Kerajaan Valerian

Merawat Luka – Bagian 3



Merawat Luka – Bagian 3

0Saat melihat pria itu pergi Elliot menatap Alexander, "Kau khawatir dengan Norman."     

"Sejahat itukah aku?" Raja bertanya pada temannya.     

"Tentu saja tidak. Bersikap berhati-hati tidak akan melukai siapapun," Elliot menyeringai dan mengambil sebuah sisir untuk melihat benda apa itu sebelum melemparnya, "Walaupun sudah bertahun-tahun Norman turun dari jabatannya, dia masih mempunyai kontrol di daerah selatan melalui koneksi keponakannya."     

"Dia merencanakan sesuatu begitu juga dengan kita. Dan aku lebih baik soal hal itu," Alexander menjawab dengan senyuman membuat temannya tertawa atas kata-katanya.     

"Katie selalu mendapatkan masalah," Elliot berkomentar.     

"Kelihatannya seperti itu," Alexander bergumam sambil menatap langit-langit.     

Dia menjentikan jarinya untuk melihat benda-benda di dalam rumah bergerak seperti sedang terjadi gempa. Angin yang kuat berhembus kencang di luar rumah membuat Elliot bertanya-tanya mengapa dia tidak pergi dengan Oliver.     

Tidak peduli sehebat apa seorang vampir itu, roh membuatnya takut. Dia melihat Alexander berdiri diam dan menutup matanya untuk beberapa saat sebelum berjalan keluar seolah-olah sedang bermeditasi. Saat mereka keluar dari rumah itu, Elliot menyalakan korek api dan melemparkannya ke dalam rumah membuat rumah itu terbakar, membakar semuanya sampai rata dengan tanah.     

Ketika Alexander sampai di istana, dia menaiki tangga dan melihat Daisy dan Sylvia keluar keluar dari kamar Katie dengan gaun yang berlumuran darah.     

"Bagaimana dengan lukanya?" dia bertanya.     

"Mengenai hal itu," Daisy merapatkan bibirnya, "Dia tidak mengijinkan kami membersihkannya," mendengar itu Alexander mengerenyitkan dahinya.     

Membiarkan luka seperti itu akan membuat infeksi. Apa yang gadis itu pikirkan? Dia mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu tetapi Daisy menginterupsinya,     

"Tuanku raja…"     

"Ada apa?" dia bertanya, tangannya menggantung di udara.     

"Pikiran Nona Katie begitu rapuh sekarang," wanita tua itu memberitahukan kepada raja oleh karena mengetahui sifatnya yang keras seperti batu. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tetapi ketika gadis itu di bawa ke istana dia kelihatan tersesat.     

"Buatkan dia makanan dan bawa ke sini," Alexander mengetuk pintu dan masuk ke dalam.     

Sylvia menepuk tangan Daisy dengan senyuman yang menenangkan ketika wanita tua itu memandang dengan khawatir dalam ruangan.     

"Dia akan baik-baik saya," Sylvia berkata dengan suara pelan saat mereka berjalan pergi.     

Katie sedang duduk di atas tempat tidurnya dan menatap ke luar jendela ketika dia mendengar pintu terbuka dan tertutup. Mendongak dia melihat raja Alexander lah yang masuk ke ruangannya. Dia berdiri dengan kakinya yang sehat.     

"Raja Alex-"     

Raja tiba-tiba memeluknya dengan erat, merasakan tangannya melingkar di tubuhnya seolah-olah dia akan menghilang begitu saja jika dilepaskan. Matanya mengerjap ketika mendengar Alexander menarik nafasnya seperti dia sedang menahan nafasnya selama ini.     

Berpegangan dalam kehangatannya, bau yang dikenalnya merasuki seluruh inderanya, membuat dia melupakan hal yang terjadi beberapa jam sebelumnya. Kehadirannya membuat rasa lelah dan stress menghilang begitu saja, menggantikannya dengan rasa aman dalam pikirannya.     

"Raja Alexander," dia bertanya saat Alexander mengeratkan pelukannya sebelum melonggarkannya tetapi tidak melepaskannya.     

"Aku sangat khawatir," dia mendengar bisikan Alexander dari atas kepalanya, "Maafkan aku, kami terlambat menemukanmu."     

Saat Alexander melangkah mundur, dia melihat kekhawatiran di wajahnya, "Aku senang kau datang sebelum aku diawetkan menjadi boneka mumi," dengan kaku dia tertawa dan melihat kilatan amarah di matanya.     

Dia tau bahwa Alexander dan lainnya mencoba menemukannya saat dia menghilang, itulah yang bisa dia mengerti dari kata-kata Sylvia dalam perjalanan mereka kembali ke istana.     

"Lukamu harus dibersihkan supaya tidak infeksi," Alexander berkata dan dengan cepat menangkap lengannya saat dia mundur darinya.     

"Tidak apa, tidak akan sakit dan semuanya sudah kering sekarang," Katie tersenyum tetapi raja hanya menatapnya sebelum menyentuh dengan lembut lukanya membuatnya tersentak, "Sakit!"     

Alexander merasa puas dengan reaksi Katie, "Bagus, jika sakit, katakan yang sejujurnya."     

Alexander menatapnya dari ujung rambut ke ujung kaki sebelum menggendongnya, "Raja Alexander kemana kita akan pergi?" dia bertanya terkejut dan matanya melebar.     

"Ke kamar mandi," dia menjawab singkat sebelum menendang pintu kamar mandi sampai terbuka dan masuk ke dalamnya, "Aku tidak akan melukaimu," dia menatap mata Katie, "Aku hanya akan membersihkannya dan memberikan obat, oke?"     

"Baiklah," Katie menjawab dengan suara pelan. Lebih baik mendengarkannya daripada dia melakukan sesuatu untuk menyatakan keinginannya.     

Dengan hati-hati meletakkannya di bak mandi, Alexander berdiri dan mengambil sebuah kotak dari lemari. Membukanya dia mengambil sebuah botol dan segulung kain kasa. Membawa sebuah baskom yang diisi dengan air, dia menumpahkan isi botol itu dan mengaduknya dengan jarinya yang panjang. Dia mencelupkan sepotong kapas dan membersihkan luka di tangan Katie dengan hati-hati.     

"Apakah sakit?" dia bertanya kepada Katie dan dia menggelengkan kepalanya.     

Setelah dia selesaikan membersihkan lukanya, dia membungkus tangan Katie dengan kain kasa dan memastikan ikatannya cukup kuat. Katie menjadi sangat malu ketika Raja Valerian mengangkat bajunya sampai ke lututnya untuk membersihkan lukanya, luka itu masih sakit tetapi dengan wajah tenang dia membersihkan dan membalut lukanya.     

Alexander menggendongnya kembali ke dalam kamar dan duduk sampai Katie menyelesaikan makanannya dan berbaring untuk beristirahat.     

Melihat Katie yang secara perlahan tertidur, Alexander berdiri untuk meninggalkan ruangan tetapi berhenti ketika mendengarkan gumaman Katie,     

"Jangan tinggalkan aku sendirian, tolong lah tinggal di sini," dia berkata setengah mengantuk.     

Alexander kembali duduk di tempat tidur dan memberikan ciuman di dahinya.     

"Aku di sini," dia berbisik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.