Kerajaan Valerian

Merawat Luka – Bagian 2



Merawat Luka – Bagian 2

0Dia mencoba untuk bangun tetapi berteriak kesakitan oleh karena luka di kakinya. Dengan kesulitan dia berdiri, dengan pincang berjalan ke arah pintu dan mendorongnya dengan hati-hati sambil menahan napas dan pria itu tidak ada dimanapun.     

Berjalan keluar dari ruangan, dia berjalan pincang melalui koridor ke arah sebuah ruangan dan terkejut ketika melihat seorang wanita muda duduk di sebuah kursi tanpa emosi dengan senyuman yang menatap ke arahnya.     

Dia membuka mulutnya dan menutupnya kembali setelah menyadari bahwa wanita itu tidaklah nyata.     

Wanita itu adalah boneka manekin. Rambutnya dibagi dua dengan pita berwarna merah. Walaupun dengan semua tanda dan jahitan di kulitnya yang pucat boneka itu sangatlah cantik, watanya berwarna batu safir dan dia melihat mata boneka itu bergerak sehingga membuatnya mundur oleh karena ketakutan.     

Tidak ingin tinggal dalam rumah itu lebih lama lagi, dia berjalan dengan pincang menuju ke pintu utama dan menemukan bahwa pintu itu terkunci. Jendela-jendela dalam rumah itu ditutupi dengan batangan besi dan dia khawatir jika dia mencoba untuk menghancurkan pintu maka hanya akan membuat pria tua itu berjaga-jaga. Bagaimanapun juga rumah itu terletak di dalam hutan, dan dia tidak tau seberapa jauh dia bisa pergi dari sana dengan keadaannya yang seperti itu.     

Dia ingat bahwa ada sebuah jendela yang tidak ada teralis besi ketika dia datang ke tempat itu sebelumnya, dia berjalan perlahan menelusuri tangga sebelum dia mendengar bunyi suara tuan Weaver dari dapur diiringi dengan suara yang keras.     

Tiba di ruangan yang dituju dia menguncinya dari dalam dan langsung menuju ke jendela, tanpa membuang waktu dia membukanya. Melompat dari ketinggian ini kelihatannya adalah sebuah hal yang bodoh, tetapi pilihan apa yang dipunyainya?     

Dengan menginjak pinggiran jendela dia baru saja mau meloncat ketika sebuah tangan meraih bahunya membuatnya ketakutan. Dia memutarkan badannya dan mencoba untuk melepaskan diri dari tangan itu membuat kakinya terpeleset dan dia merasakan dirinya jatuh dari jendela, dia menutup matanya menunggu untuk jatuh ke tanah tetapi tubuhnya ditangkap oleh seseorang.     

"Katie, berhenti! Ini aku," dia mendengar suara yang dikenalinya sementara penglihatannya cerah karena kepanikan yang tiba-tiba.     

"E-Elliot?" dia memanggil namanya dengan gemetar.     

"Aku di sini. Apa kau baik-baik saja?" Elliot bertanya sambil memperhatikan wajahnya, "Kau terluka," dia menyadari tangan dan noda darah di pakaiannya.     

Ketika Elliot mencoba untuk melihat lukanya, dia menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya. Di wajahnya terpancar ketakutan yang amat sangat dan Elliot tidak tahu apakah dia gemetar ketakutan atau kedinginan.     

Menemukan Katie menjadi sangat sulit oleh karena rumah itu berada dalam sebuah matra, roh jahat menghalangi pandangan mereka. Walaupun mereka menemukannya dalam waktu setengah hari dia kelihatan terguncang dan terluka.     

Elliot melepaskan mantelnya dan memakaikannya kepada Katie.     

"Elliot, Tuan Weaver dia-"     

"Kau tidak perlu takut dengannya. Dia sudah mati," dia menjawab dan melihat Katie yang duduk dalam wajahnya memancarkan kelegaan.     

