarang Raja Alexander telah memberikan kabar baik tentang sepupunya, dia harus menunda rencananya.     

Alexander sangat senang karena dia telah mengambil keputusan untuk mengirimkan gadis itu tinggal dengan keluarganya ketika di masih kecil. Dia telah membicarakan tentang keluarganya dengan penuh kasih sayang. Membuatnya tinggal di istana sejak masih kecil akan membuatnya berubah menjadi orang lain. Dirinya Sekarang sudah sempurna. Gadis di depannya membuatnya penasaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.