Kerajaan Valerian

Pemalas - Bagian 1



Pemalas - Bagian 1

0Raja Alexander duduk di sebuah kursi berwarna abu-abu yang nyaman di depan perapian yang menyala sementara membaca dokumen yang diberikan anggota dewan kemarin.     

Mathias adalah informannya ketika datang kepada semua laporan yang terjadi di sidang para dewan. Alexander tidak mempercayai seorangpun. Dia mempercayai pria itu oleh karena Alexander yang memberikannya pekerjaan itu dan pria itu sangatlah setiap adanya sampai sekarang.     

Adalah hal yang berbeda bagi pria itu karena dia waspada dengan Raja, mengetahui apa yang bisa dilakukannya pada orang yang tidak setia. Sangat sedikit, seperti manusia yang adalah Raja dari selatan, yang berani untuk berada di sisi buruk Raja dari Valeria.     

Para bawahannya telah memberikan laporan tentang kemungkinan Raja Norman berasosiasi dengan beberapa penyihir hitam. Kelihatannya dia harus pergi dan menghadiri pertemuan dengan dewan.     

Areo mengeong. Ruangan yang diterangi dengan perapian, bayangan dari seekor kucing bisa terlihat berjalan ke arah tuannya dan ukuran tubuhnya berubah menjadi seekor Panther hitam besar. Kucing itu berbaring dekat dengan kaki Alexander, mendengkur dengan pelan sambil menggosokkan kepalanya ke kaki tuannya untuk mendapatkan perhatian dari Alexander.     

"Kau bertumbuh begitu besar dan kau bersikap manja," Alexander berkata sambil meletakan dokumen di meja dan dengan lembut menggosok dagu kucing itu dengan kaki telanjangnya dan mendapatkan desahan puas dari Areo.     

Kucing Itu adalah hadiah dari ibunya ketika dia masih kecil. Seekor Panther hitam besar yang disamarkan sebagai hewan kecil tidak berbahaya. Seekor kucing yang akan menjadi senjata mematikan saat dia membutuhkannya. Di masa lalu, ketika ibunya meninggal, beberapa mencoba untuk membunuhnya. Beberapa yang mengaku sebagai keluarganya, adalah orang-orang yang bertanggung jawab dengan kematian Ibunya.     

Saat dia bertumbuh dewasa, dia membunuh setiap orang yang dari mereka, memberikan kematian yang menyakitkan dengan cara yang lebih parah daripada yang dialami ibunya.     

Dia menutup matanya saat mengingat masa lalu dan dia tersenyum. Tidak ada yang lebih memuaskan daripada darah di tanganmu oleh karena balas dendam, pikirnya.     

Kucing itu terus mendengkur dan dia bertanya-tanya apakah Areo baru saja kembali ke istana setelah berburu makanan di hutan.     

Mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dia tertawa pelan, membuat kucing itu mengangkat wajahnya dan menatap tuannya sebelum meletakan lagi kepalanya di lantai.     

Katherine.     

Pemikiran tentangnya membawa cahaya di matanya.     

Beberapa wanita yang menemaninya sangat membosankan, beberapa bersifat somboy dan beberapa lagi pemalu; tetapi dia tidak peduli saat membuka kepura-puraan mereka dan mendorong mereka seolah-olah mereka hanyalah debu.     

Dia telah menikmati malam di teater sementara duduk di sampingnya saat drama dimulai. Reaksi gadis sangatlah terbuka dan tidak dibuat-buat, membuatnya seperti membaca buku favoritnya.     

Dia senang bahwa dia telah meminta seorang penjahit untuk membuatkan gaun bagi gadis itu. Penjahit itulah yang membuatkan gaun Sylvia. setelah apa yang terjadi di rumah Weaver, Alexander merasa ragu untuk mengirimkan Katie ke kota sendirian. Alexander sendirilah yang merekomendasikan model untuk gaun itu beberapa minggu yang lalu : membuang kawat berbentuk kandang dan menggantinya dengan kain berlapis. Warna dan gaun itu sangat cocok dengannya.     

Dia tidak bermaksud untuk mencium gadis itu tetapi melihatnya sangat senang menghabiskan waktu dengan pria lain di teater membuatnya gelisah. Jika bukan karena dokumen yang dia inginkan dari Tuan Barton dia pasti akan menolak undangan anak perempuannya dan akan membawa Katie bersamanya.     

Tetapi dia berakhir menjadi pasangan Quill Travers. Tidak seperti saudari dan ayahnya dia tahu bahwa pria itu tidak mempunyai niat yang jahat, namun, dia adalah seorang pria. Dan di akhir malam itu telah jelas bahwa kupu-kupu telah menarik perhatian pria muda itu.     

Raja Alexander telah mengetahui bahwa Katie menunjukan rasa ketertarikan ketika dia menginjakan kaki di istana pada saat perayaan musim dingin. Tidaklah sulit untuk mengetahui ketika seorang wanita tertarik padanya.     

Ketika waktu berlalu dia telah menggodanya walaupun Elliot akan memberikan wajah tidak setuju; bukan karena dia membutuhkannya. dia biasanya melakukan apa yang diinginkannya. Wajah gadis itu akan memerah dan itu membuatnya tertawa. Itu adalah hal yang menyegarkan.     

Melihat pipinya merona ketika mendengar perkataan seorang pria dan hal itu mengejutkannya. Membuat perasaan cemburu muncul – sesuatu yang tidak disadarinya akan dirasakannya, terutama mengenai gadis itu; yang adalah seorang manusia.     

Kucingnya telah menuntun gadis itu ke ruangannya, tepat di saat yang dia inginkan, dan meninggalkan mereka sendirian.     

