Kerajaan Valerian

Putar Arah – Bagian 4



Putar Arah – Bagian 4

0Dia meninggalkan anak laki-laki itu yang menangis penuh terima kasih dan mengucapkan semoga beruntung sebelum dia pergi.     

Ketika melihat pengendara kereta dengan cepat dia menghampiri.     

"Tunggu!" dia memanggil kusir tepat pada waktunya, "Berapa yang harus kubayar untuk sampai ke istana?" dia bertanya.     

"Dua puluh lima shiling nona," jawab kusir membuat keningnya mengerut.     

"Bukankah harganya lima belas shiling?"     

"Kau tahu bayaran kereta lebih mahal di sore hari daripada siang hari? Sekarang kau tahu, apakah kau punya dua puluh lima shiling atau tidak?" kusir bertanya membuat Katie tersenyum lucu.     

Tenggelam dalam emosi dia telah memberikan semua uangnya kepada anak laki-laki yang tadi kecuali lima belas shiling dan kusir mengatakan dia harus membayar dua puluh lima.     

"Apa yang membuatmu lama?"     

"Ayo jalan!"     

Para penumpang di kereta mulai bertanya membuatnya mendesah, "aku tidak punya cukup uang," dan kusir menarik kekang kuda dan kereta berjalan meninggalkannya.     

Matahari sudah mulai tenggelam ketika dia mulai berjalan. Jika dia bisa berjalan cepat maka dia bisa sampai di istana sebelum makan malam.     

Adalah sebuah keberuntungan bahwa Caviar telah keluar istana untuk mengurus sesuatu dan melihatnya berjalan di sisi jalan sendirian sehingga dia berhenti secara mendadak dengan ekspresi terkejut. Dalam perjalan Katie menceritakan hal yang terjadi dan Caviar sambil tertawa menyebutnya gadis bodoh karena tidak menyimpan uang yang cukup untuk keadaan darurat dan dia hanya bisa menjawab dengan 'terserah'.     

Ketika mereka tiba di istana, Caviar menghentikan kereta dan disambut oleh raja Alexander yang berdiri di depan pintu dengan wajah tanpa emosi.     

"Kelihatannya kau mengalami kesulitan untuk mengikuti aturan di istana Nona Welcher," dia mendengar Raja berbicara.     

"Raja Alexander, Nona Welcher sebenarnya-" Caviar mencoba menolongnya tetapi dipotong oleh Raja.     

"Aku tidak meminta pendapatmu Caviar. Bawa pergi keretanya," perintah Alexander dengan tatapan dingin. Ketika Caviar pergi Raja memberikan perintah yang lain, "Temui aku di ruang belajar sepuluh menit lagi," dan dia pergi tanpa berkata-kata lagi.     

Katie tidak berani berkata-kata karena Alexander memberikan aura bahwa dia sedang berjalan di atas ranjau yang dapat meledak jika dia salah melangkah. Pergi ke kamarnya sendiri, dia berganti pakaian dan mencuci wajahnya sebelum kembali ke ruangan belajar Alexander, berdiri di depan pintu dan mengetuk pintu.     

"Silahkan masuk," dia mendengar suara dari balik pintu.     

Masuk ke dalam ruangan, dia menutup pintu di belakangnya dengan hati-hati dan tiba-tiba dia merasa kedua tangan Alexander berada di sisi kedua tubuhnya, membuatnya terperangkap.     

"Jam berapa yang kau katakan pada Martin bahwa kau akan kembali?" dia bertanya dengan suara yang manis membuat Katie menelan ludah. Sifatnya yang sangat dingin barusan berubah menjadi sebuah senyuman yang manis adalah hal yang tidak disangka. Menakutkan, pikir Katie.     

"Sebelum malam?" dia menjawab dengan tidak yakin.     

"Dan sekarang sudah jam berapa?"     

"Uhm, sudah malam," dia menjawab merasakan rambut di belakang lehernya berdiri.     

"Apakah kau tahu bahwa aku sangat khawatir sejak tadi sore? Terakhir kali kau pergi sendirian kau tidak pernah kembali."     

"Itu karena aku pergi untuk membeli gaun," dia menjawab sambil menatap balik Alexander.     

"Aku sangat menyesali hari dimana kau berada dalam bahaya. Jika aku tidak mengajakmu hal itu tidak akan pernah terjadi," Alexander berkata dengan penuh putus asa membuat jantungnya terasa jatuh, "Aku akan mengirimkan seseorang menemanimu jika kau terlambat lagi."     

"T-tapi aku-" dia mencoba untuk protes tetapi satu jari Alexander berada di bibirnya membuatnya terdiam.     

"Aku telah begitu sabar dan kau melanggar peraturan sederhana yang membuatmu aman. Aku berpikir tentang metode yang lain," Ujar Alexander saat jarinya menyentuh bibir bawah Katie.     

Katie merasa jantungnya berdetak tidak karuan oleh karena kedekatannya dengan Alexander. Tubuh Alexander condong kedepan, dan dia merasakan napas mint mendekat di bibirnya.     

Tangannya yang mulanya berada di pintu sekarang telah berpindah ke pinggangnya dan dia berdiri diam seperti sebuah patung dengan pikiran kacau.     

Sebelum mereka berciuman, sebuah ketukan di pintu membuyarkan suasana dan Katie memutar tubuhnya dengan wajah merah padam seperti buah apel dan Alexander melangkah menjauh dengan sebuah senyuman sambil menatapnya.     

"Raja Alexander, Tuan Mathew telah tiba," kepala pelayan memberitahu.     

"Beritahu padanya aku akan menemuinya," Alexander menjawab dan menunggu pria itu pergi.     

"S-sudah larut malam. Aku seharusnya pergi tidur," Katie melayangkan pandangan ke mana saja selain Alexander.     

"Oh ya, besok kita akan pergi ke teater. Selamat malam, Katie."     

"Selamat malam, Raja Alexander," Katie menjawab sambil membuka pintu dan langsung berjalan menuju ke kamarnya dan merebahkan dirinya dengan napas tidak teratur.     

"Tuhan,. Ampuni aku," dia berbisik pada bantalnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.