Elliot ingin menanyakan sesuatu tetapi dia menahan diri, bukan waktunya untuk bertanya sekarang. Dengan senyuman dia membantu Katie turun dari ruangan itu dan melihat Alexander bersama dengan pria tua itu yang sekarang telah terbujur kaku di lantai. Sylvia, Oliver dan Mathias yang adalah anggota dewan hadir di ruangan itu.     

Penjaga-penjaga yang bersama-sama dengan mereka mengeluarkan boneka manekin satu persatu dari rumah itu. Mereka mengangkutnya ke dalam sebuah kereta besar yang disediakan untuk menguburkan mereka secara layak.     

Melihat Katie dengan Elliot, Alexander bicara,     

"Sylvia, bawa Katie ke istana dan obati luka-lukanya," Katie melihat ke arah Alexander dan menunduk tanpa berkata-kata dan pergi bersama Sylvia.     

Saat mereka berjalan keluar Katie menyadari bahwa boneka manekin yang sebelumnya duduk disebuah kursi sudah tidak berada lagi di tempatnya. Para penjaga mungkin telah membawanya ke kereta, pikirnya.     

Langit telah berubah menjadi lebih terang saat mereka menaiki kereta, membuat langit yang sebelumnya gelap berubah membawa kehidupan.     

Saat kereta pergi dengan dua penjaga bersama dengan Sylvia dan Katie, Oliver menatap kepada Alexander dan menunggu perkataannya saat raut wajah rajanya berubah menjadi sangat marah.     

"Apa kau pikir dia bunuh diri?" Elliot bertanya sambil menyentuh mayat pria tua itu dengan ujung sepatunya sebelum mereka berjalan keluar dari rumah, "Dia seorang psikopat sehingga dia berani melakukan hal ini."     

Para penjaga telah menumpahkan minyak di sekitar rumah, bersiap untuk membakar seluruh tempat itu sampai rata dengan tanah.     

"Hal ini bukanlah bunuh diri tetapi pembunuhan," Alexander berkata sambil berjalan mengelilingi ruangan itu dan memperhatikan benda-benda di sekeliling mereka.     

"Tetapi tidak ada orang lain di rumah ini selain pria tua itu dan Nona Katherine," Oliver mengatur letak kacamatanya.     

"Pembunuhan tidak perlu dilakukan oleh seseorang yang hidup. Bahkan kita membutuhkan waktu untuk menemukan lokasi Katie walaupun dia menggunakan jimat yang kuberikan padanya dan lihat ini," Raja Valerian membuka telapak tangannya dan menunjukan sebuah boneka yang terbuat dari kayu.     

"Boneka Voodoo," Ujar Matias saat melihat benda itu.     

"Benar," Alexander berkata, "Mempunyai boneka Voodoo hanya berarti dua hal. Pertama, dia mengenal seorang penyihir. Atau kedua, dia sedang dikendalikan."     

Raja Valerian berjalan ke sebuah kursi kosong, dan dia menggosokan jari-jarinya ke atas kursi sebelum dia berhenti secara tiba-tiba dan melihat ke arah Mathias dan Oliver.     

"Oliver, katakan kepada seluruh anggota keluarga yang mayatnya di curi untuk menguburkan semuanya sore hari ini. Bawa semua penjaga untuk membantu mereka," Perintah Alexander dan pria itu mengangguk sebelum memanggil penjaga untuk mengikutinya.     

"Raja Alexander, saya juga akan pergi," Ujar Mathias setelah Oliver pergi, "Apakah aku harus melaporkan kejadian pada hari ini?"     

"Ya, tuliskan hal ini dalam buku dewan. Akan menjadi sebuah masalah jika orang-orang menyebarkan cerita lagipula manusia tidak dapat menahan lidah," Ujar Raja Valerian.     

"Tentu saja, aku juga akan pergi. Tuan Elliot," Mathias menyentuh ujung topinya dan berjalan pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.