Dia hanya bermaksud untuk mencium gadis itu sekali saja tetapi dia tidak bisa berhenti. Bibirnya terasa sangat lembut, hangat dan manis saat dia menciumnya. Giginya telah menggigit bibir gadis itu membuat luka kecil berdarah dan itu adalah hal yang sangat diinginkannya sejak saat itu.     

Ketika dia berhenti dia menyadari bahwa tatapan yang diberikan gadis itu adalah sesuatu yang tidak ingin orang lain melihatnya, hanya dia yang boleh melihat dan menyentuhnya.     

Ketika dia membangun jaring laba-laba dengan hati-hati agar kupu-kupu itu bisa ditangkap dan kemudian dia mengira dia telah memiliki gadis itu, gadis itu malahan bicara tentang pria lain tepat setelah mereka berciuman.     

Dia tidak bermaksud untuk menyakitinya tetapi gadis itu bersikeras bahwa dia hanyalah seorang pelayan dan harus pergi ke kamar pria lain sementara ada begitu banyak pelayan lain yang bisa dilakukan hal yang sederhana. Itu sangat disesalkannya, sehingga dia marah dan diminta gadis Itu keluar dari ruangan kamarnya.     

Senang bahwa semuanya berjalan dengan baik pada akhirnya, dia berdiri dari tempat duduknya dan pergi tidur.     

Ketika Katie terbangun keesokan harinya, dia meregangkan dirinya di atas tempat tidur sebelum bangun. Ketika dia melihat jam di dinding matanya terbelalak. Dia terlambat tiga jam untuk bekerja!     

Meloncat dari tempat tidur, dengan terburu-buru dia membuka lemari untuk mengambil pakaiannya. Ketika dia berjalan menuju ke kamar mandi dia melihat sebuah amplop yang diletakan di meja sebelah tempat tidurnya dengan tulisan 'Katherine'. Berjalan mendekatinya dia mengambilnya dan membuka amplop itu untuk membacanya.     

"Katherine sayang,     

Karena kita pulang tengah malam, aku telah memberitahu Martin bahwa kau akan bekerja terlambat hari ini.     

dan di bawah surat itu tertera nama Alexander."     

Dia mendesah dengan senang. Setidaknya dia tidak akan dimarahi.     

Hari itu Katie diminta untuk meletakan beberapa kotak di atas loteng. dia tidak menyukai loteng itu. Tempat itu gelap dan sunyi dengan kadal dan serangga dan juga tangga yang panjang dan sempit.     

Masih mengingat kejadian tadi malam, dia tersenyum pada dirinya sendiri. Meletakan kotak-kotak itu, dia berjalan melalui ruangan itu dan mendengar suara batuk membuatnya berbalik dan melihat ke arah suara berasal.     

"Siapa di situ?" dia bertanya pada ruangan yang sepi itu tapi tidak seorang pun yang menjawab. Menarik nafas panjang dia berjalan ke arah suara itu tetapi tidak ada seorang pun yang ditemuinya.     

Meletakan kotak terakhir dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu dia mendengar suara bisikan,     

"Di belakangmu."     

Walaupun ketakutan dia membalikkan tubuhnya untuk melihat seseorang berlari melalui dua lemari besar, dan seragam pelayan menghilang di balik bayang-bayang. Siapapun itu menghilang ketika dia sampai di tempat itu.     

"Setidaknya itu bukanlah hantu," dia mendesah.     

"Makhluk hidup lebih menakutkan dibandingkan dengan kami," dia mendengar suara yang sama bicara dengannya. Seolah-olah ada seseorang yang berdiri di sampingnya. Dia merasa bulu kuduknya berdiri .     

Dengan cepat dia berlari menyusuri tangga dan melihat ke arah belakang bahwa tidak ada seorangpun yang mengikutinya.     

"Ups!" dia bertabrakan dengan seseorang, "M-maaf," dia meminta maaf.     

"Jatuh tepat di tanganku," perkataan Alexander hanya didengarnya dengan tangannya yang melingkar di pinggannya, dan dia melangkah mundur dengan pipi merah merona.     

"Putri Katie!," Elliot menariknya dan memeluknya dan pria itu membelalakan matanya kepada Raja sebelum kembali menatap Katie dan tersenyum, "Selamat ulang tahun."     

"Terima kasih, Elliot."     

"Katie," Sylvia memberikannya sebuah kotak kecil yang diikat dengan pita, "Ini baru saja tiba tepat waktunya. Selamat ulang tahun," wanita itu mengucapkan dengan sepenuh hati.     

"Ini sangatlah merepotkan," Katie berkata saat Sylvia meletakan hadiah itu di tangannya.     

"Kau tidak perlu merasa rendah diri. Setiap orang pantas untuk mendapatkan sebuah hadiah. Jika saja Raja Alexander mengatakan lebih cepat maka kita bisa merayakan hari ulang tahunmu," Sylvia menatap Alexander dengan alis yang dinaikan.     

"Itu adalah kesalahan Martin," Raja Alexander berkata dan melihat kepada kepala pelayan yang berdiri tidak jauh dari mereka, "Bukan begitu, Martin?"     

"Itu adalah kesalahanku, maafkan karena tidak memberitahukan hal itu sebelumnya," jawab pria itu dengan serius dan membungkukkan kepalanya.     

"Dia akan setuju dengan apapun yang dikatakan Alex," Elliot menggelengkan kepalanya dan menarik tangan Katie, "Ikut denganku. Aku juga punya hadiah," sambil menariknya menjauh dari kedua orang itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.