Kerajaan Valerian

Hallow- Bagian 3



Hallow- Bagian 3

0Dorthy dan Matilda melihat Katie sedang berbincang-bincang akhirnya pergi tanpanya untuk mengambil kotak,     

"Hmmm."     

"Ada apa?" Matilda bertanya saat mereka berjalan.     

"Katie sangat menyukai raja," Dorthy berkata sambil menatap ke belakang.     

"Memang sangat banyak tetapi kebanyakan dari mereka," wanita keriting itu menjawab.     

"Mereka cocok bersama-sama. Lebih cocok daripada Caroline," Dorthy meringis.     

"Aku setuju. Tetapi kuingatkan kau bahwa raja tidak pernah punya hubungan serius."     

"Raja tampaknya tertarik padanya. Maksudku raja kita yang sedang kita bicarakan," Dorthy berargumentasi, "aku yakin kau melihat dua hari yang lalu bagaimana raja memandangnya saat mereka berada di satu ruangan. Sungguh mencurigakan."     

"Dan aku yakin kau tidak melewatkan wanita-wanita yang berkerumun untuk mendapatkan perhatiannya, seperti nona Caroline. Raja hanya menjaganya saja. Kau tau bagaimana para pelayan bergosip atau bahkan bisikan-bisikan bisa mencapai telinga raja tetapi aku berpikir apakah ada sesuatu di antara mereka berdua."     

"Aku juga merasa seperti itu. Benda apa yang ada di dalam kotak ini?" Dorthy sedikit kesulitan membawa kotak di tangannya.     

"Batu."     

"Apa?!"     

"Aku bercanda. Aku tidak tahu, kotak-kotak ini tertutup rapat," Jawab Matilda sambil mengangkat kotak tanpa bersusah-payah tidak seperti yang lain dan mereka mendengar Raja Alexander bertanya kepada Katie,     

"Apa kau punya topeng untuk acara malam nanti?"     

"Topeng?" Katie balik bertanya.     

"Tentu saja untuk acara dansa malam," Elliot menyela.     

Katie tidak yakin jika dia akan menghadiri pesta oleh karena dia telah merencanakan untuk pergi ke kota dengan teman-temannya.     

"Sebenarnya a-"     

"Kami punya topeng ekstra yang bisa digunakannya," Matilda menyela Katie dan memberikan hormat kepada raja.     

"Bagus," Raja Alexander mengangguk.     

Setelah Raja dan yang lainnya pergi, Dorthy menatap Matilda dengan pandangan menuduh.     

"Kau bermain seperti dewi cinta!" Dia berbisik saat Katie berjalan mendekati mereka dan Matilda mengangkat bahunya.     

"Bukankah kita akan pergi ke kota?" Tanya Katie dengan bingung. Melihat Dorthy kesulitan dengan kotaknya, Katie mengambil kotak dari tangannya.     

"Terima kasih, Katie," Dorthy bernafas lega.     

"Dorthy ingin melihat pesta dansa sebelum kita ke kota. Kita dapat melewatkan satu atau dua jam. Tidakkah kau ingin menghadiri pesta dansa? Jika kau tidak mau kita bisa melewatkannya."     

"Aku mau, aku mau!" Katie menjawab dengan bersemangat membuat teman-temannya tertawa.     

Temanku ini cantik dan seorang yang baik, pikir Dorthy. Walaupun dia tidak terlahir sebagai seorang pelayan, dia selalu menolong orang. Sedikit polos tetapi tidak apa-apa untuk sekarang.     

Melihat ke arah Katie dia tersenyum.     

Sangat jelas bahwa gadis itu sangat menyukai Raja.     

Di sore hari, ketika Katie memasuki ruangan dansa di istana sedikit terlambat dia menyadari bahwa ruangan itu telah diubah menjadi ruangan dansa yang menyeramkan dengan sarang laba-laba dan tengkorak di setiap sudut ruangan. Dia bertanya-tanya apakah tengkorak-tengkorak itu akan dikembalikan ke tempatnya keesokan harinya.     

Labu yang telah menyalakan lilin yang menyala di dalamnya bercahaya di udara.     

Sebuah musik sederhana yang menghantui terdengar mengalun seperti sebuah lagu sedih. Lagu itu mengingatkan tentang seorang wanita yang menangis dalam kesedihan yang begitu dalam dan dia merasa merinding.     

Kebanyakan dari para pria mengenakan pakaian hitam putih yang dikombinasikan dengan setelan sementara para wanita mengenakan gaun berwarna gelap. Tidak ada warna mencolok di tempat itu dan dia merasa lega karena tidak memakai gaun berwarna cerah. Dia telah memilih warna hitam dan merah     

Matilda sebagai ahli telah menata rambutnya agar terlihat elegan, dia mengoleskan bedak berwarna di pipinya dengan sedikit cairan berwarna peach terang di bibirnya dan berkat topeng di wajahnya, dia merasa kurang gelisah. Menyentuh lehernya tanpa sadar jari-jarinya pergi ke korset hitam. Dia telah mengeluarkan batu mantra untuk malam itu dan malah mengikatnya di pergelangan kakinya yang ternyata sangat cocok.     

