Kerajaan Valerian

Putar Arah – Bagian 3



Putar Arah – Bagian 3

0"Selamat sore, Nona Welcher, apa kabarmu?" Donovan suami Annabelle menyapanya.     

"Baik-baik saja, Tuan Bingley. Selamat, sebentar lagi akan menjadi seorang ayah," dia mengucapkan selamat kepadanya dan mereka saling bertukar salam membuat Annabelle memutar bola matanya, seharusnya mereka tidak bicara dengan begitu formal.     

Ketika mereka selesai berbincang Donovan bertanya kepada istrinya, "Bisakah kita pergi?" dan dijawab dengan anggukan.     

Berjalan mendekati kereta, Annabelle menatap ke arah Katie.     

"Katherine, maukah kau tinggal dengan kami?" Dia bertanya dengan tiba-tiba membuat Katie terkejut.     

"Apa? Tidak kau tidak perlu khawatir dengan hal itu. Aku senang berada di istana dan aku tidak ingin mengganggumu."     

"Bohong!" Annabelle melambaikan tangannya.     

"Aku serius, Anna. Aku sudah terbiasa dengan kehidupan di istana," yang adalah benar. Tempat itu sudah menjadi rumahnya sendiri, "Aku juga sedang menunggu kabar tentang ralph."     

"Tapi kau bisa melakukannya saat berada di rumah kami. Donovan," dia meminta bantuan suaminya.     

"Anna benar. Kami mempunyai banyak ruangan di rumah yang bisa kau gunakan. Kami akan merasa senang jika kau bersama-sama dengan kami kapan saja kau mau," dia menjawab dengan senyuman.     

"Terima kasih dengan kebaikan hatimu Tuan Bingley," dia menjawab sambil menundukkan kepalanya, dia sangat berterima kasih atas kata-katanya.     

Annabelle mendesah dan memeluk teman baiknya itu, "Jika kau ingin datang ke tempatku ingatlah bahwa kau selalu diterima kapan saja."     

"Aku akan mengingatnya," dia menjawab dan temannya menaiki kereta dan melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.     

Dia tidak yakin jika kereta yang membawanya ke kota masih menunggunya. Dia mencari jika ada kereta lain yang bisa membawanya kembali ke istana. Setelah bicara dengan seseorang dia mempunyai waktu satu jam setengah sebelum kereta yang akan menuju istana tiba.     

Saat Katie menunggu dia melihat seorang anak kecil yang sedang dimarahi oleh seorang wanita di belakang sebuah toko. Ketika anak kecil itu mengatakan sesuatu dengan airmata di pipinya wanita di depannya mendorong anak itu dan masuk ke dalam toko dan menutup pintu. Anak kecil itu menggedor pintu tetapi tidak pernah dibukakan.     

Bersandar di dinding, dia melihat anak kecil itu menangis. Dengan kening berkerut dan tanpa pikir panjang dia berjalan ke lorong di mana anak kecil itu berada dan duduk di depannya, anak itu menyembunyikan wajahnya di antara lengannya.     

"Hallo."     

Anak itu mendongak dengan terkejut menatapnya dengan pandangan sedih dan penuh airmata.     

"Apakah semua baik-baik saja?" dia bertanya dengan suara lembut.     

"Ya, dan bukan urusanmu," anak kecil itu menjawab dan menoleh ke arah lain dan menyapu air matanya dengan lengan bajunya yang sudah sobek.     

Wah, untuk seorang yang masih muda dan sedang menangis dia mempunyai perkataan yang baik, pikir Katie. Dia tahu bahwa hidup tidaklah mudah bagi kebanyakan orang dan kelihatan anak ini sedang mengalaminya. Dia tidak tahu bagaimana keadaan di kota ini tetapi kerajaan di daerah selatan tidaklah mudah, dia telah mendengar beberapa hal tentang kehidupan di kota tetapi tidak semuanya baik.     

Bingung dengan apa yang harus dilakukannya, dia bertanya,     

"Apa kau lapar?"     

Pertanyaan itu menarik perhatian anak kecil itu yang menatapnya sebelum menganggukan kepalanya membuatnya tersenyum.     

"Ayo kau begitu," dia berkata sambil membawa anak kecil itu ke sebuah toko di sudut kota, "namaku Katherine Welcher. Siapa namamu?"     

"Samuel," anak itu menjawab membuatnya bertanya-tanya apakah anak itu seorang anak yatim piatu.     

Ketika makanan di letakan di meja, anak itu menatap Katie dengan ragu-ragu. Dengan memberikan senyuman kepada anak itu dengan cepat dia mulai makan seolah-olah tidak ada hari esok. Ketika anak kecil itu berhenti sejenak Katie bertanya,     

"Ada apa? Apakah makanannya tidak enak?"     

"Lebih dari enak tetapi…bisakah aku menyimpan sisanya sehingga aku bisa membawanya ke rumah untuk saudara perempuanku?," permohonan anak itu membuatnya tersentuh.     

"Mengapa kau tidak menghabiskan semuanya sementara aku akan meminta mereka membungkus makanan yang baru, hhmm?"     

"Oh tidak! Kau telah berbaik hati dan aku sangat berterima kasih. Aku tidak bisa memintamu untuk melakukan hal yang lebih dari ini,' anak kecil itu berkata dengan mata yang terbuka lebar tetapi Katie telah berdiri dan bicara dengan pemilik restoran dan membayar tagihan.     

Katie mendesah saat melihat jam saku yang selalu di bawanya ke mana saja. Kereta pasti sudah berangkat dan dia mempunyai cukup waktu lagi menunggu yang lainnya sehingga dia menawarkan bantuan untuk membawa makanan yang dipesannya yang cukup untuk dimakan sampai keesokan harinya.     

Anak kecil itu tinggal di sebuah gang kecil dengan atap yang bisa melindungi dari hujan dan panas menyengat. Tadi anak kecil itu mengatakan tentang saudarinya dan dia berharap untuk bertemu dengan anak yang lebih besar tetapi dia menemukan seorang anak kecil yang sedang berbaring di sebuah tempat tidur yang sudah tua.     

"Ini adalah saudaraku Fanny, dia sedang sakit beberapa hari ini," anak itu memberikan informasi kepadanya dan dia berjalan mendekati tempat tidur dan meletakkannya di dahi anak perempuan itu. Benar dia sedikit demam.     

"Tidakkah kau mempunyai keluarga Samuel selain saudarimu?" dia bertanya dan dijawab dengan gelengan kepala.     

Mereka adalah anak-anak yatim, dan keadaan kedua anak itu membuatnya sakit hati. Dia tahu bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa tetapi jika ada yang tidak menginginkan anak-anak lebih baik mereka tidak melahirkan mereka seperti hewan dan meninggalkan mereka sendirian.     

"Biar kuberitahu cara agar kau bisa menurunkan demam," dia menolong anak kecil itu mengambil sebuah sapu tangan dan membasahinya dengan air. Dia menolong anak laki-laki itu dengan hal-hal kecil dan membantunya memberi makan saudarinya.     

Waktu dengan cepat berlalu saat dia berbincang dengan anak kecil itu dan sekarang sudah malam. Dia memberikan anak itu sedikit uang yang dipunyainya, dan mengatakan bahwa anak itu bisa mengembalikannya suatu hari nanti dan juga meninggalkan jaketnya untuk saudarinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.