"Hati-hati ketika kau memilih minum," Corey berbisik di kepada para gadis, "Tidak ada air putih, yang ada hanyalah alkohol dan alkohol yang lebih kuat untuk para vampir. Ah-aku juga melihat hal yang lain. Aku lapar," dan dia pergi meninggalkan gadis-gadis itu untuk mencari makanan.     

"Aku tidak tahu vampir bisa menjadi mabuk," Katie melihat mapan yang lewat di depannya.     

"Tentu saja," Dorthy menganggukan kepalanya. Tidak lama kemudian seorang pria bertopeng datang dan memintanya untuk berdansa dan dia pun pergi. Matilda kemudian pergi untuk mencari minum meninggalkan Katie sendirian.     

Ketika Katie berjalan mendekati lantai dansa, dia melihat Alexander berdansa dengan seorang wanita berambut pirang. Dengan topeng hitam yang dia kenakan, menutupi matanya dan dengan topi berwarna hitam, tidak sulit untuk menyadarinya. Tanpa sengaja baju yang dikenakan Alexander berwarna sama dengan yang dikenakannya. Kemeja merah dengan jas berwarna hitam dan dua kancing kemejanya tidak terpasang.     

Suatu saat pandangan Alexander jatuh pada Katie dan mata mereka bertemu seperti magnet. Dia merasa sedikit pusing dan menarik nafas mencoba menenangkan dirinya.     

"Kau kelihatan cantik," dia mendengar seseorang bicara di sampingnya. Dia adalah Raja Nicholas dengan sepasang tanduk palsu di kepalanya.     

"Raja Nicholas," Katie menundukan kepalanya terkejut, "Terima kasih. Anda juga terlihat tampan."     

Alexander yang sedang berdansa dengan wanita yang lain memandang ke arah tempat Katie berdiri. Perhatiannya terpaku padanya dan dia tidak bisa mengalihkan pandangannya.     

Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari bahwa wanita yang dipandanginya adalah Katherine yang memakai gaun berwarna merah dan hitam. Betapa ironis, pikirnya, memakai warna baju yang sama.     

Bagaimana bisa seorang anak kecil yang tidak bersalah yang dia temui berubah menjadi seorang wanita yang cantik? Dan dia tampaknya menyadari pandangan yang diberikan oleh orang yang ada di ruangan ini.     

Ketika mata mereka beradu, dia merasa waktu terhenti tapi Katie dengan cepat mengalihkan pandangannya.     

Cara berpakaiannya tidak seperti biasa, kelihatannya saat ini dia benar-benar pamer. Apakah dia telah menemukan pria idamannya? Alisnya mengerut saat pikiran itu melintas. Nicholas berada di sana, bicara padanya dan dia membuatnya memerah wajahnya oleh karena sesuatu yang dikatakan pria itu padanya dan itu membuatnya kesal.     

"Pasti ada seseorang. Apakah dia di ruangan ini?" tanya Raja Nicholas.     

Dia tidak mengerti mengapa raja Nicholas bergurau dengannya, apakah dia sedang merasa bosan? Bagaimana pembicaraan mereka sampai pada kisah cintanya padahal mereka sedang bicara tentang labu?     

"Tidak tidak!" Katie bicara dengan gugup.     

"Jadi kau belum mengatakannya pada dia," Nicholas bergumam sambil mengambil segelas anggur.     

"Jika saja kau tidak mempunyai seorang yang kau sukai aku pasti akan menjadikanmu pacarku. Kau tersipu, sungguh lucu," Nicolas melanjutkan candaannya, "Kau tidak akan tahu sampai kau mencobanya," dia memberikan kata-kata dorongan sambil meneguk anggurnya.     

"Aku rasa itu tidak akan menghasilkan apapun," dia berbisik tetapi Nicolas mendengarnya.     

Nicholas menyadari pandangan Katie kepada raja Valerian dan ketika keduanya bertatapan Katie akan menundukan kepalanya. Betapa merepotkan, pikirnya dalam hati. Melihat jam dia berbicara,     

"Aku akan pergi sekarang. Selamat hari Halloween," Dia tersenyum kepada Katie dan mendekatinya dan mendaratkan sebuah ciuman di pipinya," Selamat malam."     

Katie berdiri terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.     

Dia baru saja mendapatkan ciuman dari seorang raja.     

Di saat yang bersamaan, dia melihat Alexander memandangnya dengan ekspresi kosong tetapi terlihat dingin. Sepertinya dia sedang menyembunyikan kekesalannya.     

Waktunya sangat disayangkan ketika lagu berakhir. Ingin mengatakan sesuatu kepada Katie, Alexander mulai berjalan menelusuri ruangan itu tetapi Katie mundur selangkah dan dia menyadarinya. Matanya menyipit atas kelakuan gadis itu.     

Takut, yang dia tidak mengerti, dan dia lari dari ruangan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.